"Baru sebentar merasakan ketenangan, lagi-lagi masalah kian hadir tak memberiku ruang untuk mengakhirinya secara baik-baik."
****
-Hilya Tsabita-
***
"CUKUPPPP!" pekik Hilya membuat semua orang terdiam.
"Apa yang kalian dengar memang benar adanya, tapi apakah kalian sadar apa yang saya alami sesungguhnya? Kalian hanya mendengar tetapi tidak tahu apa yang saya alami dengan rumah tangga saya. Saya memang istri kedua itu benar adanya, tetapi sebelumnya saya sama sekali tidak tahu kalau suami saya sudah menikah sebelumnya. Saya hanyalah wanita kampung yang memang benar-benar bodoh, sampai tidak tahu bibit bobot calon suami saya waktu itu. Jadi, saya mohon jangan bawa-bawa But Halimah dalam masalah ini, saya yang salah kalian boleh menggunjing saya sesuka hati kalian. Tapi asal kalian ingat biasakan untuk menyaring sebuah berita, jangan langsung menuduh seseorang berdasarkan apa yang kalian lihat. Kalian tidak pernah tahu keadaan sesungguhnya seperti apa," ucap Hilya panjang lebar. Lena memang licik dia selalu berusaha membuatnya buruk dipandangan orang lain.
"Hilya ayo pulang!" perintah Hamish menarik tangan Hilya.
"Astagfirullah, Mas Hamish. Ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan di rumah saya," ucap Bu Halimah menengahi mereka.
"Jangan pernah lagi ikut campur urusan saya dengan keluarga saya!" ucap Hamish dingin membawa Hilya ke mobilnya. Hilya melihat ke arah Halimah sambil tersenyum, ia meyakinkan bahwa semua pasti akan baik-baik saja.
"Bu Halimah gimana sih, udah tau Hilya masih suami orang kenapa Ibu malah biarin dia kabur. Bukannya diingetin baik-baik." Salah satu dari mereka lagi-lagi menjadi provokator bagi yang lainnya.
"Ibu-ibu saya tidak bermaksud untuk melindunginya atau membenarkan dia kabur. Kalian tidak tahu permasalahan yang sesungguhnya bukan? Jadi, saya mohon supaya Ibu-Ibu sekalian jangan mudah terprovokasi dengan ucapan-ucapan yang belum benar adanya. Takut nantinya menjadi fitnah dan membuat Allah murka. Saya permisi dulu Assalamualaikum, Ibu-Ibu." Halimah pergi dari sana dan berdoa semoga Hilya baik-baik saja sekarang.
Dalam Surat Hujurat Ayat 12, "Wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap sebagian, apakah engkau senang jika makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima taubat dan Maha penyayang."
***
Hilya ditarik masuk ke rumahnya dengan paksa oleh suaminya, sedangkan Lena hanya tersenyum senang melihat Hilya yang diperlakukan seperti itu. Lena akan balas dendam satu persatu dari mereka karena telah membuatnya sengsara. Dengan mengadu domba mereka Lena akan mudah menghancurkannya.
"Sak ... it, Mas," Hilya meringis kesakitan merasakan tangannya yang terasa perih ditarik oleh Hamish.
"Kamu udah buat aku malu ya! Kabur dari rumah tanpa pamit, ingetnya aku masih suami kamu!" Hamish melepaskan tangan Hilya dan membuatnya jatuh di sofa.
"Kamu juga Lena! Kamu istri yang nggak tahu di untung, dulu aku selametin kamu di hari pernikahan kamu. Sekarang kamu berani-beraninya selingkuh dari aku! Jangan kira setelah kamu menemukan Hilya aku akan sudi memaafkan kamu!" Hamish menunjuk Hilya yang berada di belakangnya.
"Cukup Mas! Aku udah ngurus surat perceraian kita dan aku udah nggak sanggup tinggal sama kamu lagi!" ucap Hilya mengeluarkan amplop dari kantongnya yang untungnya masih sempat dia bawa. Dan menyerahkan ke Hamish
Hamish meremas amplop yang diberikan Hilya terpampang jelas tulisan penghasilan agama disana. Baik jika itu mau mereka, dia tidak sudi menahan mereka lagi. Istri tidak berguna seperti mereka tidak diperlukan lagi oleh Hamish. Dia bisa mencari lebih banyak wanita lagi yang bisa menuruti semua perintahnya.
"Baik! Kalau itu mau kamu, seperti yang saya ucapkan sebelumnya. Kamu tidak akan pernah mendapatkan sepeser pun harta dari saya." Lena memelototkan matanya, kenapa-kenapa Hilya malah bercerai dasar wanita bodoh!
"Saya bukan wanita penggila harta seperti kamu, Mas! Yang licik dan menggunakan segala cara untuk merampas harta orang lain. Termasuk harta peninggalan ayahku. Seharusnya kamu malu! Wibawa kamu sebagai Lelaki tidak ada harganya sama sekali. Berani mempermainkan wanita dan merampas harta orang lain. Dasar picik!" ucap Hilya sadis. Satu tamparan berhasil mengenai wajah mulus Hilya. Membuat sang empunya meringis memegang pipinya yang terasa panas. Belum selesai penyiksaan itu Hamish menarik tangan Hilya dan Lena, menyeret mereka keluar dari rumahnya.
"Kalian wanita-wanita tidak berguna! Tidak tahu diri. Pergi dari hadapan saya. Dan Saya bersumpah kalian akan menyesal!" Hamish mendorong mereka berdua hingga terjatuh. Lalu masuk ke dalam tanpa memikirkan tangisan wanita-wanita di depannya.
"Kamu nggak papa, Len?" tanya Hilya menyentuh dengkul Lena yang terkena ujung keramik.
"Awh...." ucap Lena meringis.
"Ayo aku bantu," ucap Hilya membantu Lena, tetapi di tolak mentah-mentah.
"Kamu tuh nggak tahu diri ya Hil. Aku udah bantuin kamu supaya bisa balik lagi sama, Mas Hamish tapi kamu malah ngajuin cerai! Padahal kamu bakal jadi Istri satu-satunya tahu nggak!" Lena memandang Hilya tajam.
"Maksud kamu satu-satunya? Kamu minta cerai juga sama Mas Hamish?" tanya Hilya.
"Aku diceraikan oleh Mas Hamish," jawab Lena bangkit dengan tertatih-tatih.
"Ke ... kenapa?" tanya Hilya tidak mengerti dengan ucapan Lena.
"Nggak usah banyak tanya! Kamu tuh emang wanita bodoh! Dikasih banyak harta malah minta cerai! Bodoh bodoh bodoh!" pekik Lena kesal dengan kelakuan Hilya.
"Len, kamu harus tahu. Harta itu nggak menjamin kita bahagia. Untuk apa dipertahankan jika hanya membuat sakit, Len. Aku bukan penggila harta, aku yakin rezeki sudah Allah yang mengatur. Jadi, sudah semestinya kita lebih percaya bahwa Allah akan memberikan ganti yang lebih baik, Len." Hilya mencoba membuat Lena sadar harta itu bukan segalanya. Tanpa harta yang banyak pun Allah akan tetap memberikan kecukupan untuk hambanya.
"Gini aja, kita sama-sama istri yang tersakiti, sama-sama dibuang oleh suami kita mending sekarang kita bales dendam apa yang udah diperbuat Hamish sama Kita berdua. Gimana?" ucap Lena menawarkan kesepakatan dengan Hilya untuk balas dendam.
"Nggak! Aku nggak mau bales dendam, Lena. Balas dendam itu dosa. Biarkan saja Allah yang memberikan balasan itu jangan kita mengotori hati kita dengan perbuatan yang Allah benci seperti itu," ucap Hilya menolak mentah-mentah kesepakatan yang menurut Hilya konyol.
"Ck ... Kamu tuh udah disakitin masih aja sok baik. Udahlah kalau kamu nggak mau biar aku sendiri aja yang bales dendam. Dan jangan coba-coba untuk ngelarang aku. Kamu emang nggak pernah bisa satu jalur sama aku, Hil!" jawab Lena kesal.
"Astagfirullah aladzim. Istigfar, Len. Inget dosa. Nanti Allah murka sama kamu," ucap Hilya sekali lagi namun tidak sedikitpun di gubris oleh Lena yang lebih memilih pergi meninggalkan Hilya sendirian. Dengan kakinya yang tertatih itu, Lena berusaha pergi tanpa bantuan Hilya.
"Ya Allah semoga engkau membukakan hati Lena supaya dia tidak melakukan hal-hal yang buruk. Dan semoga engkau bisa menyadarkan perbuatan Mas Hamish bahwa apa yang diperbuatnya selama ini salah," ucap Hilya memperhatikan kepergian Lena di depannya. Untungnya Hilya masih sempat membawa tasnya tadi Dan masih tersedia uangnya. Ia memilih mencari kontrakan sendiri, tidak kembali ke tempat Halimah. Takut, malah membuat masalah kian rumit.
....
"Tidakkah kamu mengerti rasanya disakiti dan tetap bertahan untuk tidak membalasnya. Percayalah itu sulit sekali."
****
TBC... Jangan lupa vote and commennya...