Gavin menatap pada wanita-wanita yang mendekati dirinya, dengan senang hati Gavin merentangkan tangannya dan membawa dua wanita yang mendekati dirinya itu ke dalam pelukannya, Gavin merasa sangat bosan berada di rumah terus. Bertemu dengan gadis yang membuat darahnya tinggi, dan selalu menempel pada dirinya.
“Sayang, kau mau menemaniku malam ini?” tanya Gavin mencium pipi kedua wanita itu secara b bergantian.
Kedua wanita itu mengangguk, dan sangat mau menemani pria tampan seperti Gavin. Di klub malam ini, Gavin sudah terkenal sebagai pria tampan dan mapan sebagai langganan klub malam. Para wanita bayar di klub malam ini, berlomba untuk bisa tidur dengan Gavin.
“Kami sangat mau menemani kamu. Kamu pria tampan, mana mungkin kami menolak ajakan yang menyenangkan sepetri itu,” ucap salah satu wanita dan mengusap kejanatanan milik Gavin.
Gavin mendesis, merasakan tangan wanita itu mengusap kejantanan miliknya. Gavin ingin membawa kedua wanita ini ke hotel terdekat secepatnya, dan mendapatkan kepuasan dari kedua wanita bayaran ini.
“Kalian sabar dulu sayang. Ini baru jam sebelas malam, masih senja dan kita tidak perlu terburu-buru,” ucap Gavin tertawa kecil.
Kedua wanita itu ikut tertawa dan mencium d**a Gavin secara bergantian. Gaven yang melihat perangai abangnya ini mendesah kasar, dan mengambil ponselnya secara diam-diam. Dirinya akan memberitahu Fhiona, kalau Gavin sekarang berada di klub malam dan akan ke hotel sebentar lagi dengan dua wanita.
Gaven tidak suka, melihat Gavin yang bermain perempuan seperti ini. Apalagi menyakiti hati Fhiona—seandainya Fhiona bukan tunangan Gavin. Gaven sudah membuat Fhiona menjadi istrinya, hanya lelaki bodoh yang menyia-nyiakan Fhiona—yang cantik dan baik hati.
Gaven : Sistahhh! Lo cepat ke klub malam. Calon lakik lo mau bawa jalang ke hotel. Gue nggak bisa cegah.
Hanya beberapa menit,. Fhiona langsung membalas pesan Gavin dengan ucapan yang menurt Gaven khas Fhiona sekali.
Fhiona : Gue otw ke sana. Tuh cowok. Nggak takut kena penyakit apa?! Mainnya jalang mulu!”
Gaven kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, dan mengambil minuman di atas meja dan meneguknya sambil mengibaskan tangannya, tidak sudi para wanita jalang itu menyentuh dirinya. Semenjak dirinya menginjakkan kaki di klub malam ini tidak sedikit dari wanita itu, ingin mengaet dirinya.
Cih, Gaven tidak akan mau dengan barang bekas. Dirinya mau dengan barang yang tersegel dan yang pasti wanita itu dicintai olehnya.
“Gaven, lo nggak mau tidur dengan salah satu wanita ini? Ayolah, lo lepasin keperjakaan lo malam ini.” Gavin berusaha menghasut saudara kembarnya.
Pasalnya Gaven itu sangat kolot. Masih saja mempertahankan keperjakaan zaman sekarang. Tidak mau mencicipi wanita-wanita cantik ini—yang pastinya akan memuaskan nantinya. Walaupun dirinya kembar dengan Gaven, ternyata mereka tidak sama juga. Dari wajah sampai ke sifat. Kecuali sifat yang memuat orang-orang didekat mereka sebal.
“Lo mau jadi setan? Nggak usah hasut gue. Gue udah baca ayat kursi, sebelum nginjakin kaki dib tempat terkutuk ini. Karen ague yakin, di sini banyak setannya. Lo salah satunya.” Gaven menunjuk Gavin dengan tatapan tak sukanya.
Gavin tertawa mendengar ucapan Gaven yang menurutnya sangat lucu sekali. Dirinya tidak akan tersinggung dengan ucapan kembarannya ini, malahan dirinya merasa sangat lucu dengan ucapan kembarannya ini.
“Lo ngada-ngada aja. Di sini nggak ada setan, yang ada malah kenikmatan berlumur dosa,” ucap Gavin tersenyum mengejek.
“Lo udah tahu dosa. Masih aja nambah dosa yang banyak. Miris gue, nanti lo masuk neraka sedangkan gue masuk surga, dan kita terpisah.”
Gavin tertawa mendengar ucapan Gaven. Gavin mengibaskan tangannya, dan membawa dua wanita ini untuk berdiri dan akan menyewa hotel mala mini. Gavin sudah tidak sabar menikmati tubuh dua wanita ini.
“Gue mau senang-senang dulu, lo gue ajakin senang-senang nggak mau. Seharusnya lo rasain surga dunia kayak mana,” ucap Gavin dan ingin melangkah, namun, dirinya mengepalkan tangannya melihat siapa yang berada di depannya sekarang.
Gavin melihat pada kembarannya yang tampak acuh dan tidak peduli. Pasti ulah Gaven—yang memberitahu Fhiona, kalau dirinya ada di sini. Memang sialan Gaven.
“Kamu mau ngapain di sini?” tanya Gavin menatap tidak suka, Fhiona berada di sini. Ntah, karena dirinyab terganggu atau tak suka melihat Fhiona ke klub malam.
Fhiona menghampiri Gavin dengan senyuman manisnya, dan menyingkirkan dua wanita sialan itu dari sisi Gavin. Dua wanita itu tidak terima, dan ingin menampar Fhiona yang sudah mengambil pria mereka mala mini. Namun, dua wanita itu tak jadi menampar Fhiona, karena Gavin langsung mengusir mereka.
Fhiona tersenyum penuh kemenangan pada kedua wanita itu. Yang mana dua wanita jalang itu menatap Fhiona dengan tatapan membunuh. Fhiona tidak akan pernah takut. Dirinya tidak takut pada siapapun.
“Kamu masih main jalang? Hah, aku tidak menyangka, sudah sering kali aku melarang kamu untuk nggak main jalang. Tapi, kamu malah terus main jalang.”
Gavin kembali mendudukan dirinya dan menatap Fhiona datar. “Aku pria. Aku memiliki birahi. Aku butuh wanita untuk memenuhinya,” ucap Gavin dengan nada datarnya.
Fhiona yang mendengar ucapan Gavin, menghampiri pria itu dan duduk di samping Gavin dengabn tatapan terlukanya. Dia tidak suka Gavin melakukannya dengan para wanita jalang itu. Bukan sekali dua kali Fhiona seperti ini, tapi, sudah sering. Sangat sering malahan.
“Kamu bisa melakukannya dengan aku, kamu nggak perlu bayar mereka lagi!” teriak Fhiona dengan anda terlukanya.
Gaven yang mendengar ucapan Fhiona menggeleng tidak setuju. Tidak setuju Fhiona melakukan itu hanya demi pria berengsek seperti Gavin. Fhiona pantas mendapatkan yang terbaik, bukannya malah menyerahkan diri pada Gavin.
“Sistah! Lo nggak boleh melakukan itu. Gue nggak mau lo lakuin itu. cinta boleh. Begok jangan.”
Fhiona menatap pada Gaven dan menggeleng, Fhiona memang sudah buta oleh cinta. Semuanya akan diberikannya pada Gavin, agar pria itu tak pernah bermain jalang lagi. Demi apa pun. Fhiona tidak sanggup Gavin bermain jalang dan meraup kepuasan dari wanita-wanita sialan itu.
“Gue akan lakuin apa pun. Asal saudara kembar lo ini.” Fhiona menunjuk Gavin sebelum melanjutkan perkataannya. “Nggak main jalang lagi. Gue akan serahin keperawanan gue buat dia, asal dia nggak main wanita-wanita itu lagi.”
Gavin yang mendengar ucapan Fhiona mendesah kasar, memegang tangan gadis itu, dan langsung berdiri. Dirinya membawa Fhiona keluar dari klub malam, dan tidak memedulikan Gaven yang tertinggal di dalam. Biarlah, Gaven sudah besar. Untuk apa juga dirinya urusi.
“Kita pulang Fhio. Kamu nggak bisa ke sini terus, ini bukan tempat yang pantas buat kamu,” ucap Gavin terus menggandeng tangan Fhiona.
Fhiona tersenyum merasakan tangan Gavin di tangannya. “Kamu jangan main ke sini terus, agar aku nggak akan ke sini lagi,” ucap Fhiona lembut.
Gavin berdecak mendengar ucapan Fhiona. Gavin tidak membalas ucapan Fhiona, dan terus berjalan keluar klub malam. Dirinya harus membawa pulang Fhiona. Gadis ini sangat menyusahkan dirinya. Gavin gagal untuk mendapatkan kepuasan dari wanita-wanita itu, gara-gara Fhiona.
*olc*