18

1610 Kata
Ona terbangun dari tidurnya dan saat ia bangun sudah tidak ada Nathan di kamarnya, itu berarti Nathan memang benar-benar pergi dari tadi pagi. Disini Ona hanya menemukan Nathan yang sudah terbangun dan sedang meminum es kopi yang entah ia dapatkan darimana. Ona hanya menatap Nathan saja, ia kini mengambil minuman air putih yang ada di dekatnya juga. Ia tidak mau menganggu Nathan yang sekarang ini sedang menikmati kopinya. Ia sudah hampir berhasil menggapai minumnya tapi belum ia menggapai sudah ada suara yang membuat Ona terkejut. Itu suara Oroe. "Ona, Lo mau ngapain? Kalo mau apa-apa bilang sama gua. Jangan lakuin sendiri, bahaya tahu ga." ujar Oreo yang sangat kontra sekali dengan apa yang ia katakan kemarin tentang Ona yang selalu manja kepadanya. Padahal sekarang ia yang seperti menyodorkan diri untuk memanjakan Ona. "Ona cuma mau ambil minum. Ona bisa sendiri kok." ujar Ona tersebut, tapi tetap aja Oreo sekarang mendekatinya dan ia pun sekarang sudah mendapatkan minum yang diambilkan oleh Oreo. Sebenarnya Ona maish kesal tapi ia juga sangat senang dengan perlakuan Oreo kepada dirinya ini. "Makasih Oreo." ujar Ona dan Oreo mengangguk sembari menatapnya. "Gua ga mau ya Lo kayak tadi lagi, kalo ada apa-apa pokoknya Lo bilang ke gua. Jangan apa-apa sendiri Lo kan ceroboh." ujar Oreo kepada Ona. "Iya ih, ga usah marah-marah gitu dong Oreo." jawab Ona tersebut. Tak lama kemudian dokter mengecheck kondisi Ona dan ternyata Ona sudah semakin membaik. Dokter pun keluar bersamaan dengan salah satu petugas rumah sakit datang membawakan makanan untuk mereka berdua juga. Memang di rumah sakit ini makanan tersedia untuk pasien dan penjaganya jadinya baik Ona maupun Oreo juga mendapatkan makanan. Untung saja begini karena Oreo sama sekali tidak mau meninggalkan Ona. "Terimakasih ya sus." ujar Ona kepada suster yang tadi membawa makanannya. Kini Oreo sudah duduk di sebelah Ona dan ia membuka makanan yang tadi di bawa. Ia pun melihat makanan Ona yang masih panas. Ia membukanya agar tidak panas lagi dan bisa segera dimakan oleh Ona. "Ini, makan Ona." ujar Oreo yang mana ditangannya sudah ada satu sendok yang berisi makanan. Ona menatap aneh ke arah Oreo dan makanan itu. Entah kenapa ia sekarang malah aneh menatap Oreo yang perhatian. "Ona kan bisa makan sendiri Oreo." ujar Ona yang padahal biasanya ia malas makan sendiri sampai minta disuapi oleh Oreo, Acha, Nathan atau orang-orang yang ada di dekatnya. Namun kali ini berbeda karena Ona masih ngambek dengan Oreo makanya ia tak mau disuapi oleh Oreo tersebut. "Udah, makan aja Ona." jawab Oreo yang akhirnya membuat Ona pun sekarang ini menurut lagi. Memang Ona tidak bisa ngambek pada Oreo karena Oreo seperti memiliki magnet untuk tetap dipatuhi dan dicintai Ona. "Oreo juga makan dong, nanti malah Oreo yang sakit loh." ujar Ona. "Iya nanti habis nyuapin Lo gua makan. Udah tenang aja pokoknya sama gua. Makan biar cepat sembuh, besok-besok lagi jangan pernah minta semua orang buat ngehalangin mereka biar ga bilang ke Lo kalo Lo lagi ceroboh kayak kemarin. Lo paham kan Ona?" tanya Oreo dan Ona pun mengangguk. "Iya, maaf Oreo. Habisnya aku cuma ga mau ganggu kamu. Karena kamu kemarin juga masih nyalin tugas juga." ujar Ona membuat Oreo tak pernah bisa berpikir jernih jika mengobrol dengan Ona. Kenapa jika ia sedang mengerjakan tugas? Tugas itu tidak sepenting nyawa Ona juga kan? "Gua ga perduli sama tugas gua ya Na. Tugas bisa dikerjain nanti-nanti. Kalo Lo jatuh kayak gitu ga sebanding sama tugas gua. Lo tahu ga sih, Lo bisa aja mati karena jatuh kayak kemarin." ujar Oreo membuat Ona mengerti. "Iya maaf Oreo." ujar Ona, Oreo tidak menjawabnya tapi sekarang ia tetap menyuapi Ona sampai akhirnya makanan Ona pun kini sudah habis. Setelah makan, Ona minum dan meminum obatnya. Baru setelah itu Oreo memakan makanannya sendiri. Makanan yang baginya enak tapi gambar. Haduh mau ga makan tapi gua lapar, tapi kalo makan juga makanannya hambar. Kalo mau beli di luar gua harus ninggalin Ona buat ambil makannya. Dah lah terima aja dulu apa yang ada, lagi pula ini juga ga lama kok. Lagian juga gua kenapa ya bisa ada disini, kayak mau aja gitu disuruh buat jagain Ona. Tapi ya karena ini juga salah satu kesalahan gua sih. Batin Oreo tersebut. Siang ini Ona meminta kepada Oreo untuk mengantarkannya keluar karena Ona ingin pergi ke kamar sebelah yang merupakan kamar dari Kala. Tentu saja Oreo langsung menghalanginya, ia tidak memperbolehkan Ona karena lagi pula Nathan pun juga tidak membolehkan Ona bermain dengannya. "Ga boleh, Lo lupa Nathan bilang apa sama Lo? Lo ga boleh main sama mereka lain. Terutama sama dia." ujar Oreo kepada Ona yang menatapnya. "Kenapa sih Oreo, Ona cuma mau ngobrol sebentar aja kok sama Kala dan teman-temannya. Lagi pula Kala sama teman-temannya yang udah ngajak main Ona waktu Oreo main sama teman-teman yang lain." ujar Ona. "Tetap ga boleh Na, mending sekarang Lo makan deh." ujar Oreo karena memang Ona belum makan siang sementara makannya sudah ada juga. "Ona ga mau makan pokoknya kalo Ona ga boleh ketemu sama Kala. Cuma sebentar aja kok Oreo." ujar Ona meminta kepada Oreo sekarang. "Makan Ona." ujar Oreo dengan tegas dan karena Ona memang tidak bisa menghiraukan perkataan Oreo jadinya ia sekarang pun sudah makan. Oreo tampak melihat Ona yang makan dengan terpaksa tapi untung saja Ona masih mau makan. Jika tidak bisa pusing dirinya sekarang di sini. Kini Oreo juga sudah ikut makan, ia juga mendapatkan jatah makan dari rumah sakit. Meskipun sebenarnya makannya sangat hambar tapi ia tetap memakannya sekarang karena jika ia membeli dari luar nanti saat menrimanya ia harus pergi ke bawah. Ia tidak mau meninggalkan Ona sedetik pun. Karena ia khawatir jika nanti ia pergi Ona akan ceroboh dan sakit lagi. Ia tak mau kejadian yang kemarin terulang lagi. Karena rasa bersalah itu hanya membuat dirinya semakin emosi saja dan berakhir dengan tidak bisa mengontrol dirinya. Sekarang mereka masih ada di kamar, Ona beranjak dari tempat tidurnya membuat Oreo langsung menatap ke arah Ona sekarang. "Ona cuma mau ke toilet aja." ujar Ona pada Oreo dan Oreo lalu diam. Oreo pun masih memakan makanannya, Ona sudah keluar dari toilet sekarang. Meraka hanya menonton TV dan Film saja di kamar karena tak ada yang bisa mereka lakukan selain itu atau membuka media sosial mereka. Sebenarnya sedari tadi Oreo mendapatkan beberapa pesan dari teman-temannya yang menanyakan kabar Ona. Oreo menjawab bahwa Ona baik-baik saja saat ini. Selain itu sebenarnya banyak yang ingin menjenguk Ona tapi karena ia ingat permintaan Ona dan Nathan pun juga mengatakan hal yang sama jadi ia mengatakan baha Ona belum bisa di jenguk. Ia membalas chat-chat yang lainnya sampai ada satu chat yang baru saja muncul, dan ternyata ini adalah chat ke lima yang dikirim. Ia adalah Acha, entah kenapa mendapat chat dari Acha membuat hari Oreo senang. Ia pun kini tersenyum sembari membalas chat dari Acha tersebut. Sebenarnya ia tak menyangka Acha akan menghubungi dirinya seperti ini karena biasanya Acha selalu lewat temannya. To: Acha • Ona ga papa kok Cha, dia baru aja makan tadi sama gua. • Oh ya Ona belum bisa di jenguk, jadi dia cuma mau disini sama gua aja. Setelah menjawab Acha, kini Oreo kembali menaruh handphonenya di sana dan ia menatap Ona yang ternyata sedari menatap ke arah Oreo yang tampak tersenyum sendiri. Ona menjadi penasaran apa yang membuat Oreo seperti itu karena Oreo itu sangat jarang sekali untuk terlihat tersenyum. "Kenapa Oreo kok senyum-senyum sendiri?" tanya Ona tersebut juga. "Bukan urusan Lo Na. Mending sekarang fokus ke film atau tidur aja." ujar Oreo tapi Ona sedang tidak mengantuk. Sekarang ini ia juga ingin pergi dari kamarnya karena ia bosan. Ia akan membicarakannya dengan Oreo "Oreo, Ona bosan di kamar terus." ujar Ona mengatakannya juga. "Ya makanya cepat sembuh biar Lo bisa keluar dari kamar ini dan hidup seperti biasa lagi." ujar Oreo tapi bukan itu yang dimaksud oleh Ona. "Ihh bukan gitu maksudnya, maksudnya tuh Ona mau keluar gitu. Ke taman kek atau kemana gitu loh Oreo." ujar Ona kepada Oreo, memintanya. "Astaga Na, capek Na. Udah lah di kamar aja." jawab Oreo dengan malas. "Ya udah kalo gitu Ona sendirian aja, Ona juga bisa kok sendiri." ujar Ona yang tentunya membuat Oreo langsung beranjak, akhirnya Oreo mengiyakan Ona dan sekarang ini Ona dan Oreo sudah keluar dari kamar inap Ona. Ona tampak menatap ke arah kamar di depannya yang mana itu adalah kamar Kala. Ia belum memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Kala lagi. "Ayo Na, katanya mau ke taman." ujar Oreo kepada Ona dan mereka pun sudah masuk ke lift untuk turun ke bawah. Ona tampak menatap senang karena akhirnya ia biss keluar dari kamarnya dan bisa mencari udara segar. "Makasih ya Oreo udah mau nemenin Ona." ujar Ona kepada Oreo. "Hmmm, kalo ga gua temenin juga Lo tetep ke taman. Gua ga bakalan biarin Lo ceroboh sendirian lagi." ujar Oreo kepada Ona dan sekarang mereka sudah sampai di taman. Ona duduk di kursi taman sementara Oreo sedang berdiri di dekatnya. Hari ini tidak terlalu panas, seperti akan hujan tapi juga belum terlalu mendung. Intinya mereka disana meskipun siang tetap tidak terasa panas. Ona meminta Oreo untuk duduk karena ia capek melihat Oreo berdiri seperti itu, akhirnya sekarang ini Oreo pun duduk di dekat Ona. Mereka berdua menikmati udara di taman rumah sakit itu sembari melihat-lihat sekitar. Banyak sekali anak-anak yang sedang bermaij di taman ini bersama dengan orang tua atau keluarga mereka. Melihat mereka, Ona merasa sangat iri karena dirinya tidak pernah bisa lagi mendapatkan perhatian seperti itu dari keluarganya. Mereka semua telah tiada dan tinggal Ona seorang saja yang masih mengecap pedihnya kehidupan yang kelam ini. Namun bersama dengan Oreo, Ona yakin bahwa hidupnya yang kelam akan berubah menjadi kehidupan yang penuh dengan warna-warni dan kebahagiaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN