Lelaki berkemeja kotak-kotak dengan lengan digulung santai sampai siku itu mengerjap kaget saat melihat Kiranti yang merupakan teman sekampusnya ada disini.
"Wah ini mengejutkan, aku kira kamu sedang melanjutkan study S2 di Amsterdam." Ujar Ken mendekat kearah Kiranti, tak ayal semua orang yang mengantri di depan lift menoleh serentak kearah dua sejoli itu.
Adimas dan Farel bahkan sudah mendelik-delik kayak kucing garong yang nangkep mangsa.
"O-oh, aku milih kerja Ken."
"Kamu kerja apa disini?" Tanya Ken.
Kiranti mengerjap bingung, bodohnya ia bahkan belum tanya ke Papah dan Abangnya soal jabatan yang akan ia emban. "Eng .. a-anu aku baru mulai mau ngelamar kerja sih, kamu sendiri ngapain disini?"
"Oh aku klien Pak Farel, dia anak pemilik perusahaan ini."
Gue juga anaknya pemilik perusahaan.
"Owh." Kiranti cuma mengangguk-angguk saja, gak mungkin juga kan dirinya ngaku kalau ia juga anak pemilik perusahaan ini.
"Mbak mari." Ujar resepsionis yang tadi mengantar Kiranti saat lift terbuka. Kiranti mengangguk buru-buru.
"Yaudah ya Ken, aku pergi dulu." Pamitnya namun Ken dengan cepat mencekal pergelangan tangannya. "Kenapa lagi?"
"Nanti makan siang bareng ya." Ken menatap Kiranti meminta persetujuan. Kiranti yang sudah buru-buru langsung mengiyakan saja karena takut lift nya keburu tertutup.
"Pak Ken, mari kita sudah ditunggu." Ujar sekretaris nya karena lift untuk petinggi juga akan tertutup. Ken berjalan masuk ke dalam lift dengan wajah terlihat lebih segar.
"Anda kenal cewek tadi?" Tanya Farel kepo.
Ken tersenyum kecil. "Kenal Pak, dia namanya Kiranti, karena sama-sama dari Indonesia saya cukup dekat dengan dia saat kuliah."
"Oh ya??" Farel memancing. Adimas diam-diam menguping.
Ken mengangguk. "Padahal saya kira saat pulang ke Indonesian saya tidak akan bertemu dengan dia lagi, tapi ternyata kebetulan saya malah bisa ketemu disini." Ken menjelaskannya dengan ekspresi yang sangat Adimas pahami, lelaki itu sepertinya menyimpan rasa untuk Putrinya.
"Bapak suka dia?"
Ken terdiam, tanpa diduga wajahnya justru memerah membuat Farel hampir tersedak. Busyet yang modelan Kiranti ternyata ada yang demen.
Ken tidak menjawab apapun namun dari gelagatnya sudah sangat kentara.
Membuat Adimas dan Farel cuma bisa terdiam saling lirik.
***
"Loh Ken ngapain disini?"
"Kan tadi kita janjian buat makan siang bareng, kamu lupa?"
Kiranti menyengir canggung, iya dirinya lupa.
"Jadi mau makan dimana Ran?"
"Terserah deh."
"Kalau cewek bilang terserah pasti ujung-ujungnya bakal panjang." Ceplos Ken meledek membuat Kiranti langsung menabok lengannya keras.
"Minta aku hajar ya!" Ancam nya justru membuat Ken tertawa renyah. "Nah begini Kiranti yang aku kenal, bukanya yang canggung kayak tadi."
"Yakali kita udah lumayan lama gak ketemu trus pas ketemu tiba-tiba aku SKSD." Gerutu Kiranti saat mereka berdua masuk lift untuk turun.
"Gak papa."
"Aku lah yang malu!" Ketus Kiranti. "Udah lah ganti topik." Ujarnya mengomando.
Ken makin tertawa geli. "Jadi kenapa kamu tiba-tiba milih kerja?"
"Gak papa sih, aku udah eneg aja belajar." Ken langsung menyemburkan tawanya membuat Kiranti menatap aneh. "Kamu kok makin garing sih, gak ada yang lucu ketawa terus dari tadi."
"Masalahnya kamu itu jawabnya pake wajah lempeng, bener-bener kayak orang gak punya beban hidup."
"Enak aja ngomongnya, kalau kamu tau banyaknya beban hidup aku pasti kamu bakal semaput!" Koar Kiranti tak terima.
Ken mengangguk ngalah saja. "Iyaaa, yaudah ayo keluar." Ken menggandeng tangan Kiranti keluar lift.
Kiranti tersentak, tapi saat melihat Ken yang terlihat biasa saja membuatnya tak jadi bersuara. Mungkin lelaki itu tidak sadar saat menggandengnya, pikirnya.
"Kita makan di kantin kantor aja ya, biar cepat."
"Hm, aku ngikut aja."
"Kalau aku ajakin ke KUA kamu juga mau ngikut?"
"Haaa???" Kiranti menoleh cengo.
Ken malah tersenyum geli. "Bercanda kali Ran."
"Ih gak lucu ya Ken!" Omel Kiranti memukul-mukul lengan Ken geram justru membuat Ken malah gemas.
"Mau pesen apa?" Tanya Ken.
"Ngikut-- nasi goreng aja deh." Ralat Kiranti cepat.
Ken terkekeh. "Kenapa? Takut aku ajak ke KUA ya Ran?" Goda nya jail.
"Keeeeen!"
"Iyaaaaa?"
Kiranti menendang-nendang kaki Ken beneran sebal setengah mampus, ia kira setelah lama tidak bertemu lelaki ini bisa tambah dewasa tapi ternyata sifat jahilnya malah makin menjadi-jadi.
"Iya-iya yaudah aku pesenin." Ujar Ken sudah serius.
"Yaudah sana cepet pergi! Ngapain masih disini?!" Sewod Kiranti.
"Lha ini tanganku masih kamu kekepin gimana aku bisa pergi deh Ran."
Wajah Kiranti memerah seketika, antara menahan kesal dan malu. Dengan cepat Kiranti melepas gandengannya. "Padahal situ yang gandeng duluan!" Gumam Kiranti mendengus.
Ken menggeleng kecil sebelum benar-benar beranjak pergi dari tempatnya. Kiranti bertopang dagu selagi menunggu Ken, mulai gabut.
"Ini makanannya datang Nyonya Kiranti."
"Udah jangan banyak ngomong. Udah laper nih!" Kiranti dengan tak sabaran merebut piring makanannya dan makan dengan lahap.
Ken menatap Kiranti tercengang. Gadis ini doyan apa laper?
"Kamu disini ternyata."
"UHUK-UHUK!" Kiranti langsung tersedak, "ya ampun makanya pelan-pelan, ini minum dulu!" Ken dengan panik menyerahkan jus jeruknya kepada Kiranti.
Max terlihat masih berdiri tenang menatap dua orang di depannya datar.
"M-max ... ngapain disini?"
"Aku telepon kamu gak dijawab, trus kata Tante Muliya kamu disini."
Kiranti meringis kikuk. "Ah i-itu HP aku lowbat."
Ken yang melihat interaksi Kiranti dan Max jadi mengernyit. "Siapa Ran?"
Kiranti menoleh canggung. "Ini kenalin Max, Max kenalin ini Ken. Semoga kalian akur ya." g****k sekali, ngapain ia ngomong begitu dah.
Max dan Ken saling tatap beberapa saat. "Oh teman kamu Ran? Kenalkan aku Ken, kita bicara santai saja." Ujar Ken lebih dulu.
Max tersenyum miring. "Iya saya cuma temannya, salam kenal." Ujar Max sengaja menekan di salah satu kata.
Dan selanjutnya hening. Benar-benar suasana yang awkward sekali.
Kiranti berdehem pelan. "Aku pamit pergi ya Ken, makasih udah traktir." Kiranti ingin segera beranjak tapi tanpa diduga Ken justru mencekal pergelangan tangannya. "Makanannya masih banyak, habisin dulu Ran. Gak baik buang-buang makanan."
"Aku udah kenyang Ken."
"Ran--"
"Lanjutkan saja makan kalian, aku mau pergi." Pamit Max dengan wajah sudah mengeras.
Kiranti memejamkan matanya berat. "Ken aku bener-bener gak laper sekarang, makasih buat traktirannya." Kiranti ingin cepat beranjak pergi.
"Ran."
"Apalagi sih Ken??!" Geram Kiranti makin panik karena Max sudah mulai menjauh.
"Aku minta nomor HP kamu."
"Tsk! Yaudah mana HP kamu!" Kiranti mengulurkan tangannya dengan tak sabaran.
Ken tersenyum cerah, dengan cepat menyerahkan HP nya. Kiranti yang sudah panik banget langsung mengetik nomornya dan mengembalikan HP Ken. Semenjak Ken dulu pindah mereka berdua memang lost contact.
"Udah, sekarang aku bener-bener harus pergi!" Kali ini tanpa mendengar jawaban Ken ia langsung berlari mengejar Max.
Sungguh, kenapa rasanya ia seperti orang yang kepergok habis selingkuh. Manik mata Kiranti membesar saat melihat Max yang masuk ke mobilnya, dengan full power nya Kiranti berlari dan segera masuk ke mobil Max.
Kiranti ngos-ngosan di dalam mobil.
Max cuma melirik, tanpa mengatakan apapun ia memakaikan sabuk pengaman ke tubuh Kiranti dan menjalankan mobilnya. Kiranti menggigit bibir cemas melihat Max yang sama sekali tak mau bicara.
"Tadi temen kuliah aku selama di Amsterdam. Orangnya emang agak nyebelin tapi dia baik kok." Jelas Kiranti entah kenapa. "Aku makan bareng karena ngehargain permintaan dia aja, mau gimanapun dia dulu teman aku. Dan soal HP aku gak bohong, nih lihat HP aku lowbat." Kiranti mulai bercuap-cuap.
Max diam-diam melirik kearah HP yang ditunjukkan Kiranti, tapi masih enggan bersuara.
"Max." Panggil Kiranti pelan, dengan lembut gadis itu bersandar di bahu Max. "Maaf kalau aku salah, jangan diem aja." Bisik nya merengek.
Max masih tak bergeming, tapi mobilnya sudah berhenti di depan gerbang rumah Kiranti.
"Maaax ... " Kiranti masih berusaha.
"Turun."
"Max!"
"Aku capek Ran, kita bahas besok saja."
"Nggak mau!" Kiranti menatap tegas. "Aku mau bahas sekarang! Aku gak punya hubungan apapun dengan Ken, aku real cuma temenan."
"Aku gak buta Ran, aku bisa lihat kalau Ken menatap kamu sebagai perempuan bukan teman."
"Nggak Max, Ken itu emang kelihatannya perhatian ke aku. Tapi sebenarnya dia baik ke semua orang kok, dia nggak suka aku!" Yakin Kiranti karena memang pertemanan nya dengan Ken tidak bisa dikatakan sebentar.
Max menghela napas panjang. "Kalau seandainya Ken beneran suka sama kamu, kamu mau apa?"
"Aku tolak, aku kan sukanya sama kamu Max!" Lantang Kiranti tanpa perlu berpikir.
Max tertegun, jujur ia sedikit berdebar saat gadis ini dengan lantang menyuarakan isi hatinya tanpa malu.
"Aku cuma suka sama kamu, kamu juga suka kan sama aku?" Tanya Kiranti balik.
Max mulai bisa menampilkan senyum tipisnya. "Suka."
"Yaudah gak usah ngambek, kayak anak kecil aja." Kiranti menarik pipi Max. "Pipi kamu gak sekenyal dulu pas kamu masih kecil." Celetuk Kiranti jadi random.
"Aku makin kurus karena harus latihan fisik."
"Padahal Max yang chubby dan pake kacamata bulat itu imut banget." Kekeh Kiranti makin gemas menggoda Max.
"Kamu suka Max kecil itu?" Tanya Max menatap Kiranti.
Kiranti mengangguk. "Suka dong, lucu banget."
Max tanpa diduga mendekatkan tubuhnya kearah Kiranti membuat gadis itu mundur sampai terpentok jendela. "Kalau kamu mau kita bisa bikin Max junior yang lebih lucu." Bisik Max membuat Kiranti terperangah tak percaya.
Sejak kapan lelaki berwajah lempeng ini bisa berujar m***m begini!
"Kamu pinter godain aku ya sekarang?" Kiranti mengalungkan tangannya ke leher Max, tersenyum manis. "Aduh Dek Max udah gede ya sekarang."
Max menatap tak suka. "Jangan panggil aku Dek!" Meskipun benar umurnya masih dibawah Kiranti.
"Loh kan emang nyata, Adek Max~" Kiranti menyerongkan tubuhnya kearah Max.
"Kamu jangan pancing aku." Desis Max.
Kiranti mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa emang?"
Tanpa diduga dengan cepat Max memajukan wajahnya ke wajah Kiranti membuat gadis itu menegang sesaat. Tapi Max tidak benar-benar mencium Kiranti.
Kiranti berkedip-kedip. "Kenapa berhenti?" Tanyanya no jaim-jaim.
Max menatap iris mata Kiranti, mengelus bibir Kiranti sekilas dan sungguhan menekan bibirnya ke bibir Kiranti. Max menyayu kan matanya, menatap perempuan itu yang tengah memejamkan matanya. Jemari Max bergerak menekan tengkuk Kiranti, bibir gadis ini benar-benar sesuatu ya yang memabukkan untuknya.
Kiranti melingkarkan lengannya ke leher Max, membalas cecapan lelaki ini meskipun masih sangat kaku. Kiranti mengelus wajah Max lembut, merasakan kehangatan yang diberikan lelaki ini.
DRASSS!!!
Hujan tanpa diduga turun deras, seolah alam tengah mendukung keduanya, Kiranti menarik wajahnya setelah beberapa saat bibir mereka berbelit.
Keduanya terengah-engah dengan wajah merah padam.
"Max." Panggilnya dengan ibu jari mengelus pipi Max.
"Hm?" Gumamnya serak.
Kiranti tersenyum manis. "Aku mau nikah sama kamu."
***
TBC.