"Sya, kamu nggak dapat kabar dari adik kamu gitu?" Dewi—mama Rasya bertanya demikian ketika dia sedang sarapan bersama keluarganya. Faraz yang belum ada kabar sampai hari ini. Mengenai kepulangan pria itupun tidak ada yang mengetahuinya.
Pria yang selalu sibuk dengan dunia kerjanya sampai sang kekasih harus terus diabaikan sampai sekarang. Jarang sekali ada pertemuan untuk melepas rindu karena Faraz sendiri bukan pria yang selalu mengumbar kisah cintanya apalagi sampai diketahui publik kapan dia harus berkencan dan menghabiskan waktu bersama.
Ekspresi Rasya pun akhirnya berubah ketika dirinya merasa khawatir jika mama dan papanya tahu dengan permainan yang dia lakukan diluar sana dengan kekasih adiknya sendiri. Bukan keinginan dari Rasya sendiri, tapi Bianca yang memulai ini semua hingga dia pun tergoda dengan rayuan itu.
Salah adalah ketika dia menerima Bianca sebagai kekasihnya. Mengkhianati adiknya sekaligus menghancurkan perasaan yang sudah begitu lama tertaut dengan wanita itu. Sebenarnya ini adalah rasa yang tidak bisa dihindari juga oleh Rasya karena sisi lain dia sudah terlanjur sayang kepada Bianca yang bersama dengannya sudah sangat lama ini.
Mengkhianati Faraz dengan alih-alih bahwa ia sedang menjaga sang calon adik ipar. Nyatanya dia tiduri juga untuk memuaskan nafsunya. Ia ingin mengendalikan diri lebih pandai lagi namun nyatanya dia tidak bisa melakukan itu karena sudah terlanjur sangat mencintai Bianca ditambah lagi karena mereka yang selalu bersama.
Kini mereka tinggal berdua di dalam satu apartemen. Kapan pun Rasya ingin, mereka akan tetap melakukan hubungan terlarang itu.
Di tengah-tengah sarapan mereka, Rasya masih belum menanggapi pertanyaan mamanya barusan.
Dia menghela napas panjang merasa diri bahwa dia adalah pengkhianat yang sebenarnya sekarang. "Ma, aku berangkat kerja dulu," pamit Rasya kepada orang tuanya.
Sadar bahwa dia memiliki bagian yang paling sedikit dari perusahaan papanya. Dari semua yang dimiliki oleh orang tuanya, Faraz memegang paling banyak perusahaan ataupun beberapa hotel yang sebenarnya itu juga berhak dia miliki. Akan tetapi sikapnya yang b******k itu menjadikan orang tuanya seperti sekarang ini. Dia memang agak sedikit renggang walaupun mereka bersama. Itu dikarenakan dia yang sudah seringkali ketahuan membelikan barang-barang mahal untuk wanita-wanita yang dia dekati.
Salah adalah ketika dia membelikan itu semua untuk wanita teman tidurnya. Mungkin mama dan papanya menganggap itu adalah kekasihnya. Akan tetapi bagi Rasya teman tidur akan tetap menjadi teman tidur. Yang tidak akan pernah menjadi kekasih baginya—apalagi seorang istri. Jauh dari kata untuk melanjutkan hubungan itu. Sejatinya Rasya sendiri tidak ingin jika dirinya menikah dengan siapa pun.
Baginya, menikah adalah suatu bencana yang tidak akan selesai untuk menyelesaikan masalah. Maka dia tidak tertarik untuk menikah sama sekali sampai kapan pun itu. Usianya memang sudah cukup dewasa untuk menikah. Tapi tetap saja bahwa dia tidak mau menikah dengan wanita manapun. Secantik apa pun itu, bagi Rasya mereka hanyalah teman tidur untuk memuaskan diri masing-masing.
Di kantor dia menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda.
Sekretarisnya pun datang memberikan sebuah dokumen yang diletakkan langsung diatas mejanya. Memang dia tidak pernah mau jika para karyawannya terlalu tunduk dan menganggapnya sebagai atasan yang gila hormat. Siapa pun jika sudah mengetuk pintu. Maka Rasya akan membiarkan orang tersebut masuk. Jika dia sibuk maka dia akan mengatakannya langsung.
Wanita itu terlihat sangat seksi dihadapannya ketika sedang mengantarkan dokumen untuknya. Antara bos dan bawahan, bagi Rasya itu sama saja. Namun jangan salah, jika dia pun sudah pernah mengajak sekretarisnya sendiri bercinta. Wanita itu cukup liar diranjang. Dan sangat sering, kadang ketika jam makan siang dia melampiaskan nafsunya di ruang kerjanya tanpa ketahuan oleh siapa pun juga. Tapi entah—Rasya tidak tahu itu mungkin ada yang mengintip atau tidak.
Naina wanita yang selalu menggoda, bokongnya yang besar. Ditambah lagi dadanya yang sangat kencang dan besar. Tapi entah Rasya adalah pria yang keberapa yang sudah mengajak sekretarisnya ini untuk memuaskan diri.
Tapi sesering apa pun dia bercinta dia tidak pernah lupa untuk menggunakan pengaman ketika bersama dengan wanita lain. Kecuali ketika sedang bersama dengan Bianca. Dia tidak pernah menggunakan pengaman ataupun meminta Bianca untuk meminum obat pencegah kehamilan. Apalagi dia yang merasa sangat bangga telah menjadi orang yang pertama yang sudah menyetubuhi Bianca.
Dengan bibir sensual yang bagian bawahnya digigit, serta dengan suara manja yang disertai dengan desahan ketika sedang bicara itu sedikit membuat Rasya menegang, "Naina," kata Rasya lalu mendekat dan meremas b****g sekretarisnya.
"Iya Pak, ada apa?" goda Naina memegang tangan Rasya lalu meletakkannya di atas d**a yang kemudian diremas oleh Rasya sampai wanita itu terlihat memejamkan mata menikmati remasan Rasya.
Pria itu tentu saja tersenyum puas dengan sikap dari sekretarisnya sendiri. "Kita lanjutkan nanti setelah makan siang. Jangan ke mana-mana, kita makan siang diluar. Aku juga ingin memakanmu," kata Rasya yang dibalas dengan anggukkan.
Siapa bilang menyetubuhi sekretarisnya itu gratis? Bahkan Rasya membelikan mobil untuk sekretarisnya itu. Banyak yang menganggap bahwa Naina adalah wanita simpanan. Namun itu semua adalah pemberian dari Rasya. Yang jelas dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Yaitu dilayani ketika dia butuh.
Permainan Naina juga tidak bisa diragukan lagi ketika berada di atas ranjang. Goyangannya, bentuk tubuh yang begitu indah. Ditambah lagi memiliki d**a yang besar, wanita itu juga pandai untuk memanjakan juniornya ketika sedang pemanasan. Mungkin banyak sekali yang menganggap bahwa Naina adalah seorang jalang. Tapi bagi Rasya wanita itu pemuas untuknya pribadi. Menurut pengakuan Naina, dia kehilangan perawan oleh kekasihnya dulu, namun bagi Rasya itu tidak penting. Yang dia inginkan hanyalah bagaimana Naina bisa memuaskan dia tanpa ada rasa kecewa.
Dibandingkan dengan Bianca, tentu Bianca akan menang karena wanita itu memang yang memberikan perawan baginya. Tapi Naina tetap memiliki ciri khas tersendiri dalam memuaskan dia. Kadang dalam satu hari bisa dua kali main. "Aku merindukanmu, Rasya," bisik Naina.
Kemudian Rasya pun mendekat lalu menggigit daun telinga Naina. "Siapin pengaman untuk nanti siang, booking hotel. Kamu juga ingin dipuaskan bukan?"
Naina mendorong d**a Rasya. "Kamu selalu saja menggodaku Rasya," jawab wanita itu dengan sedikit desahannya. "Baiklah nanti aku akan memesan hotel dan juga membeli pengaman untuk kita," Naina terdengar sangat bersemangat untuk nanti.
"Baiklah," jawab Rasya. Namun tangan kirinya meraba dibagian paha Naina disela-sela rok mini yang digunakan oleh Naina. "Tetap halus ya," sambung Rasya yang sudah lama tidak membuka paha wanita ini untuk dia puaskan juga.
Pria itu menyeka rambut Naina lalu mencium bagian leher yang sedikit tertutup oleh rambut Naina.
Wanita itu tersenyum puas ketika mendapat kecupan dari Rasya. Berharap jika Rasya bisa menikahinya nanti walaupun hanya untuk dipuaskan sekarang ini.
Rasya tersenyum lalu meremas b****g wanita ini lagi setelah mencium leher Naina dan meninggalkan bekas di sana. "Aku tidak sabar untuk nanti siang,"
"Aku juga,"
Suara manja itu terdengar sangat menggoda baginya. Begitu juga dengan beberapa karyawan yang pernah menjadi pemuas nafsunya. Terakhir kali dia menyentuh wanita muda itu adalah berusia dua puluh satu tahun. Penampilannya yang sangat dewasa yang membuat Rasya itu tergoda. Namun kenyataannya wanita itu baru saja lulus kuliah namun malah tidak perawan juga. Bagi Rasya beberapa wanita hanya dijadikan sebagai pelampiasannya saja.
Jika untuk menikah. Dia masih berpikir tetap sama. Bahwa tidak ada pernikahan dibalik pemuas nafsunya.