12. Razia Club Malam

1688 Kata
Zara memarkirkan mobilnya di parkirkan Hugo Night Club, salah satu yang menjadi tempat favoritnya menghabiskan malam. Suasana Club malam itu sudah cukup ramai. Zara melangkahkan kakinya terburu-buru menuju pintu masuk. Hingga tak sadar Ia menabrak seseorang yang juga akan memasuki Club. “Eh sorry… sorry…” kata Zara yang benar-benar tak sengaja. “Iya ngga papa kok.” kata Pria itu ramah sambil memungut bungkusan kecil yang tak sengaja terjatuh. “Sory banget ya Mas…” kata Zara sekali lagi karena merasa tidak enak hati. Pria itu hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis. Zara pun kembali melangkahkan kakinya memasuki Club. Suara musik Dj mulai terdengar keras. Suasana remang-remang dengan gemerlap warna-warni cahaya lampu ala diskotek membuat suasana semakin hidup. Zara langsung menuju kursi bar tempat favorit mereka biasa memesan minuman. Sudah ada Tiara, Marsya, dan Celline di sana. “Waahh… yang ditunggu-tunggu dateng juga nih.” Kata Tiara sambil meminum Coctailnya. “Alena belum dateng?” tanya Zara sembari duduk di dekat Celline. “Belum tuh… bentar lagi mungkin.” Sahut Marsya. “Waahh… bener-bener nih panjang umur, baru juga diomongin. Tuh Dia anaknya…” kata Tiara sambil mengarahkan pandangannya ke arah pintu masuk. Diikuti dengan pandangan mata yang lain. Seperti biasa Alena mengenakan outfit favoritnya, denim hot pants dengan tank top warna putih yang kali ini sedikit transparan membuat cup bra nya sedikit menjiplak di tank top nya. Sebuah tas channel classic Ori warna hitam berukuran kecil membuat penampilannya semakin manis. “Tumben lo biasanya dateng duluan.” Tanya Tiara sambil mengikuti irama musik yang dimainkan Dj. “Iyaaa… gue ada urusan bentar tadi.” Jawab Alena sambil celingukan seperti mencari seseorang. “Nyari siapa lo Al?” tanya Marsya yang sedari tadi sibuk dengan telepon genggamnya. “Adaaa… temen gue.” Jawab Alena sambil terus mencari temannya itu. “Nah, tu Dia.” Kata Aline sambil memperhatikan pria yang sedang celingukan. “Sam!” panggil Alena dengan keras. Tapi sepertinya suaranya tidak bisa didengar karena suara musik Dj yang begitu keras. “Eh bentar ya…” kata Alena pada yang lain. Ia mendekat ke arah pria itu. Tak berapa lama kemudian Alena kembali dengan seorang pria tinggi tegap dan berkulit putih dengan sebuah tas kecil yang melingkar di dadanya yang bidang. “Eh kenalin nih Samuel…” kata Alena memperkenalkan pria itu kepada teman-temannya. “Eloo?” tanya Zara setelah menatap Pria yang datang bersama Alena. “Ooh, lo temen Alena? Wah ngga nyangka, kebetulan sekali...” Kata Samuel sambil terus menatap Zara. “Kalian udah saling kenal?” tanya Alena heran. Alena mengerutkan dahinya,. Sepertinya tidak mungkin seorang Zara yang notabenenya gadis baik-baik sebelum Ia sering pergi ke Club bersama genk-nya bisa mengenal sosok Samuel. “Engga… tadi kita ngga sengaja ketemu di pintu masuk.” kata Sam yang sedari tadi menatap Zara tak berkedip. “Iya… gue ngga sengaja nabrak Dia. Sorry ya.” Terang zara sambil meminta maaf sekali lagi. “Iyaaa… tadi kan lo udah minta maaf. O ya, gue Sam.” Kata Samuel sambil mengulurkan tangannya. “Zara…” kata Zara menyambut uluran tangan Sam. “Ehmmm…” Alena berdeham melihat Sam yang seolah enggan melepaskan pegangan tangannya pada Zara. Buru-buru Sam melepaskan tangannya dan berkenalan dengan teman Alena yang lain. “Eh… Sam…” kata Alena memberi kode kepada Sam untuk menjauh dari teman-temannya. “Bentar ya…” pamit Alena. Sam dan Alena menjauh menuju ke samping toilet. Entah apa yang mereka lakukan di sana. Sementara Zara, Marsya, dan Celline kembali menikmati musik sambil memesan minuman. “Turun yuk… sekali-kali lah… masa lo kalo ke sini minum doang…” ajak Tiara untuk ikut berjoget besama. “Ngga ah… lo aja sama Celline…” jawab Zara yang terkesan malas karena dari awal bukan itu tujuan Ia datang ke Club. “Ya udah ah… yuk Cell, ngga asik lo berdua…” kata Tiara pada Zara dan Marsya. Sementara Zara dan Marsya hanya tertawa melihat wajah Tiara yang ditekuk. Tak lama kemudian Alena dan Sam kembali duduk di samping mereka. “Kemana Tiara sama Celline?” tanya Alena. “Tuh…” jawab Marsya sambil menunjuk mereka yang sudah asyik berjoget mengikuti suara musik Dj yang semakin malam semakin memanas. “Lo kenapa sih Ra, dari tadi gue dateng muka lo kusut banget. Lo masih inget nyokap lo?” tanya Alena. Zara menggelengkan kepalanya. “Jauh lebih berat dari yang lo pikir.” Jawab Zara singkat sambil menenggak minumannya. “Iya okee… gue tau lo ngga mau cerita.” Kata Alena yang sudah paham betul dengan karakter Zara. Walaupun mereka sudah cukup dekat tapi Ia tahu Zara tidak akan pernah menceritakan masalah pribadinya kepada mereka. “Eh, lo mau ngga?” kata Alena menawarkan sesuatu. “Apaan tuh?” tanya Zara ketika melihat bungkusan berisi seperti permen berwarna putih. “Sesuatu yang bisa bikin lo tenang. Cobain deh, lo pasti jauh lebih enakan.” Kata Alena. Marsya pun penasaran dan melihat ke arah tangan Alena. “Yakin lo? Gue……..” belum juga Zara menyelesaikan bicaranya tiba-tiba terdengar keributan di pintu masuk. Suara musik yang sedang dimainkan Dj pun tiba-tiba terhenti. “Ada apaan sih?” tanya Zara sambil terus melihat ke arah pintu. “Waahhh… polisi Al…” kata Sam panik. “Duh gimana nih Sam…” kata Alena ikut terlihat panik. Alena bangkit dari tempat duduknya sambil menyembunyikan bungkusan yang tadi dipegangnya ke dalam lipatan sepatunya. “Lo kenapa sih Al panik banget? Ngapain lo?” tanya Zara heran melihat tingkah Alena. Terlebih saat Ia menyembunyikan bungkusan tadi di dalam sepatunya. Dalam hitungan detik polisi sudah berada di depan mereka hingga Alena tak sempat beranjak dari tempatnya. “Permisi Mas, Mba… kami dari kepolisian mendapat tugas untuk melakukan razia kepemilikan Narkotika. Bisa minta tolong kerjasamanya?” kata salah seorang anggota polisi dengan suara berat. “Silahkan Pak…” jawab Marsya dengan tenang karena Ia bisa memastikan mereka tidak pernah memakai barang tersebut. Alena dan Sam terlihat gelagapan. Wajah Alena seketika pucat pasi. Sementara Zara yang belum lama mengenal Club malam terlihat ketakutan karena secara tiba-tiba didatangi oleh segerombolan polisi. “Ngga papa Ra… lo tenang aja.” Ucap Marsya berusaha menenangkan Zara. Beberapa anggota polisi pria dan wanita mulai melakukan penggeledahan seluruh isi tas dan yang melekat di tubuh mereka tak luput dari pengecekan. “Permisi Mba, bisa minta tolong dilepas sepatunya.” Tanya anggota polisi wanita yang terlihat masih muda kepada Alena. Alena tak punya pilihan lain, sambil menoleh ke arah Sam Ia melepas sepatu yang dikenakannya. Wajah Sam terlihat pasrah sambil tangannya meremas ujung rambutnya. Saat Alena melepas sepatunya, sudah bisa dipastikan polisi itu melihat sesuatu yang Alena sembunyikan di sana. Polisi wanita itu kemudian mengambilnya dan melaporkan temuannya itu kepada atasannya. “Kalian ikut kami ke kantor sekarang.” Perintah salah satu anggota polisi pria kepada Alena dan teman-temannya. “Lho, ini kenapa ya Pak?” tanya Marsya. “Nanti kita jelasin di kantor.” Jawab polisi itu sambil terus melakukan penggeledahan. Tak berapa lama Marsya dan Celline kembali setelah mereka lolos dari pengecekan. “Kenapa nih?” tanya Tiara yang melihat semua teman-temannya diarahkan untuk keluar dari Club. “Apa mereka teman kalian juga?” tanya Polisi itu kepada Alena. Alena hanya mengangguk sambil terus tertunduk. “Silahkan Mba, kalian juga ikut kami ke kantor.” Kata Polisi itu lagi. “Lho, kenapa kita harus ikut Pak?” “Salah satu teman kalian kedapatan membawa lima butir ekstasi yang disembunyikan di dalam sepatunya.” “Hah?? Elo Al?” tanya Tiara dengan ekpresi wajah yang tidak percaya. Tak hanya Tiara, Zara dan yang lainnya pun syok mendengar perkataan polisi itu. Ia sama sekali tak menyangka Alena berbuat sejauh itu. “Jadi yang lo tawarin ke gue itu Ekstasi?” tanya Zara syok. “Maafin gue Ra.” Kata Alena pelan. “Jahat banget sih lo Al…” kata Zara sambil menangis. Ia tak menyangka berada dalam situasi yang tidak pernah Ia bayangkan sebelumnya. “Bener-bener lo Al!” teriak Tiara yang sangat ingin menghajar Alena saat itu juga. Tapi Celline berusaha menahan dengan kedua tangannya. “Sekarang kita kena masalah gara-gara lo!” teriak Tiara lagi. “Sudah… sudah… semua ikut ke kantor.” Mereka pun digelandang menuju kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) menggunakan mobil patroli polisi yang memiliki bak terbuka dan bangku di bagian belakang. Tak hanya Alena dan teman-temannya, tapi juga beberapa pengunjung yang kedapatan membawa narkotika serta beberapa dari mereka yang dicurigai. Semuanya akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut apakah mereka mengkonsumsi barang haram tersebut dengan cara dilakukan tes urine. Malam itu polisi sengaja mengadakan razia karena adanya laporan dari masyarakat terkait adanya peredaran narkotika di sejumlah tempat hiburan malam. Penggerebekan rersebut dipimpin langsung oleh Kepala BNN dengan menerjunkan puluhan personil. Setelah dilakukan pemeriksaan berupa tes urine, hasilnya dari 76 pengunjung yang diamankan, 45 orang diantaranya positif mengkonsumsi zat Amphetamine. Mereka kebanyakan menggunakan narkotika jenis sabu dan ekstasi, termasuk Alena dan Sam. Ternyata Sam adalah seorang kurir narkotika dan sudah beberapa kali mengantarkan pesanan kepada Alena. Zara dan teman lainnya diizinkan pulang sementara Alena harus tetap berada di sana untuk selanjutnya diproses secara hukum dengan memanggil walinya yaitu kedua orangtuanya. Berulangkali Alena memohon untuk dilepaskan atau paling tidak kedua orangtuanya tidak diberi tahu karena sudah pasti kedua orangtuanya akan sangat marah karena mencoreng nama baik mereka. Setelah keluar dari kantor BNN, Zara dan yang lain kembali ke Club menggunakan taksi untuk mengambil kendaraan mereka yang terparkir di sana. Di perjalanan semua hanya terdiam, tak menyangka hari ini mereka berurusan dengan polisi, terlebih Zara yang masih sangat syok dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Apa jadinya jika Ia menerima tawaran Alena? Sudah bisa dipastikan saat ini Ia tidak akan diizinkan pulang dan harus meringkuk di balik jeruji Kantor BNN. Malam itu Zara sangat bersyukur tidak sampai terjerumus lebih jauh dalam pergaulan yang salah. Ia merasa Allah masih sayang padanya, Ia pun menyadari kesalahannya. Zara bergegas kembali ke rumah. Di mobil Ia menangis sejadi-jadinya dengan badan yang masih gemetar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN