Part 5

1133 Kata
Menikah bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan begitu saja, apalagi menikah berarti hidup bersama-sama untuk selamanya hingga sisa usia. Pernikahan akan menyenangkan jika menikah dengan orang yang kita cintai, tentu itu menjadi impian semua orang. Tapi Aku tidak pernah mengira kalau kehidupan pernikahan Aku akan diawali dengan perjodohan orang tua, apalagi laki laki yang harus kunikahi adalah seorang laki laki yang bahkan mungkin tidak mempunyai perasaan kemanusiaan sedikit pun dalam hatinya, bagaimana aku harus menjalani hidup dengan pria seperti dia? "Ayoklah nak, Afnan juga bukan pilihan yang buruk, dia tampan, baik, kamu tidak melihat kulitnya yang mulus itu? Dia bahkan lebih pandai merawat dirinya dari pada kamu." Ucap ibu mencoba untuk membujuk Aina. "Bu, jangan lihat tampang dia, apa Ibu tahu kalau dia itu manusia es, manusia yang tidak punya hati nurani, gimana aku harus ngejalani hidup aku sama dia? Gak, gak, ini gak mungkin, aku gak bakalan mau nikah sama dia Bu, gimana pun aku gak akan mau. Lebih baik aku harus menjomblo aja sampe aku menikah dengan lelaki yang benar benar aku cintai." Jawab Aina. "Aina Ibu tau akan sulit bagi kamu saat ini untuk menerima keadaan ini, tapi cobalah nak ini sudah menjadi permintaan paman Ardi mu, dia selama ini sangat berjasa dalam kehidupan keluarga kita, kamu pikir kalau tidak ada dia bagaimana nasib keluarga kita? Kalau paman Ardi tidak membantu membayar hutang Ayahmu, kita sudah menjadi gelandangan sekarang, dia juga sudah menyayangimu dari kecil, dia sangat menginginkanmu dari kecil, kamu harus tahu itu." Ucap Ibu mencoba membujuk Aina. "Betul Nak, paman Ardi banyak berjasa dalam keluarga kita, cobalah untuk memenuhi permintaannya sekali ini, apa yang salah dengan menikah? Asal kamu tahu, sudah banyak wanita yang berusaha untuk mendekati Afnan tapi tidak ada yang berhasil karena dia tidak tertarik, jadi jangan biarkan Paman dan Tante mu sedih jika kamu menolak permintaan mereka." Lannjut Ayah untuk meyakinkan Aina. "Ayah, Ibu sebenarnya anak kalian Aina atau dia, jadi Aina gak cantik?Aina gak dikejar kejar cowok? Asal Ibu dan Ayah tahu ya, cowok di kampus Aina tu pada naksir sama Aina, tapi Aina tu gal suka sama mereka makanya Aina masih ngejomblo." Jawab Aina dengan percaya diri karena tidak mau dibandingkan dengan Afnan. "Yasudah kalau begitu, itu akan jadi hal yang baik kalau kalian menikah, cantik dan tampan, Ayah percaya Afnan pria yang baik, dia akan menjagamu dengan seluruh kekuatannya, Ayah percaya itu." Jawab Ayah. "Ayah Aina masih kuliah, bagaimana Aina bisa menikah sedangkan kuliah Aina masih belum selesai kuliah?" Tanya Aina. "Itu gak akan jadi masalah, Aku bisa ngasih kelonggaran tentang kamu kuliah, sampai kamu selesai kuliah aku gak bakal ganggu urusan kuliah mu." Sahut Afnan yang tiba tiba datang menghampiri mereka diikuti dengan Tante Anggi yang berdiri disampingnya. "Iya Nak, percayalah pernikahan ini tidak akan menghalangi kehidupan kamu yang biasanya, hanya saja yang akan menjadi berbeda sekarang adalah Afnan menjadi suami kamu, dan dia juga bisa menjaga kamu, jamu juga gak perlu tinggal di kos lagi, kamu bisa tinggal disini, atau kalau kamu gak mau terganggu kamu dan Afnan bisa tinggal di villa kami." Jelas Tante Anggi. Sepertinya ucapan Aina memang tidak ada artinya disini, seharusnya Aina tidak usah susah susah bicara dari awal jika akhirnya pendapatnya juga tidak akan didengarkan oleh mereka. Hanya menghabiskan energi Aina saja, benar benar membuat Aina gila, ini bahkan lebih gila dari pada memikirkan bagaimana mengerjakan skripsi nya. Mau tidak mau, suka tidak suka, keputusan ini benar benar harus diterima Aina, mau bagaimana lagi, mereka bahkan tidak mendengarkan sedikit pun apa yang dibicarakan Aina. Ucapan Aina bukan lah sesuatu yang menghalangi niat mereka. *** Pagi yang cerah namun tidak secerah hati Aina, hati nya yang benar benar remuk dengan keputusan yang harus diterima itu. Aina hanya bisa terdiam seharian dan tidak pergi bekerja, bahkan tidak bicara pada siapa pun. Aina hanya duduk di kamarnya dan menatap indahnya suasana luar melalui jendela kamar nya. "Wahh benar benar Indah kehidupan burung itu, aku ingin ikut dengan kalian, bawa aku pergi dari sini, aaaaaahhhhhhhhhhh!!!!!" Gerutu Aina sambil merebahkan tubuhnya keatas kasur dan menutup wajahnya dengan tangan nya. "Apa yang akan kamu lakukan jika mereka membawamu? Apa kamu akan menikah dengan burung itu?" Tanya Afnan yang sudah duduk disamping Aina. "Aku lebih baik tidak pernah bertemu denganmu dari pada harus menerima semua ini." Jawab Aina sambil menundukkan kepalanya. "Mau bagaimana lagi, pernikahan ini sudah menjadi ketentuan orang tua kita." Ucap Afnan. Aina terbangun dari posisi tidurnya kemudian mendekati Afnan dan menatap Afnan. "Coba kamu pikirkan, bukankah pernikahan ini hanya akan mempersulit pekerjaanmu?" Ucap Aina. "Aku bekerja hanya dirumah, apa kamu tidak tahu kalau selama ini aku adalah penulis? atau kamu bahkan tidak pernah membaca karyaku?" Tanya Afnan. "Aahhh kamu seorang penulis, haa bagaimana jika nanti fansmu marah dan murka karena pernikahan ini, lalu mereka tidak akan membeli bukumu lagi?" "Bahkan beberapa tahun terakhir ini fansku terus menanyakan tentang kapan aku akan menikah." "Ha bagaimana jika perempuan perempuan yang mendekatimu merasa sakit hati dan tidak lagi mendekati mu?" Tanya Aina mencoba mencari cara agar Afnan membatalkan pernikahan itu. "Aku bahkan tidak pernah peduli pada mereka sedikit pun." Jawab Afnan tanpa ekspresi. "Ayolah bantu aku membatalkan pernikahan ini, aku akan melakukan apapun yang kamu mau jika kamu berhasil membantuku membatalkan pernikahan kita ini." Ucap Aina sambil memohon. "Mau bagaimana lagi, walaupun aku menolak hal ini, tapi aku tidak bisa menolak jika itu adalah keinginan orang tuaku." Jawab Afnan. Benar benar percuma, benar benar tidak berguna, Aina hanya membuang buang waktunya berbicara dengan Afnan. Harus bagaimana ini? Tamatlah akuuuuuu. *** Sudah 3 hari dari semenjak permintaan paman Ardi untuk menikahkan Aina dengan Afnan. Suatu malam setelah makan malam semua orang begitu panik, saat itu Aina baru pulang dari tempat kerja, Aina berjalan perlahan untuk masuk ke dalam rumah seperti biasanya. Anehnya semua orang tidak berbicara sedikit pun, Aina mencoba masuk kedalam rumah dan menuju ruangan yang sudah penuh dengan kerumunan manusia disana. Betapa terkejutnya Aina saat melihat Tante Anggi dan Afnan menangis di samping Paman Ardi. Aina tidak tahu apa yang terjadi, tetapi yang ada difikiran nya hanyalah pikiran buruk. Aina mendekati Ibu dan Ayah yang berada disamping Tante Anggi, seakan ingin bertanya apa yang sedang terjadi. Tiba tiba Tante Anggi memeluk Ain yang baru tiba itu. "Aina..... Paman kamu sudah tidak ada lagi, Paman kamu tidak sanggup lagi menahan penyakitnya, Tante harus bagaimana lagi?" Ucap Tante Anggi yang kemudian tangisnya pecah dalam pelukan Aina. Memang tidak bisa diungkiri, walaupun Aina baru bertemu dengan Paman Ardi beberapa hari ini, tapi ini sungguh menjadi duka yang begitu besar bagi mereka karena dia sudah seperti keluarga bagi keluarga Aina. Aina tidak bisa menahan tangisnya dan ikut menangis bersama semua orang. "Sudah Tante, Tante yang sabar, ALLAH sayang kepada Paman, ALLAH tidak mau paman menderita lebih lama, serahkan semuanya kepada ALLAH." Ucap Aina sambil menepuk nepuk lembut bahu Tante Anggi menandakan untuk menenangkan Tante Anggi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN