Informasi dari chef Orin yang bekerja di salah satu perusahaan makanan dan minuman itu terus terngiang di dalam kepala Zahra. Membuat wanita itu kesal sendiri. Dia tidak ingin mengingatnya, tapi, entah bagaimana kata-kata Chef Orin terus berputar seperti layaknya siaran televisi tanpa iklan. Tidak ada jeda. Zahra mengangkat tubuhnya dengan wajah tertekuk. Rambut panjang wanita itu acak-acakan lantaran sudah lebih dari setengah jam dia hanya bergerak berganti-ganti posisi berbaring, tapi matanya masih belum mau terpejam. Sialan memang. Sudah lima tahun, kenapa nama itu harus kembali ia dengar? Setelah Naka, apakah sekarang dia juga akan bertemu kembali dengan pria yang sudah menyakiti hatinya sampai-sampai bekasnya tidak hilang hingga sekarang? Zahra mengacak rambutnya kesal. “Sialan mema