“Alright!” Semua orang yang sedari tadi tertegun lalu bergeming saat mendengar suara dari orang yang paling muda di ruangan itu. Canadia Van Der Lyn. Gadis itu tampak menarik napas dalam-dalam, menahannya sebentar di d**a kemudian mengembuskannya dalam desahan yang mengentak. “Well!” Canadia mengedikkan kedua sisi bahunya sambil memberengut bibir. “I guess we have no choice,” ujar Canadia. Sekali lagi wanita itu mengembuskan napasnya dalam desahan panjang. “Sesulit apa pun situasinya saat ini, kita tetap harus pergi ke markas Yakuza, dan entah tantangan apa yang akan kita hadapi nanti, kita tetap harus ke sana.” “Tapi kita tidak tahu situasi di sana, Cana,” sergah Matheo. Canadia tampak menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk seringai sebelum ia memutar wajahnya dan menoleh ke bel