21. TARUHAN

1846 Kata
Ditolak cintanya pada malam itu tidak lantas membuat Elang menyerah begitu saja. Ia cinta dan sayang Kana setengah mati. Elang akan berjuang lebih keras lagi agar Kana mau menjadi kekasihnya. Elang tidak minat dengan cewek lain, hanya Kana seorang satu-satunya cewek di hati Elang. Tidak apa, Elang menganggap jika malam itu bukanlah keberuntungannya. Prinsip Elang tidak akan menyerah sebelum apa yang dirinya mau terkejar. Mungkin juga malam itu ia kurang romantis hingga membuat Kana tidak terbawa perasaan. Entahlah, Elang tidak tahu. Cowok itu tersentak dari lamunannya ketika sebuah jitakan cukup keras mampir dikepalanya. Dengan bola mata yang melebar, Elang membelokkan tatapan menatap Ragas. Ia mendengkus kesal. "Kenapa diem? Tumben banget nggak ngoceh? Belum minum bensin kah?" Ragas tersenyum miring sambil menatap Elang. "Kalo mau ditemenin ngobrol tuh ngomong, nggak usah jitak kepala gue segala. Kepala gue keropos asal lo tahu!" Elang memutar bola matanya malas. "Kenapa bisa keropos? Dimakan rayap tuh?" Nolan berujar seraya terkekeh kecil. Disusul tawa Ragas dan Saka yang saling bersahutan. "Keropos di makan nyokap lo tadi malam Lan," jawab Elang asal ceplos. Nolan melotot, "apa lo bilang?" "Kenapa? Nggak terima? Berantem aja yok sekarang mumpung gue lagi galau nih. Gue juga lagi pengin mukul orang. Dan yang paling pengin gue pukul tuh elo Lan. Lo rival gue!" "Lanjutkan bos!" ujar Saka sambil bertepuk tangan heboh. "Jangan kasih kendor, lapangan lebar tuh di luar." Miko menyahut santai dari bangkunya. Ia tersenyum tipis menatap Elang dan Nolan yang saling beradu tatapan sengit. "Lo berani sama gue Lang? Yang bener aja! entar gue pukul, lo malah minta ganti rugi sepuluh milyar. Ngeselin banget." "Nggak, gue nggak bakal minta duit lo. Duit nggak penting di kamus hidup gue, yang paling penting itu cinta kita terbalas dari orang yang kita sayang. Udah, itu aja udah cukup kok. Nggak usah minta lebih. Gue cuma mau bahagia dunia akhirat." Elang berkata panjang lebar membuat kening Ragas mengerut bingung. Mulut Saka terbuka setengah menatap Elang. Sementara Miko menyipitkan matanya. Dan yang terakhir, Nolan mencebikkan bibirnya. "Sok puitis banget lo. Emangnya kenapa? Kana nggak mau jadi pacar lo setelah lo tembak tuh cewek?" Nolan bertanya ngasal setelah mengeluarkan napas panjang. Elang mengangguk. "Kok lo bisa tahu?" "Jadi emang bener omongan gue nyet?" Nolan melebarkan matanya. Untuk kedua kalinya Elang mengangguk. Sorot matanya meredup. Ia sedih, tapi tidak mau menyerah begitu saja untuk meluluhkan hati Kana. Ragas tertawa mendengar pengakuan dari Elang, ia memukul meja berulang kali. Elang yang melihat itu menatap Ragas sebal. Bukannya membantu mencari solusi yang baik agar Elang tidak larut dalam kegalauannya, Ragas justru malah tertawa. Emang halal untuk ditimpuk kepala Ragas pakai sapu lidi. "Oh jadi ini alasannya kenapa lo dari tadi diem? Habis ditolak cinta rupanya." Ragas terkekeh kecil setelah berucap lagi. "Elang mendadak jadi sad boy," ujar Saka, melihat Ragas yang tertawa lepas membuatnya juga ikut tertawa meskipun tidak keras. "Gimana hati lo sekarang? Sakit banget, ya?" "Sabar Lang," ujar Miko, yang dibalas Elang dengan senyuman tipis. "Hati gue berlubang nih, sumpah gue nggak bohong. Sakit banget ini." Dengan dramatis, Elang memegangi dadanya sambil menunjukkan raut wajah kejang-kejang hampir mati. "Mati aja Lang, gue ikhlas kalo lo mati. Tapi nanti lo tulis surat wasiat, ya? PS di rumah lo kan banyak banget tuh, nanti semuanya buat gue. Biar gue buka rental PS, kan lumayan ada hasil." Celetukan dari Saka membuat Elang mendengkus kasar. Ia menggertakkan giginya kesal sambil mempertajam sorot matanya. Gini amat Elang punya sahabat. Harusnya tuh mereka menghibur dirinya agar kembali ceria, bukan malah mengoloknya! "Pantesan aja tadi minta berantem. Ceritanya mau luapin kemarahannya. Dih, lemah bener lo Lang, gitu aja sedih. Semangat dong. Lo harus berjuang!" Nah ini yang Elang tunggu dari tadi. Sebuah dukungan agar dirinya semangat. Perlahan, bibirnya pun membentuk senyuman lebar. Ia mengangguk sambil menatap Nolan yang baru saja memberikan sebuah dirinya dukungan. "Maka— "Semangat buat ngejomlo sampai tua maksud gue!" NOLAN k*****t! Keempat cowok itu tertawa terbahak, tawa yang saling bersahutan atas penderitaan yang baru saja Elang dapatkan. Wajah Elang dibuat merah padam menahan kesal. Mereka semua memang tidak setia kawan. Dengan perasaan dongkol, Elang menarik kursi ke belakang, kemudian ia bangkit dari duduknya. Darahnya berdesir semakin cepat. Tatapan tajamnya melayang tepat di manik keempat sohibnya. "Jangan salahkan gue kalo pulang sekolah lo semua kena amukan kak Ros. Gue pergi dulu, dan jangan nyari gue karena gue bakal ngambek sama lo semua!" Elang melangkah lebar keluar dari dalam kelas. Meninggal para sohibnya yang malah tertawa terbahak. Kesal dengan mereka, Elang pun merasa jika tenggorakannya terasa kering. Hingga akhirnya ia memilih untuk pergi ke kantin seorang diri. Sesampainya di kantin, Elang segera memesan minuman. Setelah apa yang ia dapat sudah berada ditangannya, Elang berjalan mencari bangku yang kosong. Tapi sayang, keadaan kantin saat ini ramainya minta ditabok, membuat Elang mendengkus kesal. Dan pada akhirnya, tatapan Elang jatuh ke arah kursi kosong yang lumayan dekat dengan dirinya. Namun, baru satu langkah Elang berjalan, kursi yang menjadi incarannya tersebut sudah ditempati oleh seseorang. Membuat Elang melotot tidak percaya. Ia kemudian membuang napas kasar dan tanpa sadar rahangnya mengeras. Pasalnya, seseorang yang menempati kursi kosong incarannya tersebut tak lain dan tak bukan adalah Nanta. s**l, dimana-mana ada saja cowok itu. Tak mau mengalah, Elang berjalan cepat menghampiri Nanta yang rupanya juga sendirian. Peluang yang bagus, itu artinya Nanta tidak mempunya seseorang untuk membelanya. Dan Elang rasa satu lawan satu lebih sepadan untuk saat ini. "Hei dedemit nggak ada akhlak!" Ucapan Elang sukses membuat Nanta yang sedang menyedot minuman dinginnya langsung terlonjak kaget. Tidak hanya itu saja, barusan Elang menggebrak meja cukup kuat, hal itu tentu saja membuat Nanta terkejut bukan kepalang. Nanta terbatuk beberapa saat. Detik berikutnya ia menatap Elang tajam yang sedang menatapnya sambil tersenyum sinis. "s****n lo, mau buat gue mati, ha?" ucap Nanta sembari melayangkan sorot mata penuh kesinisan pada Elang. "Kenapa nggak mati sekalian, kan gue dapet bungkusan roti gitu. Lo mati, perut gue kenyang," jawab Elang ngasal, seperti biasa. Membuat Nanta segara mengepalkan tangannya karena emosi. "Gue nggak lagi mau nyari ribut sama lo. Mau lo apa ha?" "Lo pergi dari sini, gue yang udah nempatin kursi ini duluan," pinta Elang. Alis Nanta terlihat bertautan. "Gimana ceritanya kursi ini udah lo tempatin? Orang gue datang kursi ini masih kosong kok. Nggak usah ngaku-ngaku deh lo. Sana lo minggat, ganggu gue aja lo." "Ogah banget, gue duluan yang nemu kursi kosong ini. Lo yang main nyerobot aja," ucap Elang tidak mau kalah. "Minggir lo sana, gangguin misi gue aja tahu nggak?!" Kini, gantian Elang yang menautkan kedua alis tebalnya. "Misi apaan?" "Makanya lo minggir sana. Apa yang gue tatap nggak kelihatan dari sini karena ketutup lo. Nggak usah gangguin momen gue," jelas Nanta sembari menyingkirkan tubuh Elang yang menghalangi pandangannya untuk menatap sesuatu yang posisinya lumayan agak jauh dari tempatnya saat ini. Bibir Elang mencebik kesal, "misi apa sih yang lo maksud? Nggak jelas banget." Bola mata Elang berputar malas. Ia lalu menatap Nanta yang tengah memperhatikan sesuatu dengan sangat serius. Bahkan Elang tidak melihat jika Nanta berkedip. Hal itu membuat Elang penasaran dan langsung mengikuti arah pandangan Nanta. Elang melotot lebar tidak percaya. "Oh pantesan lo dari tadi ngemat banget!" serunya heboh. Merasa jika dirinya kalah, Elang pun buru-buru mengamati sekitarnya untuk mencari sesuatu. Dan dapat, ia melihat sebuah kursi kosong. Langsung saja Elang mengambilnya dan menaruhnya tepat di samping Nanta. Ia duduk persis di samping Nanta. Tubuh mereka hampir berhimpitan. Elang kini sama-sama menatap Kana yang sedang bersama sahabatnya. "Istri idaman gue Masya Allah, cantiknya kebangetan banget. Nggak salah deh gue cari pilihan." Nanta bergumam lirih sambil menatap Kana yang sedang berbincang dengan teman-temannya tidak jauh dari tempatnya duduk. "Istri gue itu, jangan main sambar aja. Cari yang lain aja sana. Nih ya gue kasih pengertian sama lo. Kana itu cocoknya cuma sama Elang Sangga Pradipta. Lo ngerti?" Nanta segera memalingkan wajahnya menatap Elang. "Nggak, gue nggak setuju," tolak Nanta cepat. "Istri gue nggak bisa dibagi-bagi sama orang lain. Apalagi orang lainnya itu elo yang mukanya aja kek ketupat gosong. Amit-amit, najis!" Elang tersenyum remeh. "Mau taruhan lagi?" "Siapa takut! Taruhan apa?" Nanta tidak gentar untuk menerima tantangan Elang. "Tapi ada peraturannya. Siapa yang menang, dia yang bakal dapet. Dan siapa yang kalah, dia yang wajib mundur. Gimana?" Elang menjelaskan sambil tersenyum menatap Nanta. Terlihat Nanta yang sedang berpikir. Elang yang tidak sabar langsung berucap kembali. "Mikir lo kelamaan! Berani nggak?" "Oke deal, tantangannya apa?" Jari telunjuk Elang kembali mengarah ke arah Kana yang sedang duduk. Membuat Nanta ikut memfokuskan pandangannya kepada Kana. "Lo lihat mereka belum pesan apa-apa, kan? Gue yakin bentar lagi mereka bakal pesan minuman sama makanan," jelas Elang. Nanta menangguk singkat. "Terus?" "Kita tebak minuman yang bakal Kana beli," ucap Elang lagi. Tersenyum miring, Nanta kemudian berujar. "Kalo tuh cewek keluar dari kantin bawa jus jeruk, dia bakal jadi pacar gue!" ucapnya tegas sambil menunjuk Kana yang baru saja mengangkat bokongnya dari kursi. Elang tersenyum tipis karena Nanta langsung paham apa yang ia maksud dengan tantangan ini. Tak mau kalah, Elang pun ikutan menatap Kana. Keningnya menyerngit beberapa saat, sebelum akhirnya ia tersenyum remeh. "Tuh cewek bakal jadi pacar gue kalo dia bawa lemon tea!" Elang dan Nanta sama-sama menanti Kana yang keluar dari desakan di stan minuman. Mereka tidak berkedip dan menunggu dengan harap-harap cemas. Selang beberapa menit menunggu, akhirnya Kana keluar dari kerumunan membawa nampan berisi empat minuman. Dan sialnya, dua minuman tebakan antara punya Nanta dan Elang sama-sama ada di nampan yang sedang Kana bawa. Mereka tinggal menunggu hasilnya. Dan Elang maupun Nanta sudah merasa jika detak jantung mereka berkerja terlalu cepat. Elang juga sudah mengeluarkan keringat dingin lewat pelipisnya. "Punya Kana pasti yang jeruk!" Nanta berseru heboh sambil menggosok-gosokkan tangannya. Elang berseru mantap, "enggak, pasti Kana yang lemon tea!" Mereka semakin fokus memperhatikan Kana. Hingga setelah Kana duduk ditempatnya semula, cewek itu menyentuh gelas berisi jus jeruk. Membuat Elang melotot, lain lagi dengan Nanta yang sudah bersorak heboh. "Lihat, kan? Gue yang menang, Kana pesen jus jeruk sesuai tebakan gue!" Nanta berseru bangga, membuat Elang mendengkus dan memutar bola matanya. "Dan sekarang lo harus nepatin peraturan di awal! Lo harus jauhi Kana!" Elang menatap Nanta sinis, sorot matanya kemudian berpindah ke arah bangku Kana lagi. Elang melebarkan bola matanya sambil menepuk-nepuk pundak Nanta. Keduanya pun sama-sama menatap Kana lagi yang sedang menyerahkan jus jeruk tersebut untuk sahabatnya. Senyuman Elang yang awalnya meredup kini kembali hadir. Ia berseru heboh, dan gantian Nanta yang membulatkan matanya. Elang merasa memiliki peluang sekarang. Nanta menatap Elang. "Jangan seneng dulu, belum tentu lemon tea itu bukan punya Kana," ujarnya sinis. "Berharap nggak bikin gue malu," sahut Elang enteng. Dan mereka pun kembali meyaksikan Kana yang mengambil minuman lemon tea. Baik Elang maupun Nanta merapatkan bibirnya rapat-rapat. Tatapannya sekarang lebih fokus. "Semoga Kana minum lemon itu itu Ya Allah." "Semoga nggak ya Allah." "Semoga iya." "Semoga enggak." "Pasti Kana minum lemon tea itu!" "Gue harap lemon tea itu dikasih ke temannya." Dan ... Elang langsung berdiri dari duduknya dan bertepuk tangan heboh ketika Kana meminum lemon tea tersebut. Sementara Nanta menepuk jidatnya karena sudah kalah taruhan sama Elang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN