Panggilan dari Regan itu langsung dimatikan sepihak sebelum Viona sempat menjawab lagi. Ia mendengkus seketika. "Kenapa, Vio? Siapa yang telepon kamu?" tanya Adi. Viona menyimpan ponselnya. "Bukan siapa-siapa. Salah sambung kayaknya." Adi membuang napas panjang. Ia merasa adegan menembak Viona jadi terinterupsi gara-gara telepon itu. "Ehm ... Vio ... jadi ...." "Kak, boleh minta sambel itu lagi?" Viona memotong ucapan Adi. Ia tidak enak untuk menolak cinta Adi, tetapi ia juga tidak ingin memberinya harapan palsu. Adi terlalu baik baginya. "Oh, ya. Ini." Adi mengulurkan wadah berisi sambal pada Viona. "Nggak kebanyakan itu, Vio? Nanti kamu diare." "Ih, jangan." Viona mencebik. Ia menuangkan satu sendok lagi. "Kak ... maaf," ujar Viona setelah ia mencicipi kuah baksonya. "Kakak itu g