Aku merasa seperti sedang disidang. Bagaimana tidak, saat ini di ruang tengah hanya ada aku, Bapak, juga Ibu, dan aku duduk berhadapan dengan beliau berdua. Aku tidak begitu khawatir dengan tanggapan Bapak, tapi sejujurnya aku agak khawatir dengan tanggapan ibu. Aku khawatir karena ekspresi ibu tampak begitu kaget ketika aku mengatakan ingin meminta restu untuk menikahi Lia, tapi secara siri terlebih dahulu. “Bapak sama ibu kenapa diam saja?” tanyaku beberapa saat kemudian, tepatnya setelah kurang lebih hampir lima menit lamanya, Bapak dan ibu tak kunjung bersuara dan hanya menatapku dengan ekspresi serius. “Kamu kan tahu sendiri kalau Bapak pasti sudah setuju. Bapak rasa kamu sudah cukup dewasa untuk memutuskan jalanmu sendiri, Ji.” “Terimakasih, Pak. Kalau ibu bagaimana? Kira-kira