Gavin tidak jadi membawa Fhiona pulang. Gavin membawa gadis itu ke apartemen miliknya, Gavin merasa lelah, harus berkendara jauh dan lebih baik dirinya membawa Fhiona menginap di apartemen miliknya malam ini.
Fhiona yang memasuki apartemen Gavin, langsung menuju kamar pria itu. Untuk mengganti pakaiannya. Fhiona sering mengginap di sini, dan Gary—Papanya terlalu percaya pada Gavin yang tidak akan berbuat macam-macam pada Fhiona.
Gary tahu, kalau Gavin saja alergi dekat dengan Fhiona. Mana mungkin Gavin akan berbuat sesuatu pada Fhiona. Fhiona yang sudah mengganti pakaiannya dengan sebuah lingerie, kembali ke ruang tengah apartemen Gavin dan mengambil duduk di samping pria itu.
Gavin melihat pada Fhiona sebentar dan mengumpat. Gadis ini benar-benar. Benar-benar menguji kesabarannya dengan memakai pakaian yang membuat Gavin langsung panas dingin melihatnya. Gavin itu lelaki normal, wajar saja, kalau Gavin melihat tubuh Fhiona sekarang membuat nafsunya kembali meyeruak.
“Kau tidak bisa memakai pakaian lain? Kenapa harus lingerie?” tanya Gavin berusaha mengatur nada suaranya senormal mungkin.
Fhiona tersenyum pada Gavin dan dengan sengaja Fhiona mengibaskan rambutnya, sehingga Gavin bisa melihat leher jenjang Fhiona yang sangat mengiurkan. Gavin menelan ludahnya. Gavin harus ingat. Tidak boleh meniduri Fhiona. Tidak boleh. Atau dirinya akan disembelih oleh Gary.
“Kau sengaja?” tanya Gavin sinis.
Fhiona tertawa pelan, dan mengangkat sebelah kakinya, melihatkan paha putih mulusnya pada Gavin. Gavin bisa melihat celana dalam Fhiona berwarna hitam, sama dengan lingerie yang dikenakan oleh Fhiona sekarang.
“Aku nyaman memakai lingerie ini. Kalau kau tergoda, aku tidak akan keberatan melakukannya denganmu, malahan aku sangat senang sekali,” ucap Fhiona sensual dan menjilat bibirnya.
Gavin meremas rambutnya. Memang kelakuan Fhiona tidak pernah berubah. Gavin tidak akan pernah mau melakukannya bersama Fhiona. Dirinya tidak mau menodai gadis itu, dan membuat Gavin akan menyesali perbuatannya nanti.
“Aku tidak akan pernah melakukannya. Kau tidak perlu menggodaku terus menerus Fhiona! Aku tidak melihatmu seperti w************n seperti ini.” Gavin tidak sadar telah mengeluarkan sebuah kata yang menyakiti hati Fhiona dan membuat gadis itu menatap Gavin dengan tatapan sendunya.
“Kau mengatakan aku w************n? Aku murahan untuk dirimu. Untukmu. Aku tidak mau, kamu melampiaskan hasratmu untuk wanita-wanita sialan itu! Aku cemburu Gavin. Aku cemburu!!” teriak Fhiona dengan air mata sudah keluar dari pelupuk matanya.
Gavin yang melihat Fhiona menangis, merasa sangat bersalah dan membawa tubuh Fhiona ke dalam pelukannya. Gavin tidak bermaksud berkata seperti itu. Gavin hanya tidak mau, Fhiona menyerahkan harta berharganya hanya demi Gavin—yang bukan suami Fhiona.
“Maaf. Aku tidak bermaksud berkata seperti itu. Aku hanya tidak ingin, kau seperti ini. Aku bukan suamimu. Kau tidak boleh menyerahkan itu pada yang bukan suamimu,” ucap Gavin dengan nada lembutnya.
Fhiona yang mendengar ucapan Gavin tersenyum. Ia merasa Gavin menjaga dirinya. Walaupun Gavin terus menolak dirinya untuk mendekati pria itu, tapi, Fhiona bisa melihat, kalau Gavin menjaga dirinya dan tidak mau menodai dirinya. Sekuat apa pun Fhiona menggoda Gavin dan lelaki itu tidak akan tergoda sama sekali.
“Kalau begitu, kamu nikahi aku. Biar aku nggak terus menggoda dirimu seperti ini,” ucap Fhiona berbisik di telinga Gavin.
Gavin yang mendengar bisikan Fhiona, langsung melepaskan pelukannya pada Fhiona dan menatap Fhiona dengan tatapan tajamnya. Ternyata Fhiona masih sama. Sama menyebalkan. Membuat selalu kesal dengan kelakuan Fhiona. Gavin tidak suka pada Fhiona dan dirinya tidak mau menikah dengan Fhiona.
Fhiona bukan tipe gadisnya. Gavin tidak akan mau terjebak dalam sebuah pernikahan bersama dengan gadis yang tidak dicintainya sama sekali.
“Kau menyebalkan. Aku tidak akan menikah denganmu, aku tidak suka dan tidak cinta padamu, Fhiona. Kau seharusnya menyerah dan mengakhiri pertunangan kita ini.”
Fhiona menggeleng. Dirinya tidak akan pernah mengakhiri pertunangannya dengan Gavin. Fhiona sangat yakin, kalau dirinya akan bisa membuat Gavin jatuh cinta padanya. Hanya perlu waktu saja. Fhiona hanya perlu waktu untuk membuat Gavin jatuh cinta padanya. Fhiona akan membuat Gavin tergila-gila padanya.
“Aku tidak akan mengakhiri pertunangan ini. Aku sangat yakin, kalau suatu hari nanti, kamu akan cinta sama aku. Dan kamu akan tidak mau melepaskan aku. Walaupun suatu hari itu aku tidak bernapas lagi.” Fhiona menatap Gavin dengan tatapan intensnya.
Gavin yang mendengar ucapan Fhiona, ntah kenapa, dirinya tidak bisa membayangkan Fhiona tidak ada disekelilingnya apalagi Fhiona pergi dalam artian lain. Tidak akan mungkin Fhiona mati secepat itu.
“Kau berbicara apa? Kau tidak bisa berbicara seperti itu! Seolah kau segera mati. Kau tidak akan mati secepat itu Fhiona.”
Fhiona tertawa mendengar ucapan Gavin. Kematian bukanlah kehendak manusia. Setiap makhluk hidup akan mati, tidak peduli tua dan muda. Ketika tiba ajalnya, tidak ada yang bisa mencegahnya.
“Kau jangan bodoh Gavin. Kita tidak tahu kapan tiba ajal kita, bisa jadi aku mati beberapa menit lagi, atau besok pagi. Semuanya keputsan sang pencipta,” ucap Fhiona santai dan kembali duduk dengan tenang. Setelah dirinya berdiri cukup lama tadi, karena pelukan dari Gavin dan drama menangisnya.
Sial. Kaki Fhiona rasanya tidak mampu digerakkan.
Gavin ikut duduk di hadapan Fhiona dan menatap Fhiona dengan tatapannya tajamnya. Dia masih tidak bisa membayangkan, kalau Fhiona pergi secepat itu. Gavin tidak tahu, kenapa dirinya tidak bisa membayangkan Fhiona pergi untuk selamanya.
Gavin tidak mungkin mencintai Fhiona. Mungkin dirinya hanya menganggap Fhiona sebagai anak sahabat Papanya dan tidak lebih. Gavin hanya tidak mau keluarganya merasa sedih atas kehilangan Fhiona. Mengingat keluarganya sangat menyayangi Fhiona. Pasti hanya karena itu.
“Kau berbicara seolah menjadi orang bijak. Kau tidak akan mati secepat itu.” Gavin mengambil minuman soda, di bawah meja dan membukanya dan langsung meminumnya.
Fhiona tertawa pelan. “Aku tidak akan mati. Sebelum aku mendapatkan hatimu. Hatimu yang katanya tidak mencintaiku, sebentar lagi akan mencintaiku. Kau lihat saja Gavin, aku akan memenangkan hatimu.” Fhiona menyeringai dan ikut menyesap sodanya dengan gerakan sensual.
Gavin yang melihat gerakan sensual Fhiona mengumpat dalam hatinya. Ia membayangkan mulut gadis itu menelan s****a miliknya, dan memuaskan miliknya dengan mulut gadis itu. Gavin tidak menyangka, hanya membayangkannya saja sudah membuat bagian bawahnya berdiri tegak dan minta dipuaskan. Fhiona sialan.
“Kau tidak perlu menggodaku dengan gaya minummu itu Fhiona. Aku tidak akan tergoda, lebih baik kau tidur, atau kau mau tidur di luar malam ini.” Gavin mengusir Fhiona untuk segera tidur. Gavin tidak akan bisa menahan beberapa waktu lagi, kalau Fhiona masih menggoda dirinya.
Fhiona tertawa pelan dan mengangguk. “Kau tidak mau tidur denganku, aku bersedia tidur denganmu, sayang,” ucap Fhiona mencium bibir Gavin sekilas dan berjalan menuju kamar Gavin.
Gavin yang melihat Fhiona menjauh. Mengumpat dan langsung berdiri menuju ruang kerjanya. Untung saja, Gavin sudah merombak ruang kerjanya menjadi sangat nyaman dan ada kamar mandinya di dalam. Agar dirinya bisa mandi air dingin dan meredakan nafsunya sekarang.
Fhiona … kau membuatku frustrasi. Gavin meremas rambutnya dan menatap nanar pada kejantanannya.
*olc*