39 Hari Sebelum Persidangan
Farel menghembuskan napasnya dengan pelan ketika dia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Ken.
Benar, apa yang diperkirakan oleh Rosaline memang benar.
Ken adalah seorang adik yang sangat bertanggung jawab. Anak itu selalu mendahulukan kemauan kakaknya sekalipun kadang dia sendiri yang harus tersiksa karena masalah ini.
“Aku tahu kalau apa yang aku katakan kemungkinan akan membuat Kakak marah, tapi aku benar-benar tidak bisa—”
“Aku mengerti..” Potong Farel dengan cepat.
Ken tampak menghela napas sejenak.
Iya, Farel sangat mengerti dengan keadaan Ken karena sebenarnya Farel dan Rosaline juga sedang merasakan hal yang sama.
Jika Ken merasa tidak sanggup untuk berbahagia di atas penderitaan Kakaknya sendiri, maka Farel dan Rosaline juga tidak akan bisa berbahagia jika mereka merusak kebahagiaan adik mereka sendiri.
Benar, memang begitulah keadaan saat ini. Farel sendiri kebingungan. Jujur saja Farel juga tidak akan tega melihat Rosaline tersakiti karena pernikahan kedua adik mereka, tapi Farel juga tidak akan sanggup melihat kesedihan Feli karena pernikahannya harus diundur dengan sebab yang tidak akan pernah bisa dimengerti. Sekalipun pernikahan ini diundur, sudah jelas jika sampai kapanpun Rosaline tetap tidak akan bisa menerima semua ini. Bukan, bukan hanya Rosaline saja, tapi juga Farel.
“Feli mungkin akan sulit untuk menerima keadaan ini, tapi aku sangat yakin kalau dia akan mengerti dengan semua yang terjadi..” Kata Ken dengan pelan.
Jujur saja ada rasa sakit tersendiri yang tiba-tiba melingkupi perasaan Farel ketika dia menyadari jika Feli yang akan tersakiti. Tidak, bukan ini yang Farel inginkan. Sepanjang hidupnya Farel selalu mengusahakan segala hal yang terbaik untuk Feli. Adiknya itu harus selalu bahagia.
Kadang Farel memang memikirkan bagaimana keadaan dirinya dan Rosaline jika Feli dan Ken sudah menikah. Benar, mereka berdua akan benar-benar selesai tanpa pernah bisa memulai. Sampai kapanpun tidak akan ada satupun orang yang mengenal kisah mereka. Iya, sampai kapanpun..
Rosaline dan Farel mungkin hanya dua orang yang dipertemukan untuk saling singgah tanpa pernah bisa benar-benar menetap. Mereka memang berusaha untuk tetap bersama, tapi sampai kapanpun mereka tidak akan bisa melawan keadaan yang sudah ada di depan mata.
Sebenarnya, apa yang sedang ingin takdir mainkan di dalam kehidupan mereka berempat? Kenapa terasa sangat rumit?
“Feli akan keluar dari band, semua itu dia lakukan untukmu. Kamu sudah tahu akan hal itu, bukan?” Tanya Farel dengan tenang.
Ken menganggukkan kepalanya.
Farel kembali menghembuskan napasnya dengan pelan. Bagaimana ini? Bagaimana caranya agar Farel tetap bisa melewati semua ini? Di satu sisi Farel tidak ingin membuat Feli sedih, tapi di sisi yang lain, Farel juga tidak sanggup untuk mematahkan hatinya sendiri. Apa yang bisa dipatahkan dari sebuah hati yang sudah terlanjur hancur? Kisahnya dan Rosaline tidak akan pernah dikenal oleh dunia. Sampai kapanpun semua orang hanya akan mengenal hubungan antara Feli dan Ken, tidak dengan Rosaline dan Farel.
“Dia mengorbankan hal yang besar untuk bisa menikah dengan kamu. Apakah kamu tega melakukan ini padanya?” Tanya Farel lagi.
Farel tahu kalau sekarang dia sedang mengupayakan agar Ken tidak membatalkan rencana pernikahannya dengan Feli, iya.. jika Farel berhasil meyakinkan Ken, itu artinya Farel harus kembali membiarkan hatinya hancur karena melihat Rosaline.
Beberapa hari ini Rosaline semakin sulit untuk ditemui. Wanita itu seakan benar-benar membentengi dirinya sendiri dari Farel maupun dari Ken.
Iya, Farel tahu kalau Feli dan Ken sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun. Tapi jika terus melihat kebersamaan mereka berdua, maka Farel dan Rosaline juga akan terus merasakan sakit hati.
“Aku juga bingung dengan apa yang harus aku lakukan sekarang, Kak. Keadaan ini membuat aku kebingungan karena Kakakku mempercayai sesuatu yang sebenarnya sama sekali tidak penting..” Kata Ken dengan pelan.
Selama bertahun-tahun menjalin hubungan dengan Feli, Ken memang tidak pernah membuat adiknya itu merasa sedih dan kecewa. Sepanjang yang Farel tahu, Ken selalu menjadi laki-laki bertanggung jawab yang terus berusaha untuk membahagiakan Feli. Farel memang sangat senang dengan fakta itu, tapi di saat keadaan menjadi rumit seperti ini, apa yang bisa Farel lakukan?
Meyakinkan Ken untuk tetap menikah dengan Feli sama saja dengan menghancurkan dirinya sendiri. Bukan hanya Farel saja yang akan hancur, Rosaline juga harus merasakan hal yang sama. Mereka akan hancur dengan cara yang tidak bisa mereka terima. Tapi kalau bukan Farel dan Rosaline, siapa yang akan menanggung semua rasa sakit ini? Apakah Farel tega melihat duka penderitaan di mata adiknya? Atau Rosaline sanggup menatap Ken yang akan hancur hanya karena keegoisan mereka berdua?
Benar, kadang Farel memang merasa kalau sebaiknya dia mengatakan semua hal yang sebenarnya terjadi. Kadang Farel juga tidak sanggup kalau harus menahan perasaannya sendiri seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Farel tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika dia gagal membahagiakan Feli.
“Apa yang harus aku lakukan? Aku tahu kalau aku juga bertanggung jawab atas kebahagiaan Feli saat ini. Tapi Kakak juga tahu kalau aku tidak akan melakukan sesuatu yang melukai Kakakku sendiri. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa Kakakku jadi semakin menjauhiku sekarang..” Ken kembali berbicara dengan pelan.
Farel tidak tahu harus mengatakan apa sekarang. Sungguh, keadaan ini benar-benar membuatnya kebingungan. Farel tahu kalau Feli akan terluka jika dia tahu apa yang akan dilakukan oleh Ken. Tidak, jangan sampai adiknya itu kembali terluka.
Sejak kecil Feli memiliki sifat yang sering kali membuat Farel merasa khawatir. Jika sedang bersedih, Feli tidak pernah membagi kesedihannya dengan siapapun. Feli selalu berjuang sendiri karena selama ini dia berpikir jika semua orang sudah cukup sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Feli tidak pernah ingin membuat orang lain merasa kerepotan dengan dirinya.
“Dia pasti punya alasan di balik semua ini..” Kata Farel dengan pelan.
Benar, Farel memang tidak akan bisa mengatakan apapun pada Ken.
Sebenarnya tadi Farel memanggil Ken ke dalam ruangannya untuk menanyakan tentang persiapan pernikahan yang sudah dibuat oleh Ken dan Feli. Sayang sekali kalau Farel harus mendengarkan berita buruk ini.
“Aku tahu alasannya. Semua orang juga tahu apa alasan di balik semua ini” Kata Ken dengan pelan.
Sungguh, sekarang Farel merasa semakin tidak berdaya dengan apa yang terjadi di depannya.
“Jangan membatalkan pernikahanmu, Feli akan merasa sangat bersedih dengan keadaan itu..” Farel tidak percaya kalau pada akhirnya dia mengatakan kalimat itu.
Farel menutup matanya selama beberapa detik sebelum kembali menguasai dirinya sendiri. Apapun yang terjadi, sejak awal Farel dan Rosaline sudah tahu konsekuensinya. Iya, memang benar apa yang dikatakan oleh Rosaline, Feli dan Ken sama sekali tidak bersalah dalam hal ini. Mereka berdua tidak bertanggung jawab atas rasa sakit hati yang dirasakan oleh Farel dan Rosaline. Tidak, memangnya apa yang selama ini Farel harapkan? Adiknya putus dengan Ken sehingga dia bisa bersama dengan Rosaline?
Benar, kadang takdir memang tertulis dengan cara yang sangat tidak mudah untuk dimengerti.
“Berbicaralah dengan Rosaline, tapi tolong jangan membuat Feli bersedih atas apa yang terjadi saat ini. Feli harus selalu bahagia, Ken. Kamu sudah setuju dengan konsekuensi itu ketika kamu berpacaran dengan Feli..” Kata Farel sekali lagi.
Iya, apapun yang terjadi, kebahagiaan Feli berada di atas segalanya. Bahkan berada di atas kebahagiaan Rosaline dan dirinya sendiri. Farel sudah berjanji pada Ibunya agar selalu membahagiakan Feli apapun yang terjadi. Bukan, Feli bukan gadis egois yang akan selalu mementingkan dirinya sendiri. Tidak, Feli adalah seorang wanita baik yang akan selalu mengorbankan hidupnya untuk orang lain. Tapi selama ini, Farel yang akan selalu berusaha membahagiakan Feli dengan segala cara. Farel tidak boleh menjadi alasan di balik kesedihan adiknya itu. Tidak, tidak boleh..
Sampai kapanpun, Feli harus selalu bahagia.
“Dia tidak akan mendengarkanku, Kak. Aku sudah mencoba berbagai macam cara, aku hanya tidak ingin membuat Kakakku menangis lagi..” Kata Ken dengan pelan.
Farel tahu, Farel tahu kalau Rosaline pasti akan menangis karena dia harus mempersiapkan patah hatinya sendiri. Sungguh menyedihkan ketika mereka berdua tahu tentang kehancuran yang ada di depan mata, tapi mereka sama sekali tidak bisa melakukan apapun.
“Biarkan aku yang berbicara dengannya. Aku harap dia mau mendengarkan aku nanti..” Kata Farel dengan pelan.
Farel sendiri sebenarnya juga tidak akan sanggup kalau harus melihat Rosaline menangis, tapi mau bagaimana lagi? Berapa kalipun Farel berharap agar kali ini Feli yang mengalah, pada akhirnya Farel juga tidak akan tega melihat kesedihan adiknya.
Feli adalah segalanya bagi Farel. Setelah Ibunya meninggal, Feli menjadi tanggung jawab Farel karena selama ini. Baiklah, memang beginilah tugas Farel yang sebenarnya. Farel harus selalu memastikan kebahagiaan Feli sekalipun artinya dia harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri.
Sekarang Feli semakin dewasa, adiknya itu tidak hanya membutuhkan mainan dan segelas s**u saja. Sekarang masalah Feli semakin besar, sebagai seseorang yang sudah berjanji untuk memastikan kebahagiaan Feli, maka beban Farel juga akan semakin besar seiring dengan berjalannya waktu.
Apapun yang ada di depan saja, mau tidak mau Farel harus siap untuk melakukan apapun.
“Mommy, Farel tidak sanggup..” Kata Farel di dalam hatinya sendiri.