9. Pemeran Utama

1236 Kata
Jantung Matheo semakin bertalu dengan kencang tatkala dirinya semakin terseret ke dalam pusaran kekhawatiran. Ya Tuhan, jika aku ketahuan maka tamatlah riwayat kami. Lelaki itu terus membatin, berharap dua orang kakak beradik yang ternyata memiliki kepribadian yang berubah-ubah. Sekejap mereka tampak begitu akur, lalu menakutkan dan sekarang mereka tampak seperti dua orang anak TK yang sedang berdebat karena sebuah permen. “Okay, okay! Kau menang. Dasar jalang!” “Berhenti memanggilku jalang, Jonathan dan fokuslah pada si tampan!” Matheo Diaz sekali lagi hanya bisa mendesah berat dan berharap bahwa sensor yang sedetik lagi akan mengarah padanya dapat menyelamatkannya, terlebih dapat membawa Matheo ke dalam kastil milik Richard Alton. “Oh, sialan!” Mendengar pekikan dari Jonathan membuat Matheo sontak membulatkan mata. Mulutnya terbuka nyaris saja bertanya, tetapi alam bawah sadarnya dengan cepat menegur lelaki itu. Ia pun terdiam dengan wajah tegang sambil memandang ke depan. Tepat di depannya, seorang lelaki yang sepertinya adalah kepala penjaga mengedikkan kepala, menyuruh Matheo untuk segera maju dan mengarahkan pandangan matanya pada monitor di depannya. Matheo menelan saliva. Napasnya kian memberat. Namun, tak ada pilihan lain. Entah dia akan mati di sini, Matheo hanya berharap dua orang itu bisa menyelamatkan Canadia dan meneruskan tugasnya. Sementara mengembuskan napas dalam desahan panjang, Matheo pun mulai mendongakkan dagu dan mengarahkan pandangannya ke depan. Lelaki itu membiarkan cahaya berwarna merah itu bergerak, menyinari wajahnya. Matheo menghitung setiap detik dalam perasaan waswas. Demi apa pun, jantungnya berdetak semakin kencang, serasa menempel ke tulang rusuk. Sepuluh detik serasa setahun bagi Matheo. Keheningan pun terjadi sampai akhirnya terdengar suara alarm yang membuat Matheo membulatkan matanya. “Okay, you clear!” Tanpa sadar Matheo memejamkan mata dan mengembuskan napas panjang. “Thank God, huh?” Baru saja Matheo mendesah lega, ia kembali mendengar suara dari Michaela. Matheo mendengkus. Rahangnya sontak menegang. Semua ketegangan belum berakhir. Matheo mengikuti barisan penjaga. “Kau berjaga di dalam,” ucap si kepala penjaga. Matheo pun menganggukkan kepalanya. Jantung yang tadinya berdebar kencang karena rasa takut, kini tekanannya menjadi cepat oleh rasa gembira yang dirasakan oleh Matheo. Akhirnya! Batin lelaki itu. Sekali lagi ia mendesah lega, Matheo pun bergegas memasuki sebuah pintu yang terbuat dari baja. Sekilas mengingatkan Matheo bagaimana bangunan ini dijaga ketat. Bahkan ketika ia masuk ke dalam, Matheo pun semakin terkejut saat melihat isi bangunan yang dipenuhi dengan kaca. “Ha ha ha ... welcome to the party, damn boy!” Kembali terdengar suara Jonathan yang membuat Matheo bergeming. “f**k! Katakan jalurnya!” desis Matheo sambil memandang ke sekeliling. Berharap tak ada yang mendengar ucapannya barusan. “Oke, oke! Sabarlah. Astaga!” jawab Jonathan. Kedua sisi rahang Matheo mengencang. Sejenak matanya terpejam, seolah sedang menahan desitan temperamen yang sangat besar di dalam dirinya. Dua orang itu benar-benar tidak paham situasinya. Jika menurut mereka ini hanyalah sebuah lelucon, maka mereka harus ingat bahwa di dalam sana ada nyawa seseorang yang sangat berarti bagi Matheo. “Hei ... dude! Dia baik-baik saja, okay?” ucap Jonathan lalu terdengar decihan halus yang Matheo yakin datang dari Michaela. “Kamu terlalu menyepelekan gadis kecil itu, Tampan. Kamu lupa jika dia seorang Van Der Lyn. Jika kau tidak tahu, maka biarkan aku memberitahumu. Genetik keluarga sialan itu seperti menurunkan kecerdasan yang luar biasa. Satu-satunya senjata mereka hanyalah pikiran mereka. Rata-rata keturunan Van Der Lyn punya insting dan kecerdasan yang jika menyatu akan menjadi senjata mematikan. Mungkin kamu sudah menghabiskan separuh hidupmu di rumah Van Der Lyn dan menjadi pengasuh, tetapi kamu tidak pernah benar-benar bekerja dengan mereka. Lagi pula ....” Ada sesuatu dalam ucapan Michaela yang langsung membuat Matheo mengerutkan dahi. Instingnya seperti menangkap sesuatu. Kemudian terdengar decihan halus dari Michaela sebelum ia meneruskan ucapannya. “Apakah kau pikir, kau hanya sendirian di dalam sana?” Pertanyaan Michaela membuat Matheo mengerutkan dahinya, tetapi sebelum ia sempat bertanya, situasi di sekelilingnya sudah berubah. Semua penjaga mulai memasuki kastil dan waktunya bagi Matheo untuk berjalan. “Lihat ke arah jam tiga!” perintah Michaela dan tanpa berpikir panjang, Matheo langsung menoleh ke samping. Seketika matanya terbelalak, melihat dua orang penjaga yang wajahnya seperti familier di ingatan Matheo. Jonathan terkekeh di tempatnya. “Yeah ... itu adalah mereka, Tampan!” ucap lelaki itu. “Redfox couple!” sebut Matheo tanpa sadar. “Yes, handsome. Kamu tidak sendirian dalam misi ini. Ingatlah bahwa kami juga bagian dari pertempuran ini. Mungkin para pemeran utama sudah menyerah, tetapi ingat. Dalam sebuah skenario menakutkan, kadang kala para cameolah yang akan mengeksekusi hasil akhir. Maksudku ... kamu pernah menonton Game of Thrones?” Pertanyaan Michaela membuat Matheo bergeming. “Tidak!” jawab Matheo dengan nada berbisik lantas membuat Michaela mendecih. “Sayang sekali,” gumam Michaela. “kusarankan setelah ini kamu pergi dan menonton film itu agar kamu bisa melihat kalau pemeran pengganti juga bisa menjadi pemeran utama, tergantung situasinya. Anggap saja para Van Der Lyn itu sudah mati. Fredrick, Lucas, Letty, Leonard. Para b*****h itu, seolah sudah tiada, tetapi mereka meninggalkan sebuah warisan yang membebankan seorang Van Der Lyn yang tidak tahu apa-apa. Maka di sinilah para cameo akan bergerak menjadi pemeran utama.” “Okay, cukup penjelasannya!” sergah Jonathan. “sekarang kembali ke permainan. Aku tak perlu memberitahumu apa yang akan dilakukan Pasangan Rubah Merah itu, karena mereka berada di luar skenario, atau lebih tepatnya mereka punya skenario sendiri.” “Rencana maksudmu!” koreksi Michaela. “Ya, itu. Terserah!” bentak Jonathan. “astaga! Kau selalu membuatku terlihat bodoh.” “Berhenti berdebat, Jonathan dan beritahu si tampan Diaz apa yang harus dia lakukan!” “Ck!” Kau terus saja memerintahku, dasar jalang!” “Berhenti memanggilku jalang!” “Guys!” Matheo membentak tanpa sadar. Astaga! Kupingnya panas, mendengar ocehan kakak-beradik itu. “Bisakah kalian berhenti berdebat dan fokus pada misi?” Lelaki yang sedari tadi berdiam diri itu akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Namun, pertanyaannya malah mengubah situasi menjadi hening. “Okay!” jawab Jonathan akhirnya. Matheo pun mendesah kasar dan ketika ia berpaling, ia melihat salah satu anggota Redfox Couple, mengedikkan kepalanya seolah sedang memanggil Matheo untuk mendekat ke arahnya. Matheo sempat bingung dan sejujurnya ia ragu untuk ke sana karena semua penjaga sedang berbaris di depan lift, menjaga ketat spot tersebut. “Well, Scarlett telah melemparkan kode. Aku tidak tahu apa maksudnya, tapi sebaiknya kamu pergi dan mengeceknya,” ucap Michaela. Tak ada pilihan lain, Matheo pun mendekat. Ketika jaraknya hampir mencapai pada Scarlett, wanita itu kemudian menunjuk ke depan dengan dagunya, menyuruh Matheo untuk masuk ke barisan. Matheo masih kebingungan. Berkali-kali ia mendengkus dan menoleh ke samping. Seketika ia pun terbelalak melihat seseorang lagi berada di sana. “Well, well, well ... tampaknya ini bukan hanya reuni para Cameo. Hem ... apakah iblis menakutkan itu sudah bosan main rumah-rumahan?” gumam Jonathan. Matheo tak menjawab dan seolah tak memedulikannya. Seluruh atensinya tertuju pada sepasang bola mata berwarna cokelat gelap dan visual seorang lelaki yang tidak lain adalah si pemeran utama. “Leonard!” sebut Matheo tanpa sadar. Ia pun menoleh ke depan, memandang Scarlett dan wanita itu hanya menyeringai. “Wohoa ... pestanya benar-benar akan dimulai!” teriak Jonathan dari tempatnya. Matheo hanya terdiam kaku sambil memandang Scarlett yang kini tampak menghela napas sambil membusungkan dadanya. “Kau siap?” Untuk pertama kalinya Matheo mendengar suara Scarlett setelah sekian lama. Sekali lagi wanita itu menyeringai. “Sekarang, waktunya menyerang!” Ucapan Scarlett membuat jantung Matheo seperti berhenti berdetak selama beberapa detik dan seketika alam bawah sadarnya menangkap sesuatu yang mengerikan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN