Kamar 516
"Biar gue aja yang bawa, Thalita." Lelaki itu berkata tegas, lantas mengangkat tubuh Thalita yang setengah sadar.
Lily hanya bisa mengangguk, tubuhnya sekarang beraroma wine yang cukup menusuk hidung. Dia berpikir, mungkin sebaiknya dia mengganti pakaian sebelum pulang. Dia melangkahkan kakinya menuju lift, yang akan mengantarkan ke lantai lima, karena Lily berencana pergi ke kamar 516, di mana pakaian dan tasnya dia tinggalkan sebelum dia bertugas sebagai penerima tamu.
Lily masuk ke dalam lift dan pintu nyaris tertutup, hanya sesaat sebelum seseorang membuat pintu lift kembali terbuka. Orang itu masuk ke dalam lift, berdiri di sebelah Lily tanpa kata-kata, dia bahkan tidak memencet angka yang menunjukkan lantai di mana dia akan turun. Mungkin, dia juga akan turun di lantai lima seperti Lily. Masalahnya, keberadaan orang itu membuat Lily merasa oksigen di lift ini menipis secara mendadak dan membuatnya kesulitan bernapas, disertai dengan ritme detak jantungnya yang meningkat.
Archandra Gouw adalah manusia yang baru saja masuk ke lift dan membuat Lily seperti ikan dilemparkan ke darat. Tubuhnya terasa sangat dingin sekarang hanya karena dia berada dalam satu ruangan sempit bersama Chandra. Lelaki itu tidak melakukan apa-apa, bahkan, sepertinya dia tidak menyadari keberadaan Lily, tapi bisa membuat Lily merasa tubuhnya gemetar oleh sebuah rasa yang sulit dikatakan. Ada yang mengatakan cinta bisa meracunimu, dan melumpuhkanmu, mungkin itu benar adanya, setidaknya begitu yang Lily rasakan.
Keheningan mendominasi suasana, karena Chandra tidak mengatakan apa-apa, begitu juga Lily. Chandra setengah mabuk karena dia minum terlalu banyak, yang dia inginkan sekarang adalah merebahkan tubuhnya di kasur dan tidur. Sementara Lily, dalam sunyi menikmati waktu memuja Chandra yang nampak tidak menyadari kehadirannya. Waktu ini adalah waktu yang berharga untuk Lily karena dia tidak tahu kapan lagi bisa berada dalam kesempatan sedekat ini dengan Chandra.
Penampilan Chandra terlihat berantakan. Jasnya tersampir sembarangan di pundak tegapnya, dua kancing atas kemejanya terbuka, lengan kemejanya digulung asal memperlihatkan tangannya yang berkesan manly. Aroma wine tercium samar di hidung Lily, dan dia merasa mabuk meski tidak menyecap wine secara langsung. Lily menatap Chandra diam-diam dan lelaki itu nampak sangat sempurna di matanya.
Waktu terasa berlalu secepat cahaya ketika pintu lift terbuka di lantai lima dan mengharuskan Lily turun dari lift. Dengan rasa kecewa yang menggelayut, Lily keluar dari lift, merasa sayang meninggalkan momen berdua saja dengan Chandra, meski sebenarnya hal ini bukan sesuatu istimewa, hanya kebetulan mereka hanya berdua selama beberapa detik di lift yang sama, tapi Lily berharap bisakah detik yang dia lewati ini menjadi selamanya?
Pertanyaan bodoh yang sudah pasti tidak jawabannya. Lily harus kembali pada realitas dan melangkah keluar lift, mengganti pakaian dan pulang ke kosnya. Menjalani hari seperti biasa, menatap Chandra sebagai pemuja rahasia entah sampai kapan. Begitulah keseharian hidupnya akan berjalan, tapi, saat dia melangkah menjauhi lift, dia mendengar suara berdebam, dia menoleh dan menemukan Chandra tersungkur di depan lift.
Serta merta, Lily berbalik dan mendapatkan Chandra.
"Pak Chandra tidak apa-apa?" Lily bertanya panik.
"Pak Chandra?" Lily memanggil Chandra karena lelaki itu tidak merespon dan membuat Lily semakin panik.
Lily sedang berpikir untuk memanggil staf hotel ketika mendengar suara Chandra.
"Berisik! Bawel!"
Jantung Lily hampir anjlok dari tempatnya. Pertama karena kaget, kedua karena apapun yang dilakukan Chandra, sekalipun bukan hal romantis atau istimewa akan membuat Lily merasa salah tingkah disertai dengan deyut jantung yang meningkat.
Chandra beringsut dari posisinya, kepalanya sangat pusing dan dia terjatuh di depan seorang wanita. Jauh di dalam hatinya, Chandra merasa sangat malu, tapi tentu saja dia tidak akan mengakui hal ini karena gengsinya menembus lazuardi.
"Pak Chandra tidak apa-apa?" Lily menatap Chandra dengan khawatir.
"Ngapain lo nanya-nanya? Nggak usah sok peduli! Gue nggak butuh!" Chandra berusaha berdiri tapi, sial, tubuhnya tidak mendukung keinginannya. Tubuhnya sedikit limbung dan terhuyung ke depan, untung saja, wanita di hadapannya itu segera menopangnya.
Karena gengsinya yang berlebihan, Chandra mendorong Lily, menolak bantuannya. "Get away from me!" Sentak Chandra dan membuat Lily kaget.
"Oh...oke...kalau begitu." Lily membalas pelan, ada nyeri menyelinap dalam hatinya. Chandra bahkan menolak bantuannya. Apakah di mata Chandra dia terlihat sebagai rakyat jelata yang hanya menyentuh dan memberikan bantuan saja tidak bisa? Sejauh ini kah jarak antara dirinya dan Archandra Gouw?
Sebenarnya dia tahu, jauh sebelum dibentak Chandra dan diminta menjauh, Lily sudah sadar diri bahwa dirinya hanya bisa menjadi pemuja rahasia bagi Chandra, tapi, saat Chandra membentak dan menolak bantuannya, Lily merasa hatinya tercubit nyeri.
Chandra berusaha berdiri dan berjalan sempoyongan, jelas lelaki itu tidak baik-baik saja, tapi Lily tidak melakukan apa-apa selain menatap punggung Chandra dan berjalan mengikuti langkahnya. Bukan! Lily tidak ingin menguntit, seruan keras dari Chandra sudah cukup membuat Lily tahu diri dan menjaga jarak dengan Chandra, dia hanya akan menuju kamar 516, mengganti pakaian dan pulang, menyimpan kebersamaannya dengan Chandra selama beberapa menit di lift sebagai mimpi indah yang tidak akan pernah menjadi nyata.
Lily melangkah ke koridor di mana kamar 516 berada, sementara Chandra juga melangkah ke koridor yang sama. Lily pikir, kamar Chandra juga berada di koridor yang sama. Dia sudah sampai di depan kamar 516 dan membuka pintu kamar dengan kartu akses, dan segera masuk ke kamar.
Tapi sesuatu membuat Lily menoleh, dia melihat Chandra di depan pintu yang tertutup. Mata Lily melebar kaget, sebab, dia tidak menyangka Chandra akan mengikutinya masuk ke dalam kamar ini. Dia pikir, Chandra sedang mencari kamarnya yang juga berada di koridor yang sama dengan kamar ini, tapi mengapa Chandra masuk ke dalam kamar ini?