Part 4

1060 Kata
Pagi sekali Aina bangun dan bersiap siap untuk berangkat menuju tempat kerja baru nya. Karena terburu buru, Aina melewatkan sarapan dan langsung bergegas menuju jalan lintas untuk mencari taxy yang lewat. Tidak menunggu lama, akhirnya sebuah taxy berhenti tepat di depan Aina dan dengan segera Aina langsung menaiki nya. Aina pikir dia sudah terlambat datang bekerja, tapi siapa yang tau kalau ternyata cafe nya pun belum ada gerakan untuk dibuka. Aina akhirnya memutuskan untuk duduk didepan cafe sambil menunggu Ridwan datang untuk membuka cafe nya. Sekitar kurang lebih 30 menit,,, "Aina? Sudah lama nunggu? "Tanya Ridwan yang baru datang dan ikut duduk disamping Aina. "Ah gak juga kok, aku kira tadi udah telat jadi aku buru buru datang." Jawan Aina sambil tersenyum terpaksa. "Yaampun Aina besok besok gak usah kecepatan datang kayak gini, kita buka jam 8.30, jadi kamu bisa santai aja otw jam 8. Jangan jangan kamu belum sarapan ya karena mau cepat?" Tanya Ridwan sambil berdiri dan membuka pintu cafe. "Ooh aku udah biasa kok gak sarapan pagi , jadi santai aja." Jawab Aina sambil mengikuti Ridwa yang sekarang sudah masuk ke dalam Cafe. "Gak boleh kayak gitu, sini duduk kita sarapan dulu, aku juga belum sarapan juga soalnya." Ucap Ridwan sambil menyodorkan sepiring roti yang baru diambilnya dari lemari pendingin. "Ahh maka.. " Ucapan Aina terpotong karena tiba tiba Afnan datang dan menarik tangan Aina. "Apasih, lepasin gak?!" Bentak Aina kepada Afnan. "Apa kamu tidak bisa berhenti membuat ulah?! Kenapa tidak sarapan sebelum kamu pergi? Aku jadi sudah karena diminta untuk menemui mu membawakan sarapanmu!! " Bentak Afnan yang sudah berdiri di hadapan Aina. "Nan dia lupa sarapan karena takut telat aja, gak usah sampe segitunya Nan, dia masih belum terbiasa dengan sifat kamu." Sahut Ridwan yang mencoba menenangkan Afnan yang terlihat sangat emosi dan marah. "Lepas gak, emang kamu pikir kamu siapa bisa bentak bentak aku kayak gini, aku gak sarapan itu terserah aku, aku juga bakal minta maaf sama orang rumah nanti tanpa harus kamu perlakuin aku kayak gini. Asal kamu tahu ya, gak akan ada cewek yang sanggup sama sifat dingin gila kamu itu kalau kamu kayak gini." Ucap Aina sambil mencoba mendorong tangan Afnan untuk menjauh. Karena sangat kesal, Afnan melemparkan bekal makanan yang tadi dibawakan Mama nya untuk Aina ke lantai. Aina langsung terkejut dan menatap Afnan heran, sementara Ridwan sudah terbiasa dengan sifat gila Afnan itu. Aina tidak bisa mengatakan apapun karena terkejut dan sekaligus takut dengan apa yang dilakukan Afnan. Perlahan, Ridwan berjalan mendekati Aina untuk memenagkan gadis yang sudah terlihat ketakutan itu. "Aina, ganti pakaian mu dibelakang ya, aku akan mencoba menenangkan nya, jadi pergilah berganti pakaian dan buatkan kopi untuk kami." Ucap Ridwan. Aina langsung pergi ke belakang cafe untuk mengganti pakaian nya dan meninggalkan Afnan yang masih berdiri di depan meja. "Afnan, tenangkan dirimu. Kamu bisa membuatnya takut, dia masih belum tahu dan terbiasa dengan sifatmu. Ayo duduk, aku akan minta dia menyiapkan kopi untuk kita." Ucap Ridwan. Namun, Afnan hanya pergi meninggalkan cafe tanpa memperdulikan Ridwan yang mencoba untuk menenangkan nya. Disaat Aina akan menyajikan kopi, pria itu sudah pergi. Namun, Ridwan meraih kopi yang dibawakan Aina dan menikmatinya sendiri agar gadis itu tidak bersedih. Setelah selesai makan siang dan beristirahat beberapa menit, Aina Merasa bosan dan hanya memutar mutar gelas yang ada dihadapan nya. Kemudian Aina melihat lihat lagi disekitar apakah ada yang harus dikerjakan lagi atau tidak, dan melihat lihat apakah ada pengunjung yang datang, namun pengunjung juga tidak kunjung datang. "Kenapa Na? Bosan? Yaahh biasalah Na cafe aku emang selalu gini, apalagi letak cafe juga gak mendukung untuk pengunjung datang. Biasanya sih cuman orang dari kantor simpang ini yang sering datang, tapi karena mereka sedang liburan gitu jadi gak ada yang datang. Tapi kamu gak usah khawatir, gaji kamu bakal tetap aku bayar full kok." Ucap Ridwan yang sekarang sudah duduk di hadapan Aina. "Bukan masalah gaji, kalau kerjaan nya kayak gini sama aja aku makan gaji buta aja gak ada kerja apa apa." Jawab Aina. "Ada kok, kan kamu yang bersihin tempat ini, jadi itu udah termasuk pekerjaan." Ucap Ridwan sambil tersenyum kepada Aina. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 wib, Aina dan Ridwan bersiap siap untuk menutup toko agar bisa segera pulang kerumah. Karena letak rumah yang lumayan jauh dari cafe, Ridwan sudah pulang sejak pukul setengah 5 tadi, dan dia meminta Aina untuk menutup cafe dan memberikan kunci cafe kepada Aina, agar Aina yang membuka dan menutup pintu Cafe untuk kedepan nya. Ains berjalan keluar daei cafe dan menutup pagar cafe. Karena hari sudah terlalu sore, Aina menelepon Ibu agar menjemput nya pulang, karena Aina tidak yakin akan ada taksi yang lewat disekitaran sini. Tetttt... Tetttt... Aina terkejut setelah mendengar sebuah klakson mobil yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. "Mau pulang atau tidak?! " Teriak Afnan dari dalam mobil. "Kok kamu? Aku akan pulang dengan sopir rumahmu, aku akan maendeleo Ibuku." Jawab Aina kepada Afnan yang berada didalam mobil. "Aku diminta Mama untuk menjemputmu, cepat naik dan jangan menyusahkan aku! " Ucap Afnan. Aina menarik nafas berat dan berjalan memasuki mobil Afnan. Aina harus mencoba sabar dan membiasakan diri dengan sifat gila pria itu. Di sepanjang perjalanan pulang, mereka hanya saling diam dan tidak mengatakan apapun. Suasana didalam mobil itu seperti tidak ada penghuni nya. *** Setelah seminggu lamanya keluarga Aina tinggal dirumah keluarga Afnan, Namun Paman Ardi masih belum ada perubahan pada kesehatannya. Hingga suatu malam, tiba tiba Paman Ardi menggerakkan tangannya seakan ingin mengatakan sesuatu. Semua orang masuk kedalam ruangan Paman Ardi dan memeriksa apa yang terjadi kepada Paman Ardi. Karena hanya Tante anggi yang mendengar ucapan Paman Ardi, Tante Anggi menceritakan semuanya kepada mereka apa yang didengarnya. "Begini, Mas Ardi mengatakan sesuatu yang memang selama ini sudah direncanakan nya. Dia tidak tahu kapan akan bisa mengatakan hal itu kepada kalian, jadi dia mencoba mengatakan semuanya sekarang sebelum terlambat. Mas Ardi ingin menikahkan Aina dengan Afnan, dia sudah berharap tentang itu sejak lama. Aku juga sudah menyetujui hal itu dan merencakan nya dengan Mas Ardi. Mas Ardi berfikir, kalau Aina lah yang cocok untuk Afnan. Karena bagaimana pun, Aina adalan anak yang baik sekaligus anak dari teman baik nya, jadi Mas Ardi sangat mengharapkan hal itu." Ucap Tante Anggi yang membuat Aina tidak bisa berkata apa apa, bahkan untuk mengedipkan matanya pun Aina sudah tidak sanggup. "NIKAH? AFNAN?" Ucap Aina tergagap seakan tidak percaya apa yang barusan didengarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN