Chandra pikir, bukankah, Lily masuk ke dalam kamarnya dengan sukarela, apalagi yang dia inginkan jika bukan untuk mencicipi cinta satu malam dengannya? Tentu saja, Chandra sangat percaya diri bahwa semua wanita menginginkannya tanpa terkecuali termasuk Lily. Dengan aset yang dimilikinya, wajah rupawan, harta yang melimpah, postur menawan dan juga terpelajar, tidak ada yang kurang dalam dirinya, wanita manapun akan bertekuk lutut padanya.
Tapi, apa yang dilihatnya sekarang? Gelepar penolakan yang tercermin dalam bola mata Lily. Gadis itu, bahkan hendak menyingkirkannya! Meski sedikit mabuk, tapi Chandra masih punya tenaga untuk menahan Lily. Dia tidak akan melepaskan Lily malam ini. Gadis itu masuk ke dalam kamarnya, tidak ada alasan tepat menyelinap masuk ke kamar jika bukan karena gadis itu adalah salah satu dari pemujanya dan Chandra tidak mengijinkan Lily berubah pikiran.
Saat gadis itu berusaha menjauh darinya dan membebaskan diri, semuanya sudah terlambat. Harga diri Chandra sangat tinggi dan dia membenci penolakan, karena itu, dia semakin brutal dan memaksa Lily menerima apa yang dia lakukan.
Bibir Lily bergetar dan sebulir air mata mengalir begitu saja saat Chandra menyeretnya paksa lebih jauh ke dalam sebuah mantra yang membuat Lily tetap berada di tempatnya. Mungkin saja, kalau dia memiliki niat yang lebih kuat, dia bisa membebaskan diri dari Chandra, tapi nyatanya Lily tetap berada di tempatnya. Tersesat dalam kebingungan antara takut dan antusias, menapaki sebuah dosa terindah.
Helai demi helai pakaian Lily terhempas begitu saja oleh Chandra dan Lily merasa kesulitan bernapas karena dia tidak pernah berada dalam keadaan seperti ini sebelumnya. Dia merasa sangat malu, apalagi saat kulitnya bersentuhan dengan tubuh Chandra dan menghantarkan rasa menyengat yang begitu asing tapi sekaligus memabukkan dalam keseluruhan dirinya. Dia memejamkan mata, mimpi ini terlampau fantastis baginya.
Lalu dia sadar bahwa ini semua bukan mimpi saat dia menemukan Chandra menatapnya dengan intens, membuat jantungnya berdebar lebih cepat dari yang seharusnya. Chandra berada di antara kakinya, menikamnya dan membuatnya menjerit seketika, menancapkan kukunya di lengan Chandra dan meninggalkan bekas serupa bulan sabit.
Chandra menatap Lily, tidak menyangka bahwa Lily adalah seorang gadis yang masih murni, dia kira, Lily sama seperti wanita yang sering bersamanya selama ini. Ada banyak artis,model, selebgram, celebrity chef, DJ bahkan juga bisniswoman muda, semuanya sudah berpengalaman, meski terlihat polos, tapi Lily benar-benar di luar praduganya.
Akan tetapi, semua itu tidak membuat Chandra mengurungkan niat dan berbelas kasihan pada Lily, Chandra kembali menyatukan tubuhnya dengan Lily dengan satu tikaman yang membuat Lily merasa tersengal karena perih yang menjalar secara cepat, lalu digantikan oleh rasa yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Dopamin menjalari tubuhnya dengan cepat dan Lily segera melupakan rasa sakit yang dia rasakan, digantikan oleh geleyar nikmat yang membuatnya merasakan surga dunia.
Semuanya terasa surreal, membawa Chandra dan Lily ke dalam sebuah keheningan yang sarat dengan keindahan manis. Lily memastikan seumur hidupnya hari ini tidak akan pernah dia lupakan. Suatu malam, untuk selamanya, meski Chandra, tidak akan menyadari dirinya hilang atau tampak.
***
Semburat cahaya matahari memaksa masuk melalu celah tirai kamar, menandakan hari sudah sangat siang, tapi Chandra masih tertidur pulas di ranjangnya hingga ponselnya berdering nyaring, tdak hanya sekali, namun berkali-kali dan membuat Chandra terpaksa membuka mata dengan jengkel.
"Opo seh! Tahu nggak, gue lagi tidur!" sentaknya sewot.
"Sorry Bos, tapi Madam Connie tadi telpon aku. Katanya, besok Senin, calon istri Bos pulang dari London, nah hari sabtu alias malam minggu, Bos diajak makan malam sama keluarga calon istri Bos." Ben menjelaskan dengan runtut, tapi justru membuat Chandra merasa kepalanya semakin sakit dan pening.
"Bentar. Satu-satu. Nenek, mau jodohin gue? Sama cewek mana lagi? Terakhir kali, siapa sih itu, Puteri Indonesia? Yang sekarang Puteri apa lagi?"
"Yang sekarang putri keluarga Wangsadinata. Hannah Wangsadinata, baru saja menyelesaikan gelar Magister di Oxford, dia akan menjadi komisaris perusahaan minyak negara."
"Bentar, Pertamina maksud lo?"
"Yes, Bos."
"Apa istimewanya?"
"Lho, keluarga Wangsadinata adalah pemilik media massa besar di Indonesia."
"Nah terus?"
"Ya...tanpa mengurangi rasa hormat lho ya, Bos, Madam Connie menjodohkan Bos sama Hannah karena ada keuntungan tersendiri."
"Keuntungan apa maksudnya?"
"Ngh...pertama, Hannah itu kan cakep, pintar dan tegas, cocok sama Bos gitu lah, terus yang kedua...."
"Apa?"
"Nggak apa-apa nih aku ngomong?"
"Apaan emang?"
"Yang kedua, perusahaan keluarga Hannah bisa meredam gosip-gosip miring yang menerpa Bos."
"Ck! Emang Nenek udah kurang duit sampai harus ngejodohin gue sama cewek anak pemilik stasiun TV?"
"Woh ya kalau soal itu entah, Bos. Silahkan tanya sama Madam Connie."
Chandra memijit keningnya. Terakhir kali, dia bisa membatalkan rencana pertunangan karena dia berhasil membuat Nadine, Putri Indonesia yang dijodohkan dengannya jengah. Chandra sengaja datang sangat terlambat dan membawa salah satu selebgram sekaligus DJ yang terkenal liar bersamanya. Hasilnya, Nadine langsung hilang feeling pada Chandra dan tidak mau menemui Chandra lagi, acara pertunangan sukses dibatalkan dan Connie memarahinya habis-habisan.
Pernikahan, bukanlah hal yang cocok untuknya menurut Chandra, karena dia tidak yakin bisa hidup dengan satu wanita yang sama selama bertahun-tahun. Dia percaya tidak bisa menjadi suami yang baik dan terutama ayah yang baik. Menurutnya, kebebasan adalah satu-satunya hal yang cocok untuknya. Masalahnya, dia adalah pewaris utama perusahaan neneknya, jika dia tidak punya anak, maka perusahaan neneknya tidak memiliki pewaris, atau akan berakhir jatuh di tangan Dante, adik tirinya. Jelas, Chandra tidak ingin hal itu terjadi. Chandra sangat membenci Dante dan tidak ingin Dante mendapatkan apapun dari perusahaan neneknya. Baginya, Dante tidak lebih dari kuman merugikan yang harus dibasmi. Satu-satunya cara untuk tetap memiliki perusahaan adalah dengan menuruti Connie, menikah, punya anak dan hidup bersama seseorang yang sama selama bertahun-tahun. Memikirkan hal itu, Chandra bergidik, pernikahan adalah neraka dunia baginya, dia sudah melihat pernikahan neraka pada orangtuanya, dia tidak ingin menjalani hal yang sama, sayangnya, Chandra tidak punya pilihan.