"A Nathan, Aa kenapa? Kok datang-datang langsung marah." ujar Ona dengan bingung. Pasalnya Kala sama sekali tidak ada salah apa-apa juga.
"Ikut Aa ke kamar ya Nau. Lo bertiga mau disini aja?" tanya Nathan yang membuat mereka bertiga beranjak. Oreo lega karena rencananya berhasil.
Yes, rencana gua berhasil. Gua bilang juga apa, Lo ga akan pernah bisa dekat sama Ona, Kala. Batin Oreo yang kini beranjak dari tempat duduknya.
"Aa kenapa ajak mereka, aku lagi marah sama Oreo. Ona juga udah bilang kan ke Aa kalo Ona ga mau ada Oreo disini." ujar Ona kepada Nathan.
"Na, kita ke kamar ya." ujar Nathan lagi dan akhirnya Ona pun menurut karen sepertinya Nathan sedang tidak dalam kondisi yang baik juga saat ini.
Aa kenapa yah, apa Ona buat salah sama Aa? Terus kenapa kok Aa ga usir Oreo, Putra sama Zaki? Ona lagi ga mau ngelihat mereka. Tapi kenapa mereka masih disini, kenapa mereka ga ngelanjutin jalan berenangnya aja. Malah pindah kesini ga jelas. Batin Ona yang masih merasa sakit hati.
Sekarang mereka berlima sudah ada di dalam kamar dan mereka hanya diam, Ona sendiri hanya menatap ke arah Nathan saja karena ia masih tidak mau menatap Oreo, Zaki dan Putra. Ia selalu teringat dengan foto yang tadi ia lihat di salah satu akun i********:. Ia teringat tawa bahagia mereka tanpanya.
"Na, kamu jujur sama Aa. Kamu kenapa pergi ke bar?" tanya Nathan membuat Ona kini menatap kaget, ia pun langsung menatap ke arah Oreo. Meskipun tadi ia tidak mau menatapnya tapi sekarang ia menatapnya juga.
"Oreo, kamu bilang ke Aa? Kenapa kamu bilang? Ona kan udah bilang jangan bilang ke Aa. Kamu kemarin udah nyanggupin itu, tapi sekarang kamu malah kayak gini." ujar Ona kepada Oreo yang kini duduk di sofa kamarnya.
"Sorry Na, tadi gua terpaksa bilang." ujar Oreo kepada Ona tersebut.
"Aa tanya sama kamu Ona, kenapa kamu pergi ke tempat kayak gitu sendiri! Apa karena kamu mau ketemu sama cowok tadi? Na, kamu bikin Aa khawatir kalo kamu pergi ke tempat kayak gitu sendirian. Aa cuma ga mau kalo kamu kenapa-kenapa." ujar Nathan membuat Ona merasa bersalah.
"Maafin Ona A, Aa jangan marah. Ona waktu itu pingin makan tapi ga tahu mau sama siapa dan akhirnya pergi ke sana karena katanya makanya enak-enak. Tapi serius Ona cuma beli makanan aja kok. Ga aneh-aneh, Ona ketemu sama Kala disana dan kenalan disana karena Ona sendiri. Tapi Kala beneran baik." ujar Ona kepada Nathan. Oreo masih saja kesal karena Ona masih saja membela Kala, ia hanya berharap semoga Nathan tidak akan mendengarkan Ona dan ia tetap akan membatasi Ona untuk tidak berteman dengan Kala. Itu lah yang menjadi harapannya untuk sekarang ini juga.
"Besok-besok jangan diulangi lagi ya Ona sayang. Aa ga mau kehilangan kamu tahu itu kan?" ujar Nathan dan Ona kini mengangguk kepada Nathan.
"Kalo gitu besok biar Oreo yang jagain kamu disini ya. Soalnya Aa ada praktikum di luar kota." ujar Nathan kepada Ona dan Ona menggeleng.
"Ga mau A, Ona kan cuma bisa ngerepotin Oreo sama teman-teman Oreo aja. Ona lebih baik sendirian aja daripada ditemenin Oreo." ujar Ona tersebut.
"Kenapa Na? Ada masalah apa sama Oreo?" tanya Nathan tersebut.
"Sorry Bang, tadi gua kelepasan marah sama Ona. Itu sebenarnya cuma salah paham aja. Jadi karena ga dibolehin buat main kesini akhirnya gua sama yang lain pergi ke Mall. Tapi ternyata ada yang foto dan video dan itu nyampe ke Ona. Makanya Ona marah." ujar Oreo menjelaskan ke Nathan.
"Gimana Ona ga marah sih A kalo mereka pergi tanpa Ona. Terus juga mereka kelihatan bahagia tanpa Ona. Jadi kenapa ga mereka terus begitu aja kan. Toh Ona juga cuma ngebuat mereka jadi capek aja karena kemanjaannya Ona. Oreo tadi bilang kayak gitu." ujar Ona membuat Nathan menatap Oreo.
"Gua kan udah minta maaf sama Lo Na tadi. Sorry gua tadi terlalu emosi jadi kelepasan emosi gua." ujar Oreo pada Ona tapi Ona masih diam saja.
"Na, nanti biar Aa bicara sama Oreo ya. Lagi pula kan Ona yang tadi minta buat mereka ga datang kesini. Mungkin mereka juga merasa kecewa karena ga boleh tahu gimana keadaan sahabatnya mereka, kamu. Karena itu mereka pergi buat melupakan kekecewaan mereka. Maafin mereka ya Na, boleh ngambek tapi serius besok Aa ga bisa ada disini." ujar Nathan itu.
Ona pun akhirnya mengangguk, benar kata Nathan bahwa kemungkinan besar mereka melakukan itu karena mereka merasa kecewa pada Ona. Tapi jujur saja Ona masih kecewa pada Oreo yang tadi membentaknya apalagi membentaknya di depan Kala dan teman-temannya. Ah memikirkan mereka, Ona jadi merasa bersalah karena mereka pasti merasa aneh dengan Nathan yang terlihat tak ramah pada mereka. Padahal ini hanya kesalahpahaman saja.
Besok deh Ona bilang ke Kala dan yang lain, sekalian Ona mau minta maaf dan terimakasih juga karena tadi Ona udah ditemenin. Batin Ona.
"Ya udah kalo gitu Lo pada mau makan apa? Udah mau malem juga. Biar gua pesenin buat kalian." ujar Nathan kepada mereka berempat saat ini.
"Ona tadi habis makan A. Belum lapar lagi." jawab Ona ke Nathan.
"Iya kan bisa di makan nanti malam ya Na." jawab Nathan tersebut. Sekarang Ona ikut saja, ia ikut apanyang di pesankan mereka kepadanya.
Nathan sedang memesan makanan dan minuman karena Ona tadi meminta untuk di belikan Boba. Ona sekarang hanya diam saja, Oreo, Putra dan Zaki pun juga diam saja karena mereka tidak tahu harus membahas apa.
Putra dan Zaki juga sudah menebak bahwa Ona sepertinya marah padanya tapi mereka sama sekali belum tahu Ona marah karena apa, tadi mereka mendengar dari foto dan video mereka yang jalan dengan wajah yang bahagia. Mereka berdua benar-benar bingung karena ada foto atau video dari mana karena mereka sama-sama sepakat untuk tidak membuat story juga.
"Menurut Lo Ona dapatin foto sama video kita dari mana?" tanya Zaki.
"Yah Lo malah tanya sama gua, gua ga tahu lah. Tapi jangan-jangan Ona nyuruh orang buat ngikutin Oreo?" tanya Putra yang kini menerka-nerka.
"Ah ga mungkin deh, ngapain juga dia kayak gitu. Ga mungkin banget sih. Atau kita lihat di Ig aja, kali aja ada jawabannya." ujar Zaki dan mereka sudah membuka instagramnya. Ternyata benar, jawabannya ada di instagramnya.
Mereka berdua pun kini saling tatap setelah melihat foto dan video itu. Mereka tak menyangka bahwa ternyata adanyang memfoto dan memvideo mereka. Pantas saja Ona terlihat ngambek kepada mereka semua juga.
Namun mereka sudah tidak membahas hal itu karena sekarang mereka sedang makan. Makanan mereka baru saja datang dan masih hangat, makanya sangat enak dimakan. Sementara Ona hanya melihat mereka saja, makannya akan ia makan nanti. Ia kini sedang meminum es Boba kesukaannya. Mereka pun makan dan minum dengan tenang juga sekarang.
"Gua besok berangkat pagi, Lo bisa kesini lagi buta ga Re?" tanya Nathan.
"Bisa sih, cuma kayaknya gua nginep aja sih disini." ujar Oreo itu. Karena ia sanga jarang bisa bangun pagi jika tidak dibangunkan secara langsung. Makanya ia tak mau mengambil resiko juga. Oreo tampak memikrikan permintaan yang diajukan oleh Oreo itu, tapu tak lama Ona menanggilnya.
"Aa, Ona mau ngomong sebentar." ujar Ona yang membuat Nathan kini mendekati Ona. Ona mengatakan bahwa ia tidak mau banyak orang disana. Sekali bicara saja Nathan sudah tahu apa yang dimaksud oleh Ona tersebut. Sepertinya Ona memang masih marah dan belum bisa menerima bahwa teman-temannya pergi tanpa dirinya dan terlihat bahagia juga padahal dirinya sedang ada di rumah sakit.
"Ya udah okay Lo tidur disini tapi Lo aja, ga usah ajak Putra sama Zaki. Lo berdua nanti bisa langsung balik ya." ujar Nathan membuat mereka mengangguk saja sekarang, karena mereka juga tak berani melawan.
“Okay Bang. Emangnya lo mau kemana?” tanya Zaki bertanya untuk basa basi.
“Gua ada praktikum yang ga bisa gua tinggal. Di luar kota juga.” ujar Nathan kepada mereka dan mereka mengerti. Menjadi mahasiswa ternyata tidak seperti bayangan mereka yang selalu mudah. Karena jika melihat Nathan, sepertinya Nathan sangat banyak tugas sampai terkadang ia juga tidak bisa fokus kepada Ona.
Itu lah yang menjadi awal dimana Nathan mempercayakan Ona kepada Oreo dan kebetulan sekali Ona menyukai Oreo juga sedari dulu.
Oreo akhirnya memutuskan untuk tidur di rumah sakit malam itu karena besok Nathan harus pergi sangat pagi. Makanya daripada Ona akhirnya sendiri jadi lebih baik Oreo sekarang menginap saja sementara Putra dan Zaki pulang ke rumah mereka karena Ona juga tidak mau terlalu banyak orang. Jadinya Nathan hanya meminta Oreo saja untuk menemani Ona disana.
Pagi harinya Nathan terbangun dengan Ona dan Oreo yang masih tidur, Nathan tak tega membangunkan Ona, akhirnya ia membangunkan Oreo.
"Re, Oreo gua mau berangkat." ujar Nathan membangunkan Oreo itu membuat Oreo mengerjapkan matanya beberapa kali sembari mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul sehabis ia tidur sekarang ini.
"Oh Lo udah mau bernagkat bang? Okay bang, hati-hati ya. Gua bakalan jagain Ona sebisa mungkin." ujar Oreo dan Nathan pun mengangguk padanya.
"Inget ya Re, jangan Lo buat nangis lagi." ujar Nathan dan Oreo mengangguk, sebenarnya Oreo juga merasa bersalah jika melihat Ona menangis apalagi jika tangisan Ona itu berasal dari dirinya, ia sangat salah.
"Kalo gitu gua tinggal dulu. Gua mungkin bakalan balik malam kalo memungkinkan, tapi kali ga memungkinkan gua bisa-bisa balik besok. Lo bisa kan jaga Ona sampai besok pagi?" tanya Nathan dan Oreo mengangguk. Lagi pula juga saat ini dan besok adalah weekend jadinya ia bebas sekarang ini.
"Inget juga, jangan bawa siapa pun termasuk Putra, Acha dan yang lainnya karena kondisi emosi Ona lagi ga baik. Dia cemburu ngeliat kalian bisa barengan gitu tanpa dia." ujar Nathan menjelaskan pada Oreo dan lagi-lagi Oreo mengangguk. Saat ini Nathan sudah mendekati Ona yang masih tidur.
"Good morning Ona." ujar Nathan sembari mencium pucuk kepala Ona. Setelahnya Natahn keluar dari kamar Ona dan kini hanya tinggal Ona dan Oreo. Oreo kembali teringat dengan kata-katanya kemarin pada Ona. Sungguh kemarin itu ia benar-benar dikuasai oleh emosi karena dua lelaki yang berada di dekat Ona dan tampak mengalahkan kesigapannya kepada keadaan Ona.
"Again, I say sorry to you Ona. Gua ga maksud buat marahin Lo kayak kemarin, sama sekali ga ada keinginan." ujar Oreo kepada Ona yang masih tidur. Meskipun ini tidak di dengar oleh Ona tapi Oreo tidak masalah karena ia hanya ingin bicara saja sekarang, ia hanya ingin mengutarakan apa yang kini mengganjal di hatinya dan kini ia sudah benar-benar lega melepaskannya.