Ravi " DOKTER! DOKTER NGGAK SEDANG SAKIT KAN?" Suara Ivi naik satu oktaf. Dia tampak terkejut sekaligus heran, atau mungkin marah. Aku tidak begitu bisa memahami ekpresi yang ditampakkan Ivi sekarang " Seperteninya Ivi yang keberatan om." " Eeeh, ya bukan gitu----" " Oh, jadi kamu mau saya nikahi, Vi?" potongku sambil tersenyum " He?" Ivi memukul bibirnya beberapa kali. Entah kenapa dia yang seperti itu justru membuatku gemas. Ivi ini beneran udah dua puluh enam tahun kah? " Tau ah. Kalau dokter niat mau nikahi mah lamar sendiri, bilang baik-baik terus yang serius. Kalau begini modelnya, aku nolak dari awal. Papa juga, buat apa nawarin kaya gitu. Kaya aku ini nggak laku banget." Ivi balik badan kemudian berlari meninggalkan kami. " Loh, malah kabur Ivinya, mas. Kamu sih! Pakai bil