“Sinting!” sungut Nafla. Heran dengan keabsurdan Rizky. “Kita pulang yuk Bang. Entar Lala bikinin kopi sianida biar sekalian aja Abang menghilang dari muka bumi ini.” Imbuh Nafla menatap Rizky dengan sinis. Marah? Tentu saja tidak. Tawa Rizky berderai memenuhi mobil seraya melajukan kembali mobil yang dikendarainya ke luar dari area KUA. Sejujurnya Rizky tidak pernah sanggup diam tanpa menggoda gadis di sampingnya yang kini telah resmi menjadi kekasihnya. Walau dengan paksaan, tapi tetap saja Rizky mampu memenuhi persyaratan yang telah diajukan Nafla. “Yakin mau kasih Abang kopi bersianida?” ujar Rizky di sela-sela tawanya. “Demi kamu rela deh Abang mati. Justru dengan begitu Abang bisa mengikuti kamu sepanjang waktu.” Rizky menatap Nafla dengan tersenyum puas. “Nauzudzubillah!” pek