Pertama Kali

1018 Kata
"Yang aku mau itu kamu, bukan Faraz," Sontak ucapan itu membuat Rasya terkejut jika kekasih adiknya sendiri tidak mau dengan Faraz namun malah memilih dirinya. "Kenapa kamu ngomong gitu?" Tiba-tiba Bianca memeluknya dan tidak mau melepaskan dia. "Ingat, Bianca. Kamu itu bukan orang yang nggak punya pacar. Faraz itu udah sayang banget sama kamu, udah berapa tahun kalian jalin hubungan?" tanya Rasya yang masih tetap berusaha menolak dengan halus perempuan yang sedang memeluknya sekarang ini. Bianca masih tetap keras kepala mengatakan jika dia tidak menginginkan Faraz, melainkan menginginkan Rasya. "Aku harus bilang berapa kali lagi sih, Sya?" Rasya memilih duduk di sofa. "Terserah kamu aja," kata dia dengan nada dingin lalu memilih berbaring di sana. "Kamu mau cerita apa sama aku tentang hal yang kamu rasain sama Faraz? padahal udah menjelang pernikahan," Bianca sepertinya tidak bisa melewati masa ujiannya ketika menuju pernikahan tapi malah tergoda oleh pria lain. Dia menyusul Rasya ke sofa. "Aku sama sekali nggak bisa diginiin kalau Faraz sibuk terus," "Terus?" "Aku mau sama kamu. Itu udah lama banget, Sya. Kamu nggak peka banget," Rasya menatap perempuan ini dan merasa jika Bianca memang bukan perempuan baik untuk adiknya. "Sejak kapan kamu suka? Bukankah kamu tahu pria yang ada di depanmu ini adalah seorang pria b******k?" "Kamu bisa berubah ketika kamu menjadi pria yang bertanggungjawab," "Sayangnya itu jauh dariku, Bianca," "Kenapa tidak? Aku yakin kamu bisa," Rasya malah tertarik untuk melihat betapa besarnya nyali dari perempuan ini. Dia bangun dari tempat berbaringnya tadi dan duduk di pinggir Bianca. Perempuan itu mendekat lagi lalu mengelus dadanya Rasya sampai ada aliran darah yang terasa begitu menggairahkan. "Sya," panggil Bianca yang meraba rahang keras Rasya kali ini. "Bianca, kamu tahu apa yang akan terjadi kalau kamu seperti ini kan?" Bianca mengangguk dan malah menggigit bibir bawahnya tepat di hadapan Rasya. Bagaimanapun juga dia seorang pria yang bisa tergoda, apalagi pakaian Bianca yang terlihat sangat seksi kali ini yang bisa membuatnya semakin b*******h. "Rasya, aku tahu itu. Kamu inginkan ini?" tanya Bianca yang membuka dressnya dihadapan Rasya yang menampakkan d**a telanjang Bianca yang seketika membuat Rasya langsung tidak bisa menahan dirinya. Bianca menggoda Rasya yang naik ke atas ranjang terlebih dahulu dan melepas semua pakaiannya sampai Rasya kehilangan kendali untuk tidak melakukan lebih. Rasya yang mendekat itu pun langsung menyambar Bianca. Dia mencium gadis itu pada bagian lehernya. Dia menjilati leher dan menciumnya sampai terdengar desahan. "Kamu tahu sendiri risikonya nanti, Bianca," "Hmmm, aku tahu," jawabnya. Rasya meremas d**a Bianca dan mencium bibir gadis itu. "Masih perawan kan? Karena aku tahu adikku tidak akan pernah merusak perempuan, Bianca," kata Rasya ingin tahu tentang perempuan ini. Bianca membuka bajunya Rasya. "Masih, dan kamu yang pertama," jawabnya dengan suara yang begitu seksi dan menggoda. Tanpa aba-aba lagi Rasya langsung merebahkan tubuh Bianca ke atas kasur lalu mulai mencecapi anggota tubuh seksi Bianca. "Jangan hamil, Sya!" kata Bianca yang meremas spreinya hingga terdengar suara lenguhan ketika Rasya menghisap dadanya. "Kamu liar, Sya. Dan aku suka itu," Rasya bukan pria yang tanpa pengalaman lagi untuk menyentuh dan memuaskan perempuan. Sudah berapa banyak perempuan yang sudah pernah dia sentuh. Jika dihitung mungkin jumlahnya ada dua puluh lebih yang sudah pernah diajak tidur. Dari segala aroma tubuh pun dia sudah hafal. Jadi dia tahu bagaimana tipe perempuan yang benar-benar liar atau tidak. Menurun sampai ke perut, Rasya menciumi perut Bianca lalu turun lagi ke bawah perut Bianca. Dia membuka paha Bianca hingga terbuka sangat lebar, putih dan bersih itulah kesan pertama yang dia dapatkan ketika bersama dengan Bianca. Sudah puas bermain di sana, Rasya lalu menyatukan kedua tangannya dengan Bianca. "Yakin sama ini? Kamu tahan ya! Aku bakalan pelan," kata Rasya yang mencium bibir Bianca lagi. Rasanya begitu menggairahkan dibandingkan dengan perempuan yang sudah-sudah. Dia pun akhirnya mulai menyatukan milik mereka sampai Bianca menangis karena menahan sakit itu. Sedangkan Rasya hanya bisa menahan sakit yang ditimbulkan oleh Bianca karena merasakan miliknya diremas dengan sangat kencang. Beberapa detik dia berhenti dan membiarkan miliknya di sana, dengan perlahan dia mulai bergerak sampai Bianca melenguh, Rasya tahu jika dia yang pertama bagi Bianca dan sekarang sudah tidak perawan lagi karena perbuatan dirinya. Sebenarnya bukan ini yang diinginkan oleh Rasya, tapi siapa yang tidak mau melakukan hubungan itu jika diberikan secara Cuma-Cuma apalagi kalau dilakukan hanya karena nafsu semata. Keringat memenuhi tubuh mereka, tipe Rasya adalah bukan pria yang mudah merasa puas dengan tubuh wanita jika dia tidak mendapatkan kepuasan itu sendiri untuk membuat lawannya lemas. Sekarang semua gaya telah dia lakukan dengan Bianca. "Kuharap kamu jangan menyesal Bianca," kata Rasya ketika dia hendak melakukan pelepasan. Rasya yang masih terus memaju mundurkan miliknya itu hanya bisa merasakan kenikmatan apalagi suara khas Bianca yang terdengar sangat menikmati itu semua. Dia melihat ada bercak darah juga pada pangkal paha Bianca karena percintaan mereka. Rasya telah selesai dengan memuaskan dirinya pada Bianca. Sedangkan perempuan itu tidur di sebelahnya dengan langsung memeluknya. Rasya mencium kening Bianca yang sudah lelah dia setubuhi. "Kamu istirahat ya!" "Hmmm," "Aku udah bilang kalau itu akan sakit," Bianca semakin erat padanya. "Akan lebih sakit lagi ketika aku dicuekin sama Faraz," "Gimana kalau nanti kamu nikah sama Faraz dan malah dia tahu kamu bukan perawan lagi?" "Faraz nggak bakalan tahu karena dia nggak pernah berhubungan sama sekali kan sama siapa pun? Begitupun nanti kan bisa pura-pura tuh," Rasya malah tertawa geli mendengar jawaban itu. Adiknya sendiri ingin dibohongi oleh perempuan ini entah dengan tujuan apa. Tapi dia masih tidak mengerti juga kenapa Bianca sampai rela melakukan hubungan bodoh itu dengannya. "Tidurlah!" "Nginap di sini?" "Hmm, tentu. Aku nginap di sini. Jangan protes kalau aku minta lagi nanti, apalagi tengah malam waktunya paling enak," kata Rasya mencoba mencairkan suasana. Bianca tidak ada penyesalan sama sekali setelah berhubungan dengan Rasya. Dia punya pengalaman baru setelah berhubungan dengan kakak dari kekasihnya ini. Dia memang tidak pernah melakukan apa pun dengan Faraz. Pacaran mereka itu beda, yaitu Faraz hanya menggenggam tangannya, tidak ada ciuman, tidak ada kemesraan. Apalagi sesuatu yang ingin dia lakukan. Karena pacaran dengan Faraz itu sedikit kaku, pria itu tidak bisa romantis. Apa yang dia inginkan tidak pernah didapatkan. Dengan Rasya, begitu banyak waktu dan juga pria ini selalu ada untuknya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN