Setelah kepergian puteranya, Regan langsung menyusul keluar dari ruang rawat ini lalu mencari ruang operasi korban yang ia tahu mengalami luka parah saat ini. Baru saja ia sampai di depan ruang operasi, dokter dan suster sudah keluar, sepertinya telah selesai mengoperasi korban itu.
Dokter dan suster itu terkejut saat ada yang menunggu pasien soalnya tadi tidak anggota keluarga yang mengantar pasien, yang mengantar pasien adalah warga sekitar kecelakaan itu dan langsung pergi setelah mengantar pasien.
"Bapak ini keluarga Pasien?"
"Iya, bagaimana keadaannya?"
Regan terpaksa berbohong karena ia tak mau memperlama waktu dengan menjelaskan identitas dirinya yang pasti akan kesulitan mendapat info korban kecelakaan itu. Untungnya dokter dan suster ini percaya pada ucapannya dan mulai menjelaskan kondisi pasien.
"Kecelakaan itu menyebabkan Pasien mengalami kebutaan sementara di bagian mata kirinya karena terjadi benturan di kepala sehingga terjadi gangguan pembuluh darah ke arah penglihatan atau otak yang menerima informasi penglihatan karena syok sementara akibat kecelakaan. Sedangkan mata kanan Pasien masih bisa melihat dengan jelas, kami tidak tahu sampai kapan pasien mengalami kebutaan sementara ini, dalam beberapa kasus, para pasien akan buta dalam dua sampai tiga bulan atau bahkan lebih. Kita hanya bisa berharap agar Pasien bisa kembali melihat lagi. Setelahnya tidak ada lagi komplikasi pada Pasien, nyawa Pasien pun bisa kami selamatkan dan tinggal menunggu Pasien sadar saja."
Regan tak bisa menyembunyikan raut wajah terkejutnya ketika mengetahui fakta ini, ia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi wanita itu setelah tahu mata kirinya tak bisa melihat lagi, kasus kecelakaan ini pun pasti akan dibawa ke meja hijau karena pasien pasti tak akan menerima kondisinya yang cacat sekarang. Ia pun langsung mengangguk mengerti lalu dokter dan suster pun pamit pergi. Setelah kepergian dokter dan suster, ia pun memberanikan diri masuk ke dalam ruang operasi ini dan berjalan mendekat ke arah brankar untuk melihat jelas wajah korban kecelakaan ini, namun jantungnya seakan berhenti beberapa detik karena terkejut melihat wajah manajer personalia yang baru di kantornya yaitu Nadia.
Ia tak menyangka jika puteranya telah menghancurkan masa depan cerah seorang Nadia yang ia kenal sebagai wanita baik, cerdas, sopan, dan pekerja keras. Ia pun merasa kasihan dan khawatir pada kondisi Nadia. Pasti gadis ini akan sangat terpukul dengan kondisinya sekarang yang tak sempurna dulu. Rasa bersalah langsung memenuhi hatinya ketika melihat perban di mata kiri Nadia, ia telah salah mengambil keputusan dan keputusan yang ia ambil beberapa menit lalu akan semakin menghancurkan kehidupan Nadia.
"Maafkan Putera saya, Nadia. Karena Putera saya, kamu harus mengalami kecelakaan ini dan kamu harus kehilangan penglihatan mata kiri kamu."
"Maafkan saya juga, Nadia. Saya telah melakukan dosa besar karena berusaha melindungi Putera saya, kamu wanita yang baik dan cerdas, saya tahu bahwa kecelakaan ini akan menghancurkan masa depanmu, sekarang saya baru sadar bahwa saya telah melakukan kesalahan dengan menyuruh Putera saya pergi dari Negara ini. Saya janji akan memperbaiki kesalahan ini, jika kamu kehilangan masa depan kamu, maka Putera saya harus mau berbagai masa depan dengan kamu agar masa depan kamu tidak suram."
Regan akhirnya berubah pikiran, ia tak bisa menjadi orang egois demi kebahagiaan puteranya, ia pun langsung menelepon puteranya yang pasti belum jauh pergi dari rumah sakit ini untuk kembali lagi ke rumah sakit. Ia akan memperbaiki semuanya, Nadia akan mendapatkan penglihatan lagi melalui keberadaan Rama di hidupnya setelah ini.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][]
"Ayah, ada apa? Kenapa Ayah memanggil Rama kembali? Bagaimana kalau nanti keluarga Pasien sudah memanggil polisi untuk .....
Belum sempat Rama melanjutkan perkataannya, suaranya terhenti karena sebuah tamparan keras dari sang ayah yang kini terlihat begitu marah padahal tadi ayahnya bersikap begitu baik padanya. Ia jelas terkejut dengan perubahan sikap ayahnya yang tiba-tiba seperti ini. Regan yang sudah terlanjur emosi pada puteranya hingga menampar puteranya dan memilih tak menjawab pertanyaan puteranya yang malah membuatnya semakin emosi.
"Ayah, ada apa? Kenapa kau berubah seperti ini?"
Bukannya menjawab pertanyaan puteranya, lagi dan lagi Regan memberi jawaban dengan tindakan, ia menarik pergelangan tangan puteranya menuju ruang operasi Nadia, ia sengaja tak masuk ke dalam dan hanya melihat dari kaca jendela bening yang menunjukkan bagaimana seorang gadis cantik dengan mata kiri tertutup perban terus berteriak karena tak menerima keadaannya saat ini.
"Tidak!"
"Aku tidak mungkin buta sebelah!"
"Katakan bahwa ini lelucoan, aku mohon katakan."
"Hidupku sudah hancur!"
"Tolong tenang, Nona. Ini hanya kebutaan sementara, kau akan bisa melihat lagi dalam beberapa bulan kemudian."
"Aku mau melihat sekarang, bukan besok atau beberapa bulan lagi!"
Suster yang bertiga memegang tangan Nadia untuk menenangkan wanita itu yang sedari tadi meronta dan berteriak setelah bangun, terutama saat Nadia menyadari jika mata kirinya ditutup perban, awalnya Nadia masih tenang karena mungkin ini adalah pengobatan dokter namun setelah mendengar penjelasan dokter, ia malah menjadi histeris karena sedih dan marah dengan kondisinya saat ini. Akhirnya dokter yang sedari tadi mencoba menyuntik Nadia, sudah menyelesaikan tugasnya hingga Nadia pingsan karena pengaruh obat tidur di suntikan tadi. Suster dan dokter pun menghela nafas lega saat pasien sudah tertidur, suster pun mengubah posisi tidur Nadia menjadi lurus lalu menyelimutinya dan mereka pun keluar dari ruangan Nadia.
Tanpa perlu ayahnya mengatakan atau menjelaskan apapun, ia sudah bisa menarik kesimpulan dari apa yang ditunjukkan oleh ayahnya. Namun Rama tak menyangka jika wanita yang ia tabrak adalah kekasih ayahnya bahkan kekasih ayahnya itu sampai mengalami buta sebelah di mata kiri, bahkan ia melihat sendiri bagaimana terpukul dan terpuruknya kondisi wanita itu saat tahu matanya buta sebelah. Ia bisa merasakan kesedihan dari teriakan wanita itu terlebih lagi air mata yang tadi mengalir deras dari mata gadis itu menandakan bahwa kesedihan itu benar terasa, bukan kepalsuan atau sandiwara. Pantas ayahnya berubah pikiran jadi lebih memihak pada korban karena korban itu adalah kekasihnya.
"Jadi .... Nadia, Kekasihmu yang telah aku tabrak?"
"Kekasih? Apa maksudmu? Dia Manajer Personalia di Perusahaan Ayah, bukan Kekasih Ayah."
Regan terkejut sekaligus bingung mendengar pertanyaan puteranya. Jadi puteranya selama ini berpikir hal menjijikan seperti itu? Mana mungkin ia memiliki kekasih yang lebih cocok menjadi puterinya.
"Sudahlah, Ayah. Aku melihat bagaimana kalian kencan di restoran cepat saji Jepang di Mall beberapa hari lalu. Kau tidak perlu lagi berbohong."
Rama memutar mata malas mendengar kebohongan ayahnya untuk menutupi kebenaran akan kekasih ayahnya itu. Sedangkan Regan berusaha mengingat kejadian yang dimaksud puteranya sebelum akhirnya ia ingat bahwa ia pernah mengajak Nadia ke restoran untuk menggantikan sekretarisnya dalam makan siang bersama klien.
"Rama, sepertinya terjadi kesalahpahaman di sini. Saat itu Ayah mengajak Nadia ke Restoran bukan untuk makan siang pribadi, melainkan makan siang dengan klien. Saat itu sekretaris Ayah izin tak masuk kantor jadi Ayah memilih Nadia sebagai penggantinya karena dia memiliki kinerja kerja yang bagus dan bisa diandalkan. Apa kamu tidak melihat para klien di sana?"
Kali ini Rama yang terkejut bahkan matanya langsung melotot mendengar penjelasan ayahnya, ia mengusap wajahnya dengan kasar karena telah salah paham selama ini, sekarang ia menyesali semua ini, ia telah menghancurkan masa depan wanita itu.
"Apa? Saat itu aku memang langsung pulang cepat karena tidak tahan melihat Ayah dengan kekasih muda pengganti Mama itu."
"Seharusnya kau bertanya dengan Ayah dan jangan menarik kesimpulan begitu saja karena yang terlihat, belum tentu yang terjadi sebenarnya."
"Aku tidak tahu jika aku akan salah paham. Aku juga telah melakukan kesalahan sebelumnya."
Ketika tahu bahwa selama ini pemikirannya salah, ia langsung teringat akan kejadian di gerbang kantor ayahnya dimana ia telah menghina gadis itu, yang pastinya akan melukai harga diri gadis itu sebagai wanita terhormat dan seharusnya ia sadar saat itu bahwa w************n tak akan semarah itu saat dihina dan tak akan seberani itu untuk mempertahankan harga dirinya. Namun ia malah berpikir bodoh dengan mengira bahwa gadis itu sedang memakai topeng gadis baik-baik.
"Kesalahan apa lagi, Rama?"
Regan tak habis pikir dengan puteranya ini yang tak lelah membuat kesalahan demi kesalahan yang membuatnya frustasi dan lelah mengahadapi semua kesalahan itu. Ia jadi takut bahwa puteranya pernah menyakiti Nadia sebelumnya karena kesalahpahaman ini karena ia mengenal betul bagaimana sifat puteranya yang suka main hakim sendiri.
"Aku pernah mengatakan bahwa dia adalah w************n yang menjalin kasih dengan pria tua kaya karena matre."
"Keterlaluan kamu, Rama!"
Satu bogeman keras mendarat di pipi Rama hingga memberi bekas lebam kebiruan di pipi mulus remaja itu, bahkan tepi bibirnya berdarah karena tamparan ayahnya. Sepertinya kesalahannya sudah sangat besar hingga ayahnya terus saja hilang kendali emosi sampai menampar dan memukulnya.
"Saat itu aku tidak tahu bahwa dia hanya manajer saja, Ayah. Ini juga salah, Ayah, kalau saat itu Ayah tidak membahas soal menikah lagi maka aku tak akan berpikir dia adalah Kekasih Ayah."
"Ayah tidak mau mendengarkan penjelasanmu lagi, kau harus bertanggung jawab kali ini atas kesalahanmu yang sudah sangat besar pada Nadia. Nadia adalah gadis baik-baik, cerdas, pekerja keras, dan baik hati. Namun kau merenggut kehidupannya melalui kebutaan mata kirinya."
Regan sudah lelah berdebat dengan sang putera yang hanya akan menambah tekanan darahnya dan menyebabkan ia mengalami stroke ringan. Sedangkan Rama pun juga sudah lelah disalahkan oleh ayahnya dan ingin mengakhiri perdebatan ini.
"Lalu aku harus melakukan apa, Ayah? Apa aku harus mengorbankan mata kiriku untuknya? Apa Ayah mau aku jadi buta seumur hidup?"
"Bukan dengan cara itu tapi dengan cara berbagi penglihatan mata kiri dengan Nadia seumur hidupmu dengan menikahinya."