"Dia?" Zahra refleks menarik langkah ke belakang Nonik sambil menundukkan kepala. Jantungnya berdegup kencang. Bagaimana bisa? “Selamat datang, Pak Naka. Akhirnya bisa datang ke sini juga setelah sekian lama.” Sang direktur menghampiri pria dengan tubuh tinggi tegap berbalut jas mahal. Sepasang kaki pria itu berbungkus pantofel yang juga mahal. Belum lagi jam tangan yang melingkari pergelangan. Sang direktur mengulurkan tangan kanan yang langsung Naka raih. “Benar. Akhirnya saya bisa sampai di sini dan bertemu semua orang yang sudah bekerja keras untuk perusahaan selama ini.” Naka tersenyum. “Terima kasih sudah membantu saya, Pak.” Naka melepas jabatan tangan mereka kemudian menoleh ke samping. “Yang ini tidak perlu saya perkenalkan, kan, Pak?” tanya Naka dengan sepasang mata mengecil