“Sampai kapan kamu mau terus hidup seperti ini, Zahra? Kerja terus tidak ada waktu buat istirahat.” Nurul mengeluh. Wanita yang sedang berbicara dengan sang putri melalui sambungan telepon itu mendesah. “Sudah lima tahun. Kalian masih hidup jauh-jauhan. Kok seperti bukan suami istri. Apa suamimu tidak protes, Ra? Ibu kok takut ya, Ra.” Zahra sedang berbaring sambil memeluk bantal dengan tangan kiri, sementara tangan kanan menempelkan ponsel ke telinga. “Takut kenapa, Bu?” “Kalau Naka tidak pernah mengeluh dengan kehidupan kalian yang jauh-jauhan begitu, jangan-jangan di luar negeri dia punya perempuan lain, Ra. Di Jepang itu kan perempuannya putih-putih, cantik, imut begitu.” Zahra nyaris tersedak lantaran menahan tawa yang hampir terlepas. Zahra mengusap-usap d*danya. Dalam hati memint