Rencana Excel

1280 Kata
Excel membuka matanya perlahan karena cahaya matahari yang menyusup ke dalam kamar dan menyilaukan, rasa pusing akibat terlalu banyak minum membuat pria tampan dan seksi bertelanjang d**a kesulitan untuk beranjak dari tempat tidur. “Akhirnya bangun.” Erick meletakkan kopi panas di atas meja. “Ahh, dimana aku?” tanya Excel yang merasa asing dengan kamar itu. “Ini kamar tamu, tidak mungkin aku menggendong kamu menaiki tangga menuju kamar yang berada di lantai paling atas.” Erick duduk di sofa. “Arrg, kepala aku sakit sekali.” Excel berusaha untuk duduk. “Apa yang kamu lakukan hingga tergeletak di taman belakang?” Erick memperhatikan Excel. “Apa aku pingsan?” tanya Excel. “Kamu tidur di lantai.” Erick menatap Excel yang sedang berpikir. Excel dapat mengingat dengan jelas, ketika ia tergoda melihat kecantikan Elena yang sedang duduk seorang diri di taman belakang, dengan pengaruh minuman dan emosi, ia mencium paksa wanita itu sehingga mendapatkan sebuah tamparan dan dorongan yang kuat dan membuat ia jatuh ke lantai tidak sadarkan diri. “Ah bodoh.” Excel mengusap wajahnya dengan kasar dan menyentuh pipi bekas tamparan Elena. “Aku bisa melihat bekas merah di pipi kamu.” Erick tersenyum. “Aku juga melihat Elena yang berlari menuju mobil Diego.” Erick semakin melebarkan senyumannya. “Aku akan memotong gaji kamu.” Excel beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar, mandi, ia membiarkan air mengguyur tubuhnya, berharap bisa menghapuskan ingatan tentang wajah cantik yang sedang marah dan menampar diriya. Pria itu cukup menyesal dengan apa yang telah ia lakukan pad Elena, baginya itu sangat memalukan. “Sial.” Excel melempar botol shampoo ke cermin yang ada di kamar mandi hingga pecah. “Bos, apa yang terjadi, apa kamu baik-baik saja?” Erick mengetuk pintu kamar mandi. “Memalukan, aku membenci dirinya tetapi apa yang aku lakukan?” Excel sangat kesal dengan kecerobohan dirinya. “Angkap saja tidak pernah terjadi dan aku tidak ingat karena pengaruh minuman?” Excel menyentuh bibir dan tersenyum sinis. “Bos.” Erick terus mengetuk pintu. “Aku akan segera keluar.” Excel berteriak. “Ah, aku menunggu di ruang makan.” Erick keluar dari kamar. Excel membuka pintu dan keluar dari kamar hanya menggunakan handuk putih melingkar di pinggang sebatas paha. Tubuh seksi dan berotot begitu menggoda, ia melihat stelan kemeja dan jas telah disiapkan Erick. Excel berganti pakaian dan berjalan menuju ruang makan. “Dimana Mama dan Papa?” tanya Excel. “Mereka sudah pergi melakukan perjalanan bisnis.” Erick menikmati sarapannya. “Bibi, bersihkan kamar mandi ruang tamu.” Excel berbicara dengan seorang pelayan. “Baik Tuan muda.” Wanita itu segera berjalan menuju ruang tamu. “Apa yang kamu lakukan di dalam kamar mandi?” tanya Erick. “Memecahkan kaca.” Excel mengambil roti panggang. “Kamu harus makan bubur.” Erick meletakkan bubur di depan Excel. “Hey, aku tidak sakit.” Excel menatap tajam pada Erick. “Makan bubur dan minum obat pereda sakit kepala.” Erick tersesnyum. “Kamu semakin berani.” Excel meletakkan kembali roti di piring dengan kasar. “Aku adalah sepupu, sahabat, asisten dan pengawal kamu, ah dan juga pengasuh.” Erick menahan tawa. “Aku tahu, paman mengirim dirimu untuk selalu berada di sampinngku.” Excel memakan bubur. “Apa rencana kita hari ini?” tanya Excel. “Tidak ada, karena selama tiga hari kedepan jadwal masih kosong.” Erick tersenyum. “Apa yang akan kita lakukan?” Excel meminum obat yang telah Erick siapkan. “Apa kamu tidak mau menghabiskan waktu bersama sahabat terbaik?” Erick meneguk air putih hingga gelas kaca itu kosong. “Diego tidak punya waktu lagi untuk diriku.” Excel meneguk habis air dari gelas. “Aku rasa dua puluh empat jam Diego habiskan waktunya bersama Elena, dari sarapan, makan siang hingga makan malam.” Erick melirik Excel. “Apa mereka tinggal satu rumah?” Excel menatap Erick. “Apartemen mereka bersebelahan.” Erick beranjak dari kursi. “Diego benar-benar mampu bertahan tanpa status.” Excel melihat Erick yang mengambil minuman kaleng dari lemari pendingin. “Itu namanya cinta sejati yang tidak harus memiliki.” Erick membuka kaleng berwarna merah dan meneguknya. “Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Diego?” Excel beranjak dari kursi dan berjalan menuju teras depan. “Apa Diego pernah mencium Elena?” Excel duduk di taman depan menikmati cahaya Matahari pagi. “Apa yang bos gumamkan?” Erick duduk di hadapan Excel. “Tidak ada, aku hanya mau menghubungi Diego dan mengajaknya bertemu.” Excel mengeluarkan ponselnya. “Bagaimana dengan proposal kerjasama Alena?” tanya Erick. “Apa Elena tahu, proposal itu atas nama dirinya?” Excel mengurungkan niatnya untuk menelpon Diego. “Elena tidak tahu, mereka tidak berhubungan dengan baik.” Erick meneguk kembali minumannya. “Setujui proposal Alena, siapkan persyaratan kontrak.” Excel tersenyum. “Apa yang Bos rencanakan?” tanya Erick heran. “Mengikat Elena dalam pernikahan.” Excel tersenyum lebar. “Hah, bos akan jatuh cinta.” Erick tertawa terbahak-bahak. “Tidak akan pernah!” Excel menatap tajam pada Erick. “Tidak akan ada pria yang bisa menolak pesona Elena, cantik, cerdas dan menggoda dengan tubuh yang indah sempurna dapat membuat mabuk semua pria.” Erick tersenyum. “Tapi aku membenci Elena.” Excel berteriak. “Itu karena bos sakit hati ditolak.” Erick tertawa tebahak-bahak. Sebuah pukulan menghantam perut pria itu membuat ia hampir muntah. “Jangan pernah mengungkit kejadian itu!” Excel mencengkram kerah kemeja Erick yang hanya bisa mengangguk, ia tidak tahu akan membuat pria itu marah. “Baiklah, aku akan mengatakan satu hal, Elena benar-benar tidak pernah berpacaran.” Erick merapikan kemejannya. “Bagus, aku akan jadi yang pertama mendapatkan semuanya.” Excel tersenyum sinis. “Terserah,” gumam Erick, ia sangat kesal dengan pukulan Excel. “Apa kamu marah?” Excel menatap tajam pada Erick. “Tidak, terima kasih atas pukulan itu.” Erick tersenyum paksa. “Kamu pilih dipukul atau hilang gaji?” Excel tersenyum sinis. “Pukul saja.” Erick benar-benar kesal dengan temperamen Excel. “Aku akan menghubungi Diego.” Excel mencari kontak Diego dan melakukan panggilan untuk mengajak makan siang bersama. *** Elena duduk di ruang kerjanya, ia berusaha melupakan kejadian yang menjijikkan di rumah Excel dengan sibuk bekerja, pikiranya kacau, rasa marah, benci dan kesal menjadi satu, ingin rasanya ia menghancurkan bibir pria yang telah menciumnya malam itu. “Aaarg.” Elena benar-benar kesal. “Ada apa Nona?” tanya sekretaris Elena. “Tidak ada, aku sedang kesal.” Elena tersenyum. “Nona, apakah anda sudah tahu masalah perusahaan Tuan Sanjaya?” Sintia beranjak dari sofa dan mendekati Elena. “Ada apa?” tanya Elena, ia benar-benar tidak memperdulikan perusahaan Sanjaya. “Hampir bangkrut Nona.” Wanita itu meletakkan ponselnya di atas meja Elena. “Aku tidak perlu membaca berita yang tidak ada hubungan diriku.” Elena mengambil ponsel dan menyerahkan kembali kepada sekretarisnya. “Nona, apa anda lupa empat puluh persen saham atas nama anda dan itu sangat berpengaruh pada perusahaan.” Sekretaris itu kembali duduk di sofa. “Hah, aku sudah melarang papa membagikan saham itu.” Elena beranjak dari kursi, ia mematikan computer dan keluar dari ruangan. “Aku akan pergi ke café depan kantor.” Elena berjalan menuju lift yang mengantarkan dirinya ke lobby depan perusahaan. Elena memilih kursi di tepi dinding kaca yang langsung mengarah kejalanan, ia memesan s**u coklat hangat agar bisa menenangkan dirinya. “Apa papa butuh bantuanku?” Elena memainkan jari cantiknya di bibir gelas. “Aku kangen Mama dan Papa.” Wanita itu menarik napas panjang dan membuangnya dengan berat. Beberapa pasang mata hanya berani memandangnya dari jauh, kekaguman pada kecantikan dan kesuksesan di usia muda membuat para pria tidak berani mendekati Elena. Cinta yang tumbuh dalam keluarga adalah hal yang sangat penting. Saling mencintai dan menyayangi, serta rasa rindu yang menyiksa ketika berpisah. Hubungan darah antara orang tua dan anak yang tidak akan pernah terputus. Cintai dan sayangi keluarga sebelum terpisahkan oleh kematian. Manfaatkan waktu untuk terus bersama berbagi suka dan duka sebelum penyesalan datang tiba-tiba.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN