"Bos?" Suara Ben membuat Chandra kembali ke realita.
"Ya udah deh, atur-atur aja, nanti gue tinggal datang."
"Jadi, Bos mau dijodohin akhirnya?"
"...." Chandra terdiam.
Menikah bukan pilihan baginya, tidak ada opsi menolak, dia hanya bisa mengikuti kehedak Connie neneknya, atau, hidup sebagai gelandangan dengan aset yang diserahkan seluruhnya pada Dante. Membayangkan Dante menguasi seluruh warisan membuat Chandra bergidik. No way! Sampai matipun dia tidak akan pernah membiarkan Dante menguasai perusahaan dan warisan. Jadi, keputusan menikah harus dia ambil, meski dia merasa pernikahan adalah hal buruk di dunia.
"Lihat nanti aja. Udah, gue mau tidur lagi, mata gue masih sepet!"
"Oke deh Bos. Tapi ngomong-ngomong, ini Madam Connie mau ke Jepang katanya nanti sore, terus ngajakin Bos juga."
"Bilang aja gue nggak ikut. Lagi encok."
"Hah encok? Beneran?" Ben terdengar kaget dengan apa yang Chandra katakan. "Emang abis ngapain Bos? Semalam kayaknya baik-baik saja, kenapa tiba-tiba encok, makanya Bos, jangan kebanyakan ngo...."
"Heh! Jaga ya lambe lo yah! Atau gue potong gaji lo! Mau?!" Chandra menyahuti Ben dengan galak, sebelum sekretarisnya itu meneruskan ucapannya.
"Wah, ampun Bos! Maksud aku tuh ngopi, Bos!" Ben berkilah saat Chandra menegurnya karena hendak mengatakan sebuah kata yang mengandung genre 21 ke atas yang tidak patut.
Chandra mendecih dan menutup telpon begitu saja karena terlalu malas menanggapi apapun yang Ben katakan. Usai bicara dengan Ben, Chandra baru menyadari dirinya masih dalam kondisi nirbusana. Kepalanya mendadak berdenyut pening, sisa mabuk semalam dan membuatnya ingin kembali berbaring, tapi, dia lalu menyadari bahwa tidak ada siapapun di sebelahnya. Chandra menyibak selimut, berharap gadis yang semalam bersamanya ada di sana, meski jelas, tidak ada siapa-siapa di ranjang yang dihuninya.
Gadis itu sudah pergi meninggalkannya, hanya bercak merah di seprei yang tersisa, tanda bahwa Chandra adalah orang pertama yang merenggut kesuciannya. Kening Chandra mengerut. Ini adalah kali pertama dia ditinggalkan, biasanya wanita yang menghabiskan malam bersamanya, masih berada di ranjang yang sama dengannya, dan bahkan berharap mengulang kembali gelora renjana dengannya tapi Chandra selalu menjadi orang yang lebih dulu meninggalkan, tapi hari ini, dia ditinggalkan.
Perasaan sepi dan senyap melingkupinya dan Chandra membenci hal ini. Dia beranjak dari ranjang, mengambil pants yang tertinggal di lantai. Dingin terasa mengecup kakinya saat dia melangkah, ke kamar mandi, tidak ada siapapun di sana, gadis yang bersamanya semalam benar-benar meninggalkannya tanpa pesan dan untuk kali pertama Chandra merasa harga dirinya terusik. Berani-beraninya gadis itu meninggalkannya begitu saja. Chandra mengusak wajahnya dengan geram, lalu dia baru tersadar bahwa kamar yang dihuninya ini terlampau sempit untuk kamar berlabel Presiden Suit. Dia menyadari bahwa dia masuk ke kamar yang salah dan itu berarti, gadis itu sama sekali tidak menyelinap ke kamarnya dan hendak menggodanya. Dia yang masuk ke kamar gadis itu dan melakukan pelecehan seksual.
"Sialan!" Chandra berkata pada dirinya sendiri. Semua ini akan menjadi rumit jika gadis itu bicara pada khalayak ramai. Dia mengambil ponselnya dan menelpon Ben, gadis itu harus dibungkam secepatnya.
"Ya, Bos?"
"Lo tahu cewek yang nerima tamu semalam? Yang mukanya kayak anak SMA?"
"Waduh, yang mana Bos?"
"g****k banget sih! Masa gitu aja nggak tahu!"
"Yah, gimana dong, tugasku kan nggak cuma melototin cewek-cewek penerima tamu!"
Chandra sangat kesal pada jawaban Ben, jika bisa, sudah lama Ben dia pecat, sayangnya, Ben adalah sekretaris pilihan Connie. Connie memutuskan memilih sekretaris laki-laki untuk Chandra untuk mengurangi skandal, karena Chandra hampir terlibat skandal m***m dengan selusin sekretaris wanita sebelumnya. Benaya adalah lulusan universitas ternama jurusan akuntansi. Berlatar keluarga biasa saja, pintar dan menerima beasiswa dari The Gouw Foundation, membuatnya menjadi kandidat kuat untuk menjadi sekretaris sekaligus asisten Archandra Gouw yang bisa diandalkan oleh Connie, dan jelas, tidak akan ada skandal antara Chandra dan Ben.
"Coba sini, kirim foto semua penerima tamu!"
"Bentar, aku tanya Thalita dulu. Dia yang urus."
"Lima menit!"
"Sabar toh!" Lalu panggilan ponsel terputus begitu saja, membuat Chandra kembali diterpa sunyi. Tidak sengaja, matanya kembali menatap bercak yang tertinggal di seprei.
Chandra memang terbiasa hidup bebas selama ini, berganti-ganti pasangan dan hura-hura, dia memiliki watak yang arogan dan menyebalkan, tapi dia bukan penjahat. Jika dia menghabiskan malam bersama wanita, itu karena kesepakatan bersama, dan biasanya, mereka adalah wanita yang berpengalaman, tapi...ada satu kesalahan malam tadi. Gadis yang bersamanya adalah gadis yang masih murni dan sejenak, Chandra berpikir apakah gadis itu baik-baik saja?
Ponsel Chandra kembali berbunyi pelan, sebuah pesan masuk, menampilkan foto penerima tamu dan Chandra bisa mengenali Lily. Dia menandai gadis itu dan mengirimkannya kembali pada Ben yang langsung menelponnya.
"Ini kan Lily, Bos." Seru Ben di telpon.
"Lily siapa?"
"Anak kantor kita juga. Resepsionis, masa nggak pernah lihat sih Bos? Tiap hari lewat kan?"
Chandra mendesau, dia tidak pernah memperhatikan orang-orang di kantor, terutama karena tidak ada wanita yang menurutnya menarik.
"Ya terus?! Kalau lo aja nggak bisa liat penerima tamu pas pesta semalem, apa lagi gue yang lebih sibuk dari lo! Mana sempet gue liat resepsionis di kantor!"
"Tapi kan tiap hari liwat depan dia. Bukan cuma semalam doang." Ben masih bersikukuh.
"Dah lah, gue nggak minat adu bacot sekarang. Kasih tahu gue soal Lily itu, udah berapa lama dia kerja di sini?"
"Bentar...kenapa tiba-tiba nanyain Lily, Bos?" Ben tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya, kenapa Chandra tiba-tiba bisa bertanya tentang Lily, salah satu karyawan kantor yang biasa saja, menurut Ben. Sebab, tidak mungkin rasanya Chandra menaruh hati pada Lily. Bukan bermaksud menghina, sebagai lelaki, Ben menilai Lily cukup manis, apalagi saat tersenyum, tapi, semua itu tidak cukup bagi Chandra yang pemuja wanita seksi, bohay, cantik dan punya s*x appeal yang mantap jaya. Keinginan Chandra mengetahui segala sesuatu tentang Lily jelas membuat Ben penasaran.
"Nggak apa-apa. Gue cuma pengen tahu aja."
"Nggak mungkin kalau nggak ada apa-apa. Naksir ya?"
"Nggak mungkin gue naksir cewek kayak dia."
"Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin Bos."
"Kok lo maksa? Gue nggak naksir dia. Titik."
"Lha terus kenapa nanyain dia?"
"Ck! Gue ada perlu sama dia."
"Keperluan apa mon maap?"
"Gue harus mastiin latar belakang dia, apakah dia punya hubungan sama pesaing bisnis kita atau, lawan politik bokap gue dan sejenisnya."
"Emangnya, dia ngelakuin sesuatu yang mencurigakan?"
Chandra menghela napas lelah. "Ada sebuah insiden terjadi antara gue dan dia. Gue khawatir, dia adalah orang suruhan pesaing bisnis kita atau lawan politik bokap dan mau ngerusak image keluarga Gouw."
"Sebentar...insiden apa?"
"Ben, lo adalah anak pintar yang di-hire khusus sama Nenek gue, jadi seharusnya, lo nggak usah banyak nanya dan langsung aja mengambil tindakan pencegahan seandainya Lily itu adalah musuh dalam selimut. Ngerti?"
"Oh, oke Bos."
"Udah, sekarang, lo cari tahu semua tentang dia, termasuk kemungkinan dia berafiliasi dengan siapa."
"Siap!" Kali ini Ben tidak bertanya lagi.
"Jangan lupa kasih tahu gue soal ini."
"Oke."
Selepas bicara dengan Ben, suasana kamar kembali hening, dan membuat Chandra teringat Lily. Satu-satunya wanita yang meninggalkannya, meski untuk apa mengingat Lily? Dia tidak sepenting itu menurut Chandra, sayangnya, otaknya selalu saja memikirkan dia. Chandra sekarang merasa curiga, jangan-jangan, Lily sengaja menjebaknya, lalu menggunakan kesempatan untuk mengaku pada publik bahwa dia dilecehkan, tujuannya jelas, untuk menghancurkan keluarga Gouw. Jeremiah Gouw ayahnya, mulai masuk ke partai politik sejak beberapa tahun yang lalu dan sekarang sedang mencalonkan diri sebagai Gubernur Jakarta, banyak orang yang tidak menyukainya dan berusaha menjegal karir politik Jeremiah. Selain itu, ada beberapa perusahaan yang menjadi saingan PT GOUW berusaha menjatuhkan nilai saham perusahaan, jadi, ada banyak praduga Chandra kepada Lily. Apapun yang Lily dan orang yang menyuruhnya rencanakan, Chandra harus segera menggagalkan rencana itu.