“Kakak sudah makan?”
Reyhan membaca pesan itu dan malah geli membaca pesan dari istrinya menanyakan soal dia sudah makan atau belum. Andai itu Mona yang bertanya, maka dia akan menjawab dengan romantis. Sayangnya dia tidak ada perasaan apa-apa pada Cindy. Urusan di luar kota pun sudah selesai, tapi Reyhan mana bisa tahan utnuk tidak menyentuh, jika dengan Cindy dia belum bisa melakukan itu.
Karena sudah jelas sekali mamanya juga menolak bahwa dia tidak boleh berhubungan badan dulu dengan Cindy.
“Hey, lama menungguku?”
Sepasang tangan memeluk Reyhan dari belakang ketika dia baru saja meletakkan ponselnya di atas meja makan. “Aku menunggu sudah satu jam lalu. Apa kamu sibuk?”
“Aku pemotretan tadi, aku harus nunggu kelar kan. Jadi gimana?”
Reyhan masih bermain dengan beberapa wanita pilihannya. “Ke hotelku?”
Terlihat bahwa wannita itu agak terlihat bersemangat sekali pada Reyhan. “Apa kamu akan memberiku uang secara langsung?”
“Ayolah kita bermain dulu, aku hanya dua hari di sini. Kamu harus tetap berada di kamarku. Libur dari pemotretanmu itu dulu.”
“Hmmm.” Wanita itu terlihat genit, Reyhan mengenalnya dari temannya. Reyhan sudah tiba lagi di Jakarta. Dia dikenalkan dengan salah satu wanita yang katanya cukup berkelas dan profesional. “Kamu boleh tidak pakai kondom.”
Reyhan akan menolak, sehebat apa pun dia bisa menahan. Apalagi ketika bersama Mona dulu sering tidak menggunakan pengaman, tetap saja kalau Reyhan berusaha bermain aman, apalagi ini wanita yang sudah pernah dipakai oleh orang lain. Reyhan mana mungkini ceroboh. Tetap saja Reyhan akan memperlakukan wanita bayar@n tidak ada spesial. Bermain ganas pun bisa. “Aku tetap pakai.”
“Padahal aku akan meminum obat ...,”
“Tidak perlu.” Potong Reyhan. Dia tahu betul bagaimana cara kerja wanita ini. Rela dihamili dan malah kadang merusak rumah tangga orang lain jika dia tertaring dengan lawan mainnya. Reyhan mana berani bercerai dari Cindy jika itu karena wanita ini.
“Kita mampir di apotek?”
“Nggak perlu, aku sudah membeli kondom.” Jawab Reyhan dengan santainya saat wanita itu diajaknya ke dalam mobil.
Reyhan mengajak wanitanya ke hotel tempatnya menginap selama dua hari kedepan. “Apa kamu benar-benar sudah menikah? Lalu kenapa memintaku untuk melayanimu? Bukannya istrimu ada untuk kamu tiduri?”
“Istriku sibuk kuliah. Aku juga tidak tertarik padanya. Dia masih dibawah umur kurasa, jadi aku tidak bisa menyentuhnya untuk sekarang ini.”
“Ah nasibmu menyedihkan sekali.”
Reyhan malah merasa demikian juga, kalau itu adalah Mona, sudah pasti Mona sekarang hamil karenanya. Dia tidak akan memberikan Mona jeda untuk memuaskan dirinya. Meski dia tidak pernah merasakan perawan, akan tetapi tidur dengan Mona juga cukup menggairahkan.
Sampai di hotel, Reyhan mengajak wanita itu masuk ke dalam kamarnya. “Aku pinjam kamar mandimu dulu!”
Reyhan tidak mengatakan apa-apa setelah wanita itu berlalu setelah menarik handuk yang tadi sempat dipakai oleh Reyhan. “Maafin aku, Ma. Aku juga butuh kepuasan.” Ucapnya lalu mematikan ponselnya.
Wanita itu kembali lagi dengan hanya menggunakan dress seksinya, sedangkan dia meletakkan celana dalam yang sudah dibuka di kamar mandi tersebut. “Puaskan aku!”
Wanita itu tersenyum dan meraba dad@nya Reyhan. Sebagai seorang suami juga dia tidak mendapatkan haknya sebagai seorang suami dari Cindy. Bagaimana mungkin dia bisa tahan dengan semua ini kalau dia menginginkan $eks.
“Sebentar, aku ambil pengaman.”
Reyhan turun dari ranjang untuk mengambil pengaman yang dia taruh tadi di saku jaketnya tadi.
Tatapan mata Reyhan juga tajam pada wanita yang sudah bersiap untuk dihujam olehnya. “Puaskan aku!”
Wanita itu langsung menurunkan celana Reyhan untuk melayani keinginan Reyhan.
Yang namanya wanita bay@ran akan berlaku seperti ini. Memuaskan pelanggan dan akan membuat pelanggannya merangsang hebat. Dengan lihai wanita itu menghisap jun!or milik Reyhan dengan sangat lahap. Tangannya juga sangat pandai untuk melakukan satu hal ini, mulutnya juga sudah penuh dengan kejantanan Reyhan.
Saat Reyhan sudah benar-benar tegang, dia mendorong wanita itu ke atas ranjang lalu mencium leher dan turun pada dad@ wanita itu yang di mana put!ngnya sangat mengeras dan terlihat gelap, tentu saja wanita ini sudah sering dipakai oleh orang lain. “Ssssshhhh. Aaaaaaah.”
Cepat tangannya Reyhan memberikan pengaman itu pada wanita yang melayaninya sekarang. “Pasang!”
Wanita itu menghisap milik Reyhan lagi sebelum memasang pengaman dengan nyaman. “Kamu di atas!”
Reyhan yang sudah berbaring dan siap untuk dilayani, apalagi sekarang wanita itu sedang berusah untuk menyatukan miliknya dengan milik Reyhan. “Aaaaaah.” Desahnya saat penyatuan sempurna mereka.
Wanita itu menaikkan dan menurunkan bokongnya dengan lihai, Reyhan sungguh sangat menikmatinya sekarang. “ooooh.” Desahannya cukup terdengar sangat nikmat.
Reyhan tidak akan melihat cela dari wanita ini, meski sudah tidak gadis lagi, tapi dia suka sekali dengan pelayanan wanita ini. Dia harus mengeluarkan banyak uang untuk bisa menikmati wanita ini. Jelas wanita ini cukup mahal, karena selain cantik. Tubuhnya juga indah dan sesuai seperti harapan.
Reyhan menggendong wanita itu lalu meletakannya di atas kasur. Dia membuka paha wanita itu dengan sangat lebar. Jelas posisi misionaris paling disukai oleh Reyhan karena akan merasa lebih leluasa dalam penyatuan mereka.
“Mmmhhhh, aaaaah.” Reyhan tidak pernah memperlakukan wanita seperti ini dengan baik. Yang penting dia merasa puas dan juga sangat senang. Mau tidak mau dia harus menghujam wanita ini dengan cepat. “Pelan-pelan!”
“Aku keluar.” Reyhan menghujam wanita itu semakin cepat hingga dad@nya naik turun dan Reyhan sesekali menghisapnya. Sampai dia mengeluarkan jun!ornya dan wanita itu itu bangun lalu memberikan wajahnya untuk menjadi tempat pelepasan Reyhan.
Wajah wanita itu penuh dengan s****a Reyhan. Namun tidak hanya sampai disitu, wanita itu menjilati sisa s****a Reyhan dan menelannya. “Aku akan melayanimu sampai kamu puas.” Ujar wanita itu terlihat senang sekali usai menjilati milik Reyhan.
“Hanya sampai besok, setelah itu anggap kita tidak pernah saling mengenal.”
“Hmm, tentu. Aku juga akan melakukan hal yang sama. Tapi jika kamu ingin aku bisa melakukannya lagi.”
“Jelas, aku akan menghubungimu nanti.”
“Kalau aku tidak sibuk, aku akan datang dengan cepat.”
“Apa kamu tidak sibuk sampai besok? Barangkali kamu melayani yang lain.”
“Tidak, Reyhan. Aku tidak sibuk.”
“Tapi, apa kamu bermain dengan para lelaki tua juga?”
“Tidak aku juga pilih-pilih. Kebanyakan dari mereka berusia tiga puluh tahun. Dan ada juga yang nggak puas sama istrinya.”
“Kamu tidak menerima orang yang sudah tua?”
“Tidak, aku punya teman yang punya pengalaman soal itu. Kamu tahu, aku suka lelaki yang tampan dan bermainnya bisa aku nikmati. Seperti kamu, dan nggak jarang ada yang ngajak main di mobil.”
“Kamu suka?”
“Kenapa tidak? Yang jelas masih bisa bermain seadanya. Tapi lebih sering ketika mereka mengajakku ke luar negeri. Rasanya ya romantis saja kalau misal aku diajak ke luar negeri gitu.”
“Sama suami orang juga?”
“Hanya untuk orang-orang yang tidak puas sama istrinya lho ya. Nggak semua laki-laki, Reyhan. Anggap saja aku meminjam laki-laki mereka.”
“Kamu tidak bermaksud merebut suami orang?”
“Berc!nta tanpa melibatkan perasaan. Karena bermain yang bersih. Meski itu menyakiti hati, tetap saja tidak ada hubungan lebih. Bukankah kamu sendiri tahu bahwa merebut suami orang adalah hal yang paling hina? Meskipun pel@cur itu hna. Akan tetapi hanya menikmati sesaat, tidak untuk merebut kebahagiaan orang lain.”