“Naka … perasaanku tidak enak.” Dengan lipatan di kening, Naka menoleh. “Kenapa? Kamu sakit?” tanya pria itu seraya membalas tatapan sang kekasih, sementara sepasang kakinya masih terayun pelan. Sherly menggelengkan kepala. “Bukan, tapi, aku merasa akan ada yang terjadi. Perasaanku benar-benar tidak enak.” Sherly menarik sebelah tangan Naka hingga pria itu berhenti melangkah. Sherly menatap Naka dengan dua alis berkerut. “Perasaanku biasanya benar.” Naka menghembus napas cukup panjang. “Jangan terlalu memikirkan apa yang belum terjadi. Overthinking itu bisa merugikan kamu sendiri, Sher.” Masih sambil memegang sebelah tangan Naka, Sherly membuka sepasang bibirnya. “Ayo, kita percepat pernikahan kita.” Sepasang mata wanita itu tidak melepas netra sang kekasih. “Apa?” Sherly menganggukk