20. SEBUAH ALASAN

1111 Kata
Di meja belajarnya, Kana melipat kedua tangannya sambil menaruh pipinya di atas lipatan tangan. Pandanganya kosong, pikirinnya jatuh pada kejadian beberapa saat yang lalu waktu Elang menyatakan cinta untuknya. Kana menghela napas panjang mengingat itu semua. Dan tanpa ia sadari, dari sudut matanya, sebuah cairan bening kembali lolos. FLASHBACK ON Tatapan Kana tidak lepas dari wajah serius Elang. Kana tidak berkedip menatap cowok itu, bibirnya ia rapatkan, sementara jantungnya sudah bergejolak dengan kencang. Tanpa sadar, Kana sudah menelan salivanya secara kasar. Sorot mata Elang melayang dan menancap tepat di manik mata Kana. Cowok itu juga merasakan jika jantungnya terlalu cepat bergerak. Ia berhenti berkata sejenak, lalu menarik napas panjang. Tangan Elang perlahan sudah mulai bergerak, kemudian ia menggenggam tangan Kana dengan erat, membuat Kana terhenyak. Tubuh Kana menegang seketika itu juga. Baru kali ini ia di pegang sedemikian oleh seorang cowok. Tapi Kana tidak bisa melepaskan tangannya, ia terkunci oleh tatapan Elang. Entah kenapa lidahnya juga mendadak kelu, ia hanya bisa diam dan mendengarkan penuturan cowok itu. "Kana?" panggil Elang lirih. "I–iya?" "Kana mau nggak jadi tuan putri yang bakal ngisi hatinya Elang?" Deg! Ritme jantung Kana bertambah bergerak cepat. Kegugupan seketika menyergap dirinya. Kana melenguh sejenak sambil menunduk, tapi detik selanjutnya ia sudah mendongak dan menatap Elang. Kana hendak membuka mulutnya untuk menjawab, tapi entah dari mana tiba-tiba telinganya menerima sebuah bisikan. Kana sadar, saat ini hatinya sedang berkata pada dirinya. Kana menatap bola mata Elang yang berpendar menatapnya, cowok itu sedang menunggu dirinya menjawab pertanyaan yang ia layangkan. Mulut Kana sudah bergerak ingin mengucapkan kata. Ia mau mengakui, bahwa memang sejak lama ia menyukai cowok itu. Elang sudah membuatnya nyaman, dan berada di dekat Elang selalu saja membuat Kana lupa akan masalah hidupnya. Cowok itu pandai membuat dirinya tersenyum dan tertawa lepas. Hanya Elang seorang, tidak ada cowok lain. Sejujurnya Kana sangat ingin berkata iya sambil mengangguk. Tapi bagian dari hatinya mengatakan jika Kana harus berpikir lebih lama lagi. Dan saat ini Kana tahu apa yang hatinya maksud. Dirinya tidak sempurna untuk Elang. Cowok itu terlalu berharga untuk dirinya. Kana tidak mau membuat Elang repot dan sedih, atau lebih parahnya Elang menyesal karena sudah menjadikan Kana seseorang yang penting dalam hidupnya. Ya, masalahnya memang ada di situ. Kana kasihan terhadap cowok itu, ia tidak mau Elang repot mengurusi dirinya yang lemah. Suatu saat nanti, lemah jantung Kana akan semakin memburuk. Hal itu pasti akan membuat Elang sedih. Kana tidak mau sampai Elang sedih, ia tidak mau membuat cowok itu terus menderita jika berada disampingnya. Kana sadar diri, ia tidak pantas untuk Elang. Perlahan, Kana mendongak kembali seraya menegarkan hatinya. Tubuhnya sudah terguncang. Meskipun sulit, tapi Kana akan mencoba mengikhlaskan Elang. Cowok itu tidak pantas bersanding dengan dirinya yang hanya bisa bergantung pada obat untuk bisa bernapas. Elang berhak bahagia, dengan kehadiran dirinya disamping cowok itu, sudah dapat dipastikan jika kebahagiaan Elang akan terhalang. "Elang ..." Kana mencicit lirih, kemudian meneguk ludahnya dengan kasar. Bola matanya sudah berkaca-kaca, siap menumpahkan air matanya seketika itu juga. Kana melepaskan genggaman tangan Elang ketika dirasa pipinya basah. Buru-buru ia mengusapnya, tak lama setelah itu Kana menggeleng seraya terisak pelan. "maaf ... gue nggak bisa nerima lo." FLASHBACK OFF *** "Jangan main hape mulu, makan dulu biar nanti bisa konsen di sekolah." Ucapan Emak berhasil Elang abaikan, tatapannya masih terpaku pada sebuah layar ponselnya. Ia mengetik sesuatu di sana, membuat emak yang diabaikan begitu saja berdecak dan menggelengkan kepalanya. "Denger emak ngomong nggak? Mau hape-nya di sita plus nggak dapat uang jajan selama seminggu?" Emak kembali berkata, yang langsung membuat Elang mendongak menatap emaknya seraya menggeleng kuat sebanyak tiga kali. Wanita itu tersenyum puas. Berbicara dengan Elang memang harus melibatkan ancaman agar anaknya itu mendengarkan apa yang dirinya katakan. Dan memang terbukti, Elang kini terlihat kaget dengan wajah pucat pasi. "Mak, nggak lucu ngomong gitu," tegur Elang sambil mendecakkan lidahnya. Ia menatap emaknya kesal. "Makanya, turuti kemauan emak. Sarapan dulu, jangan main hape terus." "Lah ini Elang lagi makan mak. Emangnya emak nggak lihat apa?" Elang menunjukkan piringnya yang penuh dengan nasi beserta lauk pauk. Ia kemudian mendengkus kasar dan memutar bola matanya dengan malas. "Yang emak maksud itu hape-nya taruh dulu, kau fokus makan aja. Jangan makan sambil main hape." Elang menggeleng pelan, "nggak bisa, ini penting mak." "Terserah kau ajalah, emak pusing. Pagi-pagi udah bikin emosi aja, nurut aja apa susahnya sih? Kalo dipecat jadi anaknya emak baru tau rasa kau." "Diam mak, lagi makan nggak boleh ngomong. Pamali," ujar Elang memperingati. Ia kemudian tersenyum kecil ketika emak langsung merapatkan bibirnya. Wanita itu menghela napas dan mengangguk, membenarkan ucapan anaknya yang entah kerasukan setan jenis apa sampai tiba-tiba jadi bijak seperti itu. Setelah menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, Elang kembali terpaku pada layar ponselnya. Kemudian Elang mengetikan sesuatu pada pesan grup. Calon Imam Bagi Ukthi (CIBU) Elang : Hidupku merana ketika tidak mendapatkan kecerahan, harapanku pupus sewaktu aku mencurahkan isi hatiku. Rasanya hidupku hampa sesaat setelah seseorang menolak ajakanku. Sakit, hatiku begitu ngilu seolah tersayat oleh pisau tajam Nolan : ALAAAAYYY TINGKAT NERAKA! Saka : gue keselek anjir gara-gara pesan alay lo, Elang k*****t! Gue lagi makan nih Nolan : kebangetan emang sih nih anak, kita ceburin ke kolam kodok entar pas istirahat. Yang setuju harap angkat tangan Elang : Nggak! Miko : Gue setuju Saka : Gue seratus kali lipat setuju Ragas : Apalagi gue, setuju banget dong pasti Elang : Gak ada yang belain gue, auto tenggelam di laut nih Nolan : MAMPUS LO! Miko : Jangan ngeselin Lang, gitu kan jadinya Ragas : Ga ngeselin, bukan Elang namanya. Betul nggak Lang? Hahaha Elang : Bentar, gue mikir dulu Saka : Pakai mikir segala nih anak. Emang lo ngeselin dari lahir kali Nolan : Nah, itu baru bener Miko : Bener banget Ragas : Paling bener mah itu Elang : Gimana sih, otak gue udah nggak ada woy. Belum restok lagi Ragas : Lah, kenapa bisa nggak ada? Miko : Dibuang kali Elang : Seratus untuk Miko! Kamu mendapatkan hadiah berupaya sebongkah kentut yang begitu lezat dan hotspot minimal pemakaian 50 GB dari Ragas. Hore! Miko : Gak lucu Lang, garing Ragas : Kenapa gue lagi b*****t?! Gue ekseskusi baru tau lo Saka : Hahaha Nolan : Nama lo udah gue ganti jadi Elang si manusia gada otak. Mampus lo Elang : Kan emang nggak ada otaknya. Lo semua mau bukti? Entar dulu, gue tadi buang ke tempat sampah. Gue potoin biar lo semua lihat sendiri. Miko : Menunggu dengan senang hati Saka : Mana? Nolan : Omong doang Ragas : Pantasnya diapain nih anak. Elang send a photo Nolan : Eh ANJING?! Ragas : Eh buset? Saka : Gue nyerah gue nyerah, bendera putih mana? Nolan : Kalo otak lo udah dibuang, tapi lo kok sekarang idup? Elang tersenyum membaca chat dari para sohibnya itu, tentu saja Elang hanya mengirim foto yang ia ambil dari mbah google.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN