12. Pathetic Girl

2491 Kata
Desahan napas meluncur keluar hingga menerpa wajah Jared. Si gadis muda yang sedang duduk di depan mereka lalu menenggak koktail yang dibuat Jared. “Ah ...,” gumamnya panjang lantas meletakkan gelas yang sudah tandas isinya itu ke atas meja. Ia pun melempar wajahnya pada kedua telapak tangannya yang terbuka. “Motherfucker, piece of s**t!” makinya lantas membuat Jared tersentak di tempat. “Baby!” Jared lalu mendongakkan wajahnya saat mendengar panggilan itu. Ia pun menganggukkan kepala dan balas melambaikan tangan. Karina mendesah panjang ketika tubuhnya terduduk di atas barstool, di samping si gadis yang sedang menekuk wajahnya itu. “Cih!” Karina mendecih halus. Menggelengkan kepala lalu terbelalak saat melihat deretan seloki yang berbaris di depan wajah yang tertunduk itu. Lantas Karina mendongak, menatap kekasihnya. Jared seakan mengetahui apa yang hendak dikatakan Karina sehingga lelaki itu mengedikkan kedua bahu, enggan menanggapi. “Bagaimana tadi? Aku tidak menyangka kamu langsung disuruh bekerja,” kata Jared. Menuangkan mocktail pada sebuah gelas kristal dan memberikannya kepada Karina. “Semua baik-baik saja, Jared. Seperti kata Marsel, fokusku hanyalah pada penyembuhan lelaki itu,” ujar Karina. “Oh ya. Dan bagaimana keadaannya?” Karina mengulum bibir, tersenyum simpul lalu menganggukkan kepalanya. “Untuk baik-baik saja, aku belum bisa memastikan. Dia baru melewati masa kritis dan dari hasil MRI, memang ada kerusakan di bagian otak, tetapi penyebabnya bukan dari kecelakaan yang dia alami. Sepertinya saat itu dia hanya terbentur. Lukanya di bagian bawah sebelah kanan, sedangkan letak sistem limbik berada di bagian dalam otak, tepatnya di bawah korteks seberbral dan di atas batang otak.” “Okay, Honey, let’s make it simple,” ucap Jared. Merasa tak mengerti dengan bahasa yang digunakan Karina. “Jadi dia terluka bukan karena kecelakaan itu, kan?” tanya Jared memberikan pandangan serius. Karina menangguk sambil menyentak napasnya. “Ya,” jawab gadis itu. Jared pun mendongak dan mendesah lega. “Thank God,” gumamnya. “Seperti dugaan Marsel, dia mengalami siksaan dan sepertinya itu terjadi dalam jangka panjang. Kepalanya seperti pernah dibentur berulang kali hingga melukai hippocampus dan membuatnya mengalami amnesia. Namun, kami belum bisa memastikan apakah dia mengalami amnesia jangka panjang, atau memorinya akan segera terkumpul. Kami masih harus meninjau keadaannya,” jelas Karina panjang lebar. Jared menghela napas. Sekalipun ia tak mengerti secara detail apa permasalahan lelaki itu, tetapi Jared cukup lega mengetahui bahwa mereka tidak ikut campur soal apa yang dialami oleh lelaki itu. Jared pun menganggukkan kepalanya. “Oke, kalau begitu, kita bisa bernapas lega,” ujar Jared. Karina mengangguk. Ia kemudian menghadapkan wajahnya ke samping. “Ada apa, Rose, kamu marah karena aku tidak menjemputmu di bandara?” Mendengar pertanyaan itu membuat si pemilik nama itu menarik punggung. Perlahan-lahan, ia pun memutar wajah menghadap gadis di sampingnya. Karina mengernyit, memandang wajah Rose. “Demi apa, Rose!” gumam Karina. “Aku dipecat,” kata Rose dengan nada datar dan dengan wajah tak berekspresi. “aku juga putus dengan Dany.” Lanjutnya. “What?!” Jared dan Karina memekik bersama. Karina sempat menoleh pada Jared yang berdiri di belakang meja bar. Tampak lelaki itu mendekat. Melipat kedua tangan dan menumpunya satu sama lain. “How come?” tanya Jared penasaran. Gadis di depannya tak langsung menjawab. Bibirnya manyun, dan dengan wajah masam itu ia kembali menuangkan Martini dari botol ke selokinya lalu menenggaknya dengan cepat. “I don’t know!” tandas Rose. Ia pun menggelengkan kepala. “f**k! I really feel like a s**t!” desis Rose. Ia kembali melempar wajahnya di atas kedua lengan yang terlipat di atas meja bar. “Well,” Karina tersentak. Ia terkekeh keras lalu menatap Jared. Seakan-akan meminta pendapat, tetapi lelaki itu juga cukup dibuat terkejut oleh pernyataan sahabatnya. “Oke, Rose, ceritakan pada kami. Maaf, sebelumnya karena aku tak bisa menjemputmu di bandara. Aku punya masalah.” “Ya, ya, Jared sudah cerita dan kamu juga sudah memperjelasnya tadi,” kata Rose. Berbicara dengan kepala yang tertunduk itu. “Kalau begitu ceritakan pada kami. Mengapa kamu sampai dipecat. Bukankah kamu editor senior?” Rose menarik punggungnya sambil melepaskan desahan panjang. Ia menatap seloki kosong di depannya, lalu menggenggam benda itu. “Entahlah. Aku juga tidak mengerti. Ada pegawai baru di kantorku, dia mencari gara-gara denganku. Aku hanya menegurnya untuk lebih hati-hati. Maksudku, aku bekerja di penerbit mayor, mana mungkin kubiarkan kelalaian kecil terjadi. Aku menegurnya, tapi belakangan kutahu kalau dia keponakan pak Satya, Editor in Chief. Aku bersikukuh menjelaskan apa yang terjadi, tetapi wanita itu mengadu bahwa aku membentaknya bahkan memakinya. Sialan!” Rose melayangkan tangan kanan lantas menonjok meja bar dengan kasar. Jared dan Karina dibuat tersentak. Mereka pun mendelik, menatap wanita di depannya. Terdengar geraman rendah meluncur dari kerongkongan Rose. Ia pun memalingkan wajahnya. Mengusap rambut hingga ke belakang kepala. Untuk sekelebat, Karina terdiam kaku. Begitu juga dengan kekasihnya Jared. Sekilas Karina menatap Jared lewat sudut matanya. Lalu perlahan tangannya meraih tangan Rose dan menyentuhnya. “Dan ... soal Dany?” Mendengar nama itu disebutkan membuat Rose langsung memalingkan wajahnya. Karina pun menarik punggungnya saat melihat bola mata Rose yang terbelalak memandangnya. “Hari itu aku merasa sangat kacau, lalu kuputuskan untuk memberitahu Dany, tapi sialan. Aku memergokinya sedang bersanggama dengan seorang wanita di kamar kosnya.” Karina mendelik. Sepasang alisnya lalu melengkung ke atas. Perlahan-lahan, ia mulai menarik tubuhnya, duduk pada posisi semula. “Well, sepertinya itu terlalu complicated,” ucap gadis itu. Ia mengangkat kedua tangan hingga ke atas kepala, tanda menyerah. Sementara Jared ikut menggelengkan kepala sambil mengangkat kedua tangannya. Ia juga tak tahu harus berucap apa. Mulut Rose terbuka. Ia pun melepaskan desahan panjang. “Jared, tambah minumanku. Oh, sialan! Aku ingin mabuk berat malam ini,” ujar Rose. “Dengan senang hati, Rose,” kata Jared. Karina melotot pada kekasihnya itu. Lantas Jared menarik kedua bahunya ke atas. “tak ada yang bisa menghilangkan rasa sakit selain alkohol, Karina, kamu tahu persis itu.” Mendengar ucapan kekasihnya membuat Karina mendengkus. Ia pun tak punya pilihan selain menyetujui perkataan kekasihnya. “Well, kalau begitu kamu ke Bali untuk healing?” tanya Karina. Ia pun menyesap mocktail yang diberikan Jared padanya. Rose tidak menjawab. Wanita itu lebih memilih untuk menenggak minumannya. Setelah itu ia mengernyit, memandang gelas di depannya. “Damn it! Jared, apa yang kamu berikan padaku!” Rose mengangkat pandangan, menatap Jared sambil terus mengernyit. Jared menggelengkan kepala. Memanyunkan bibir lalu mengedikkan bahu. “Martini. Kamu menenggaknya sedari tadi,” ucap lelaki itu. “Sial! Kenapa rasanya semakin pahit,” desis Rose. Karina mendesah kasar. “Itu karena kamu sudah terlalu banyak meminumnya, Rose,” ucap gadis itu. Ia pun menarik seloki di tangan Rose. “Sebaiknya kita pulang. Kamu menginap di tempatku, kan?” tanya Karina. “Ya, tapi aku tidak ingin kembali sebelum mabuk, Karina. Biarkan aku lebih lama di sini.” Karina mendengkus. “Rose, aku tidak ingin membawamu dalam keadaan mabuk. Kamu tahu persis kalau kamu sering berbuat onar saat mabuk. Aku tak mau terlibat masalah.” “Diamlah, Karina, demi Tuhan!” Rose pun mendengkus. Kelopak matanya mulai terbuka tutup. Kepalanya pun mulai bergoyang, tetapi ia memaksa untuk mengangkat seloki. “Jared, tuangkan lagi.” “Rose,” “Baby,” sergah Jared. “It’s okay, aku akan mengantar kalian.” “Kamu sedang bekerja, Jared!” “Hey ... I’m a boss, okay,” kata Jared. “aku hanya sedang menggantikan Larry yang menemui kekasihnya. Sebentar lagi dia akan kembali dan kita bisa pulang bertiga. Lagi pula kasihan Rose, dia baru mengalami masalah besar. Biarkan dia melupakannya dengan cara mabuk,” ujar Jared. Karina hanya bisa mendengkus sambil memutar bola mata malas. Jika sudah begini, ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. “Baiklah,” gumam Karina. “Oh ... aku sangat mencintai kalian berdua,” gumam Rose. “Kalau dia berbuat onar, aku tak mau tanggung jawab!” gerutu Rose. “Aku tidak akan berbuat onar,” Rose mengangguk sambil menggoyangkan tangannya di depan d**a dengan gerakan ke atas ke bawah. “chill out, okay,” Lanjutnya. Sekali lagi Karina mendesah berat. Ia pun memalingkan wajahnya, kali ini menghadap Jared. Lelaki itu ikut memberikan isyarat lewat gerakan mata, memberitahu bahwa semua akan baik-baik saja. “Minumlah. Kamu mau makan malam? Biar aku ke dapur dan mengambilkan sesuatu untukmu,” kata Jared. Karina pun mengangguk. Kebetulan ia sudah lapar karena sudah seharian ini ia tak makan malam. “Oke, kalau begitu tunggu sebentar. Aku akan kembali secepat mungkin,” ucapnya. Karina menganggukkan kepalanya kembali. Setelah Jared pergi, ia kembali menghadapkan wajahnya menatap si gadis yang tampak asyik dengan Martini. “Oh, Rose ... you in the deep s**t, don’t you?” gumam Karina. Melihat betapa kacaunya sahabatnya saat ini membuat Karina tak tega berkomentar. Ia hanya bisa mengulas senyum di wajah sambil mengusap kepala Rose. “Aku tidak sakit hati dengan pekerjaanku, Karin. Aku bisa mendapatkan pekerjaan. Begitu banyak yang menawarkan aku pekerjaan. Menjadi editor juga bisa bekerja sebagai Freelance. Aku bisa melamar pekerjaan di platform dan mendapatkannya kurang dari sehari, tetapi ... bagaimana perasaanmu, Karin?” Rose memutar wajah menatap Karina. “kalau kamu memergoki Jared bersanggama dengan wanita lain, hem? Apa kamu tidak akan sakit hati?” Karina mengulum bibirnya. Menatap Rose dengan pandangan iba, ia pun mengangguk-anggukkan kepalanya. “Tentu, Rose. Aku akan sangat sakit hati. Sial! Aku jadi ingin melihat wanita itu. Apakah dia lebih cantik darimu?” Rose tergelak ironi. Sekilas ia tertawa terbahak-bahak dan kelopak matanya semakin kuat terbuka tutup dengan gerakan cepat. Karina tahu bahwa sahabatnya itu sudah dalam pengaruh alkohol. Namun, seperti kata Jared tak ada yang lebih manjur daripada alkohol bagi orang yang sedang patah hati. “She’s got a big boobs,” ucap Rose. Kedua tangannya membuat gerakan melambung di depan d**a, mencontohkan seberapa besar ukuran d**a si wanita yang meniduri kekasihnya. Karina pun mendelik. “Wow!” gumamnya. “Yes, she’s hot,” ucap Rose kembali. Sekali lagi membuat Karina mendelik kaget. “Uwh ...,” gumamnya. “oke, let’s end this confersation.” Karina kembali mengangkat kedua tangan di depan d**a. “Honey, ini ada barbeque. Masih panas karena ada pelanggan yang memesan dan kebetulan kokiku membuatkan lebih. Tadinya ini untukku, tapi aku sedang tidak ingin makan. Kau saja yang makan,” ujar Jared yang telah kembali sambil membawa sepiring daging panggang. Karina yang melihatnya langsung merasa lapar. “Oh my God, thank you for this meal,” ucapnya. Ia pun langsung mengambil benda itu. Menariknya ke arahnya dan langsung menyendok makanan di yang tersaji di depannya. “Jared, could you tell me something?” tanya Rose. Ia mengerjapkan mata beberapa kali dan berusaha membuat fokus. “Ya, tentu. Apa pun untukmu Rose,” jawab Jared. “Kalau kamu bertemu seseorang yang lebih cantik, I mean, punya big boobs, dan lebih seksi dari Karina, apakah kamu akan hook up dengan dia?!” “Pft!” Mendengar pertanyaan itu membuat Karina tersedak. Jared pun mengalihkan pandangannya pada Karina, lantas mendelik. Bercepat mengambil air mineral di belakangnya lalu kembali dan membawakannya pada Karina. “Oh s**t!” gumam Rose sambil melayangkan tangan kiri ke udara. “I’m sorry, Karina, aku tidak bermaksud.” Ia berusaha menjangkau Karina. Menepuk-nepuk punggung gadis itu dengan tekanan kuat, membuat Karina membulatkan mata. “Rose!” pekik Karina. “Hell! You don’t have to yell, b***h!” Karina mendengkus. “Lihat,” ucapnya menatap Jared. “dia mulai bertingkah konyol.” Jared ikut mendengkus. “Oke, kalau begitu ayo bawa dia pergi dari sini,” ucap Jared. “No! I don’t wanna go!” protes Rose. “No, you must!” tandas Karina. “ayo Jared angkat dia.” Jared mengangguk. “Jared!” seru seseorang. “Oh thank God,” gumam Jared. Lelaki yang baru saja tiba itu tampak mengerutkan dahi. “Larry, tolong jaga di sini. Aku harus mengantar Rose. Sialan dia mabuk.” “Aku tidak mabuk!” teriak Rose. “Of course you are,” gumam Karina di sampingnya. Ia dan Jared langsung menggotong tubuh Rose keluar dari bar sebelum gadis itu mengacau. “Guys, hey, guys, listen. Aku tidak akan mengacau, oke? Baiklah. Aku mengaku kalau sudah salah. Jared, maaf aku tidak bermaksud membuat Karina tersinggung, tapi kau tahu Dany hooked up dengan wanita lain karena dia punya big boobs,” ujar Rose sambil memandang Jared. “Ya ... kalau begitu kamu tinggal cari lelaki yang punya big shoot,” kata Jared dengan santai. Seketika membuat Rose terbelalak. “That’s true,” kata Rose. Langkahnya pun terhenti. Sontak, membuat Karina mendesah. Ia pun memalingkan wajah. Sekilas memberikan tatapan sinis pada Jared lalu fokus menatap Rose. “Jangan dengarkan dia, Rose. Kamu sudah mabuk. Ayo kita kembali dan besok kita cari pengganti untuk b******n sialan itu.” “Tidak!” tolak Rose. “kenapa harus menunggu besok. Sialan! Jared benar. Jika Dany bisa menemukan wanita dalam semalam, maka aku juga bisa,” ucap Rose. Gadis itu langsung memutar tubuh. Mengempaskan kedua tangan Karina dan Jared lalu melesat meninggalkan mereka. “Oh crap!” desis Karina sambil melayangkan kedua tangan ke udara. Sementara Jared terkikik melihat tingkah Rose. “Jared, kejar dia sebelum dia membuat kita malu. Kamu tidak tahu apa yang akan dia-“ “Hey, mau bercinta denganku?” DEG Manik Karina pun terbelalak saat melihat Rose menghampiri Larry dan menarik kerah kemejanya hingga wajah Larry tepat berada di depannya. Sekilas terlihat mereka hendak ciuman. Namun, bukan itu yang dikhawatirkan Karina, tetapi pada gadis yang duduk di depan barstole. “What?!”  Sekarang gadis itu memekik. Ia langsung menarik sebelah pundak Rose. “Oh my God!” geram Karina. Ia pun menampar pelan lengan Jared. Memberikan pandangan nyalang pada lelaki itu dan menyuruhnya untuk cepat ke sana sebelum sesuatu hal mengerikan terjadi. “Kenapa kau ini!” protes Rose dengan pandangan nyalang. “Ka-“ “Hey,” sergah Jared. Ia menahan tangan si gadis yang terangkat ke udara. “Mandy, I’m sorry, ini temanku,” kata Jared. Kepalanya pun menoleh ke belakang. “Oh, jadi kalau dia temanmu apa dia bisa dengan bebas menyentuh kekasihku?!” protes si gadis. Matanya pun tak kalah melotot. “No!” tandas Jared. Ia mendesah kemudian. “Mandy, Rose sedang dalam pengaruh alkohol. Tenang saja dia bukan tipe wanita yang mau tidur dengan sembarang lelaki,” ujar Karina. Ia langsung menarik tubuh Rose dan membawanya pergi dari sana. Sementara gadis itu tergelak. “Will somebody f**k me?!” teriak Rose. “Shut the f**k up, Rose!” desis Karina. Rose kembali tertawa. Suaranya menggema di dalam bar. “Mandy, maaf,” ucap Jared. Ia pun memandang temannya. “Larry.” “It’s okay, Dude. Aku mengerti dan Mandy pasti akan mengerti. Just go out and take care of the girl,” kata Larry. Jared pun mengangguk. “Thanks, Buddy,” ucapnya. Sekali lagi menatap kekasih Mandy dan gadis itu mendengkus lalu memutar wajahnya dengan kasar. Segera Jared memutar tubuh dan menyusul Karina yang sudah lebih dulu keluar menyeret Rose dari barnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN