Bab 26. Sebuah Surat

1063 Kata

Selamat membaca! Viola masih mematung diam. Entah kenapa ada rasa sakit yang ia rasakan di hati. Namun, seketika gadis itu mampu menepikannya. Viola menganggap kedatangan Renata bisa ia jadikan kesempatan untuk pergi agar Devan tak bisa mengejarnya. "Viola, tunggu!" teriak Devan yang ingin mengejar. Namun, tiba-tiba langkahnya tertahan. Devan pun menoleh, menatap Renata yang saat ini menggenggam erat lengannya. "Devan, aku ingin bicara sama kamu." Melihat keduanya semakin dekat, Viola pun mempercepat langkah kakinya. Menahan luka yang perih sambil menggenggam buku harian di tangannya. Buku harian yang kondisinya kini sudah sangat basah, meski ia coba melindungi buku tersebut dengan pakaiannya. "Mungkin ini memang sudah takdir kita Pak Devan. Ternyata benar, ya, kata Tari, tidak semua

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN