32 | Mana Mungkin Aku Bisa Marah

1575 Kata

"Duh, coba lebih tunjukin minatnya, dong, Mas," keluh Tya benar-benar tak habis pikir dengan kecanggungan Mulya. "Begitu lihat Yuri masuk, Mas Iya mesti berdiri. Nanti si Yuri pasti heboh norak nggak jelas, Mas Iya rangkul aja terus cium pipi atau jidat dia. Dan sebelum Yuri makin bikin malu, Mas Iya ajak duduk. Tapi sebelumnya tarikin kursi sambil ajak ngobrol-ngobrol santai, nah terus kasih dah itu bunganya. Ajak minum wine. Terus nanti Mas Iya keluarin handphone dan foto si Yuri sambil pegang tangan dia. Aku jamin, dia bakal tersipu-sipu merasa jadi wanita paling bahagia sedunia." Mulya menghela napas, ia merasa seperti bocah puber yang diajari etiket kencan pertama. "Kenapa nggak makan malam biasa aja, sih? Kayaknya gitu aja Yuri pasti udah senang." "Bukan kayaknya lagi, tapi udah p

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN