Aku tahu Mas Rendra menutup pintu dengan pelan, kemudian aku mendengar suara tubuhnya yang menyender ke pintu dan akhirnya terdengar suara berdebum tapi tidak terlalu keras. Tanda bahwa dia duduk di lantai di depan pintu kamar. Aku menangis tersedu. Kuremas erat selimut di dadaku. Tubuhku polos, tanpa sehelai benangpun, selimut itu hanya mampu menutupi sampai sebatas d**a saja, tapi pundakku masih terkena dinginnya angin penyejuk udara. Tidak hanya kedinginan, tapi aku juga kesakitan. Jangan tanya bagaimana rasanya karena tidak dapat aku deskripsikan. Apa yang kamu rasakan jika kamu dilecehkan oleh suami sendiri? “Sakiiiit…. Ya Tuhaaan, sakiiiit sekali. Aaaargh…. “ Aku menjerit, menjambak rambutku kemudian menyambar lampu tidur yang ada di nakas karena tidak mampu lagi menahan emosi.