Ivi Aku berdiri sejenak menatap rumah yang berdiri tegak di depanku. Rumah yang baru aku kunjungi satu minggu yang lalu, namun terasa sudah lama sekali. Gara-gara kejadian pagi itu, aku belum berani menampakkan wajah di depan mama maupun papa. Bahkan beberapa kali mama telfon, aku tidak berniat untuk mengangkatnya. Bukannya aku durhaka, aku hanya terlalu takut. Disini memang posisinya aku tidak salah. Mama hanya salah paham. Tapi bagaimanpun juga, aku memaklumi sikap mama yang seperti itu. Beliau memang sedikit egois karena tidak mau mendegarkan penjelasanku, tapi aku tahu betul, mama hanya tidak ingin anak gadisnya dimanfaatkan. Salah paham ini tidak bisa dianggap sepele sebelum mama tahu semua kebenarannya. " Pa, ma... aku pulang." Aku berjalan takut-takut masuk rumah. Sepi. Aku tidak