Diego menunggu Elena di depan mobilnya, mereka akan pergi bersama ke pesta Excel, pria itu benar-benar menghabiskan waktu kosongnya bersama wanita yang menjadi cinta pertamanya. Diego duduk di bagian depan bumper mobil dengan memainkan ponselnya.
Pria itu mengangkat wajahnya ketika mendengar langkah kaki dengan ketukan high heels berwarna biru, ia melihat seorang wanita dengan gaun biru elektrik sebatas paha berkilau, bagian pundak terbuka dan rambut di sanggul memperlihatkan tulang selangka seksi dan leher jenjang. Sangat cantik hingga membuat Diego tidak bisa berkata-kata.
“Selamat malam.” Elena tersenyum.
“Wow, kamu sangat cantik.” Diego benar-benar terkejut.
“Benarkah.” Elena tersenyum.
“Kamu selalu cantik Elen, aura kecerdasan melebihi kecantikan kamu.” Diego turun dari bumper dan membuka pintu untuk Elena.
“Terima kasih.” Elena tersenyum manis.
“Ingatlah malam ini kamu adalah pasanganku.” Diego tersenyum dan menutup pintu.
“Aku akan selalu menjadi pasangan dan tameng kamu dari para gadis.” Elena tersenyum lebar memperlihatkan gigi yang tersusun rapi.
Mobil Diego melaju menuju istana mewah milik keluarga sahabatnya. Excel tidak mau mengadakan pesta di rumahnya, ia tidak suka dikunjungi banyak orang, hanya orang-orang tertentu yang boleh datang ke rumah pribadi Excel. Diego menghentikan mobilnya di depan pintu utama dan menyerahkan kunci kepada para pelayan. Excel melihat kedatangan Diego yang menggandeng wanita cantik dengan sangat elegan, ia bisa menebak satu-satunya wanita yang dekat dengan sahabatnya adalah Elena.
“Halo Diego.” Excel tersenyum dan melirik Elena yang melepaskan gandengannya karena ia tahu kedua orang itu akan berpelukan.
“Halo sahabatku, selamat datang kembali.” Diego memeluk Excel.
“Siapa wanita cantik ini?” tanya Excel pura-pura tidak tahu.
“Kamu tidak mungkin tidak mengenal Elena Sanjaya.” Diego menarik kembali tangan Elena.
“Ah, maaf aku hampir tidak mengenal kamu.” Excel tersenyum sinis.
‘Tidak apa, aku datang kemari sebagai pasangan Diego.” Elena tersenyum cantik.
“Dia semakin cantik.” Tanpa sadar Excel memuji Elena di dalam hatinya.
“Ya Tuhan, itu adalah Elena dan Diego.” Excel bisa mendengarkan bisikan-bisikan pujian pada Elena dan Diego dan itu membuat sakit telinganya.
“Nona Elena, kamu sangat cantik dengan dress pesta.” Seorang wanita berbicara pada Elena.
“Terima kasih.” Elena tersenyum, Excel dan Diego menatap wanita itu yang memang paling cantik dan menonjol dari wanita lain yang ada di pesta.
“Diego, nikmati pestanya.” Excel menepuk pundak Diego dan melirik kearah Elena yang sedang berbicara dengan rekan-rekan bisnis.
“Terima kasih.”Diego tersenyum melihat kepergian Excel.
“Elen, apa kamu mau makan?” tanya Diego lembut.
“Aku belum lapar.” Elena tersenyum.
“Puding buah?” Diego menunjukan jarinya pada meja yang di penuhi banyak makanan.
“Kamu selalu tahu kesukaan diriku.” Elena tersenyum, ia menggandeng tangan Diego dan berjalan bersama.
Excel memperhatikan Elena yang terlihat mesra dengan Diego sahabatnya, ada rasa kecewa, kesal dan marah ketika dia melihat wanita itu.
“Siapa gadis cantik itu, Sayang? Dia terlihat bersinar?” Mama Marimar melihat tatapan tajam Excel.
“Elena Sanjaya.” Excel mengalihkan pandangannya.
“Oh, apakah dia kekasih Diego?” tanya Mama lagi.
“Mereka menjalin hubungan tanpa status.” Excel mengambil gelas berisi minuman berwarna merah.
“Kamu terlihat cemburu Sayang.” Mama Marimar meninggalkan Excel yang sedang menikmati minuman dengan emosi.
“Halo Bos, sudah bertemu dengan Elena?” Erick menyenderkan tubuhnya di pilar raksasa.
“Tidak ada yang bisa menolak pesona Elena, kamu sudah lama tidak melihat dirinya yang tampak berbeda.” Erick memperhatikan Excel yang terus memandang Elena.
Semua yang dikatakan Erick benar, Elena tampak berbeda dari terakhir Excel lihat. Gadis itu terlihat dewasa, cantik dan aura cerdas yang terus terpancar sehingga membuat dirinya menarik perhatian semua orang dimanapun ia berada. Senyuman yang dulu jarang terlihat, kini wajah cantik itu tersenyum ramah pada semua orang.
“Dimana Elena yang dingin dan pendiam?” tanya Excel pada dirinya sendiri.
“Apa Tuan Muda tidak bergabung dengan para tamu?” Erick tersenyum.
“Pergilah, aku akan menyusul.” Excel menghabiskan minumannya.
“Jangan sampai kehilangan kesadaran.” Erick meninggalkan Excel yang terus memperhatikan Elena.
“Wanita itu, bahkan menjadi pusat perhatian di pestaku.” Excel terus meneguk minumannya.
“Halo Diego.” Marimar menyapa Diego.
“Halo Tante.” Diego berjabat tangan dengan Mama Marimar.
“Siapa gadis cantik ini?” Marimar tersenyum pada Elena.
“Selamat malam Tante, saya Elena.” Elena tersenyum dan berjabat tangan dengan Marimar.
“Oh, ini adalah gadis yang telah mematahkan hati Excel, dia sangat cantik dan menarik.” Marimar tersenyum puas.
“Elen, ini adalah Mama Excel.” Diego tersenyum.
“Apa kalian sepasang kekasih?” tanya Mama Marimar.
“Ya, untuk malam ini.” Elena tersenyum begitu juga dengan Diego, pria itu tidak menyangka Elena akan berkata seperti itu.
“Kak Elen.” Seorang wanita dengan gaun berwarna merah terang menyapa Elena.
“Oh, Alena.” Elena tersenyum cantik.
“Apakah kamu mendapatkan undangan dari Excel?” tanya Alena.
“Dia pasanganku.” Diego menggandeng Elena.
“Kenapa Elena selalu terlihat cantik dan gaun itu hanya ada satu di kota ini,” gerutu Alena di dalam hati.
“Halo Diego.” Sapa Erick.
“Hai Erick, dimana Excel?” tanya Diego.
“Excel mengundang kamu untuk minum di dalam.” Erick melirik Elena yang sedang berbicara dengan Mama Marimar dan Alena.
“Apa aku boleh mengajak Elena?” tanya Diego.
“Tentu saja.” Erick tersenyum.
“Elen, Excel mengajak kita masuk.” Diego menarik tangan Elena.
“Tante, saya permisi dulu.” Elena tersenyum tanpa melihat Alena. Erick mengnantarkan Elena dan Excel ke ruangan mini bar milik Excel.
“Excel, apa kamu terlalu banyak minum?” tanya Diego.
“Tidak.” Excel tersenyum dan menatap Elena.
“Diego minumlah sedikit untuk menyambut diriku.” Excel memberikan gelas berisi minuman.
“Baiklah, selamat datang.” Diego meneguk minumannya.
“Apa Nona Elena tidak minum?” tanya Excel.
“Tidak, terima kasih.” Elena tersenyum, ia duduk jauh dari dua pria itu.
“Erick, ambilkan jus untuk Elena!” parintah Excel.
“Baiklah Tuan Muda.” Erick tersenyum dan menuju sebuah meja.
“Silakan pilih Nona Elena.” Erick tersenyum pada Elena.
“Terima kasih.” Elena berjalan mendekati Erick dan memilih segelas jus jeruk.
“Aku akan keluar.” Elena melihat Excel dan Diego yang terus meneguk minuman mereka.
“Apa kamu mau aku temani?” tanya Erick.
“Tidak usah, kamu harus menjaga dua pria yang saling melepas rindu.” Elena tersenyum, ia membawa segelas jus jeruk dan berjalan menuju taman belakang mini bar.
“Rumah ini seperti istana dengan taman di dalamnya.” Elena meletakkan gelas jus di atas meja dan berjalan meniti pinggiran koridor ruangan. Elena duduk di sudut dan menikmati pemandangan malam. Sepasang mata memperhatikan wajah cantiknya.
“Dia sangat mempesona.” Pria itu tersenyum dan berjalan mendekati Elena.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” tatapan tajam dari mata merah Excel mengejutkan Elena.
“Excel, Dimana Diego?” Elena akan melewati Excel tetapi tangannya ditarik pria itu dengan kasar.
“Aw.” Tubuh Elena terhempas ke dinding.
“Apa kamu sudah mabuk?” Elena menatap tajam pada Excel.
“Aku ingin menghancurkan dirimu.” Excel menekan tubuh Elena di dinding dan mendekatkan wajahnya.
“Lepaskan!” Elena dapat mencium aroma manis minuman dari napas Excel.
“Aku tidak akan pernah melepaskan dirimu.” Excel mencium bibir Elena dengan kasar membuat wanita itu terkejut dan mendorong tubuh Excel sekuat tenaga hingga pria itu terjatuh di lantai.
“Kamu pria gila.” Sebuah tamparan mendarat di pipi Excel, Elena mengusap bibirnya dan berlari meninggalkan pria yang terduduk di lantai.
“Elen.” Diego menahan tangan Elena yang hampir melewati dirinya.
“Aku mau pulang.” Elena menahan marah.
“Aku akan pamit?” Diego heran, melihat Elena yang terus berjalan menuju mobilnya.
“Aku akan pamit dengan menelpon Excel.” Diego segera mengejar Elena.
“Apa terjadi sesuatu?” Diego menyalakan mesin mobil.
“Aku hanya lelah.” Elena mengambil tisu yang di dalam mobil dan terus mengelap bibirnya.
“Apa kamu salah makan?” Diego khawatir.
“Ya, aku harus segera mengosok gigi.” Elena hampir menghabiskan satu kotak tisu.
Mobil Diego memasuki tempat parkir Apartemen, ia heran melihat Elena yang tergesa-gesa keluar dari mobil dan berjalan cepat tanpa mengucapkan sepatah kata.
“Elen, ada apa?” Diego mengejar Elena.
“Aku akan beristirahat.” Elena terus menahan emosinya.
“Baiklah, sampai jumpa besok.” Diego merasa telah terjadi sesuatu pada Elena tetapi ia tidak tahu, pria itu segera kembali ke apartemennya.
Elena melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya dan menuju kamar mandi, membiarkan air membasahi tubuhnya, ia sangat jijik dengan sentuhan dan ciuman paksa Excel. Elena terus menyikat gigi dan bibirnya.
“Arrg.” Gadis itu benar-benar kesal, ia tidak percaya ciuman pertamanya diambil paksa oleh pria paling menjijikan dimatanya.
“Aku sangat membenci pria itu, apa dia masih kekurangan wanita?” Elena terus membersihkan mulutnya.
Benci tapi cinta, perasaan yang membingungkan tetapi dialami banyak orang. Di satu sisi, ada rasa membenci, di sisi lain merindukan. Cinta dan benci berbeda tetapi perbedaan yang sangat tipis sehingga kadang manusia tidak bisa membedakannya. Saat ada rasa benci mungkin anda ingin lebih menilai, memperhitungkan bahaya, luka, dan aksi pembalasan.