10. F4

1774 Kata
“Nggak mampir dulu Bang?’ tawar Nafla kepada Rizky karena sudah bersikap baik padanya hari ini. Sebelumnya mana sudi Nafla bersikap manis pada laki-laki menyebalkan di hadapannya. Rizky tak langsung menjawab. Laki-laki itu terdiam sembari menatap Nafla dengan sorot tak terbaca. Sejujurnya Rizky masih ingin menghabiskan waktu bersama Nafla. Tapi karena suasana hatinya yang mendadak tak nyaman Rizky menolak tawaran Nafla yang pastinya sudah ia nanti-nantikan sejak lama, yaitu mempersilahkan dirinya masuk ke dalam rumah gadis itu. Kesempatan yang belum pernah Nafla berikan kepadanya. Sebuah rasa asing hadir dalam hati Rizky. Apa itu Rizky pun tahu mampu menafsirkannya. Hanya saja Rizky merasa aneh dengan sikap mereka berdua. Yang dulunya mereka selalu cek-cok dan bertengkar setiap kali bertemu kini berubah manis. Aneh dan menggelikan. “Malah melamun. Ya udah deh Lala masuk dulu!” ucap Nafla lagi karena yang Rizky lakukan hanya bergeming menatapnya. “La!” Rizky meraih pergelangan tangan Nafla yang baru saja berbalik badan, hendak pergi. “Apa lagi sih Bang?” kesal Nafla menatap Rizky dengan cemberut. “Besok pagi Abang anter ke kampus lagi ya?” balas Rizky dengan tersenyum lembut. “Besok Lala ada janji ketemu sama teman-teman Bang. So Lala nggak bisa!” tolak Nafla sengaja berbohong. Besok sebenarnya Nafla ingin berkumpul hanya bersama dengan ketiga sahabatnya. Ada hal penting yang ini Nafla bicarakan. “Ab…!” “Lala pergi sendiri aja. Bang!’ potong Nafla sebelum Rizky menyelesaikan ucapannya. Sembari tersenyum demi menahan rasa kecewa di hatinya Rizky menganggukkan kepala. “Ya udah Abang balik dulu!” pamit Rizky kemudian melajukan motornya meninggalkan halaman rumah Nafla. Gegas Nafla masuk ke dalam rumah. Mengabaikan perubahan ekspresi wajah Rizky yang jelas disadari oleh Nafla. Suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Perubahan sikap Rizky yang signifikan membuat Nafla merasa tak nyaman. Baru saja beberapa jam mereka bersama tapi Nafla merasa seperti sedang bersama orang lain. Memang Nafla membenci Rizky dan selalu mencoba menghindari pertemuan mereka. Tapi, tadi Nafla justru merasa sedang bersama orang asing yang sama sekali tidak Nafla kenal. Laki-laki menyebalkan yang selalu berhasil membuat urat nadinya menegang mendadak berubah menjadi sangat lembut. Benarkah laki-laki itu tadi adalah Si Nyiur Melambai. Laki-laki angkuh dan egois yang tak pernah mau mengalah darinya?. “Tidak mungkin. Bang Eki pasti lagi kerasukan jin Ummu Sibyan.” Setelah mengucapkan itu Nafla seketika terkikik karena merasa geli. Rizky itu bukan balita yang biasa menjadi target jin betina pengganggu anak-anak tersebut. Dulu saat dirinya masih kecil neneknya selalu menakut-nakutinya ketika bermain di luar rumah di saat waktu petang - menjelang waktu maghrib. Kata neneknya Ummu Sibyan adalah kaum jin betina pengganggu bayi dan anak berusia kurang dari dua tahun serta perempuan hamil. Konon jin ini memiliki wajah yang mengerikan dengan mata yang besar dan berjalan di dinding seperti cicak. Jin ini juga dapat mengikat rahim perempuan serta membunuh bayi yang masih dalam kandungan. Cerita menyeramkan tersebut Nafla dapat dari Dewi, nenek dari Maminya yang memang masih terpengaruh dengan kepercayaan orang jawa alias kolot. Berbeda dengan kakek dan nenek dari Papinya yang cenderung berpikir modern. Namun begitu cerita masa kecilnya itu tak Nafla terima secara mentah-mentah begitu saja. Ketika Nafla memasuki sekolah SMP barulah ia merasa penasaran. Mulailah Nafla mencari informasi itu di internet. Banyak hadist yang menjelaskan tentang adanya Jin Ummu Sibyan tersebut. Dikisahkan pula 7 perjanjian antara Jin Ummu Sibyan dengan Nabi Sulaiman AS. Sejak saat itu Nafla percaya dan tidak lagi membangkang jika para orang tua melarangnya berada di luar rumah ketika waktu petang. “Huhui anak cantik Mami pulang kencan niyeee. Katanya nggak mau eh pulang-pulang kok senyum-senyum sendiri?” goda Mami yang baru saja ke luar dari kamarnya saat melihat Nafla masuk dengan wajah yang terlihat sumringah. Langkah kaki Nafla seketika terhenti. Secepat kilat senyuman di bibir Nafla pun sirna. Perlahan tubuh Nafla memutar 180 derajat. Menghadap ke arah Mami dengan malas. “Apaan sih Mami. Lagian Lala seneng juga bukan karena Bang Eki kok,” kilah Nafla berhasil membuat senyuman di bibir Mami semakin merekah. Padahal Maminya belum menyebut nama Rizky tadi. “Sapa juga yang bilang Lala kencan sama Bang Eki. Kan biasanya Lala juga ngakunya kencan saat bersama Andra, Dimas, dan Bobby!” beber Mami sukses membungkam bibir Nafla. Setiap ditanya Mami atau Papinya Nafla memang selalu mengaku kencan bersama ketiga sahabatnya tersebut. Sebagai orang tua awalnya mereka juga merasa khawatir karena anak gadis mereka justru lebih akrab dengan teman laki-laki daripada teman perempuan. Tapi karena Nathan juga mengenal mereka bertiga sebagai remaja yang baik maka Mami dan Papi pun tidak membatasi pergaulan Nafla. Demi mengenal mereka bertiga lebih dekat Mami juga menyuruh Nafla untuk sering-sering mengajak mereka datang ke rumah. Mami juga tetap memerintahkan kepada Nathan untuk tetap mengawasi adiknya. Tidak boleh sampai lalai sedikitpun. “Maha benar Mami dengan segala ucapannya!” sahut Nafla yang tak sengaja memberi jawaban menohok kepada Maminya. Karena sudah menyebut nama Rizky di hadapan perempuan cantik berambut sebahu tersebut maka bisa dipastikan setelah ini Nafla akan mendapatkan banyak pertanyaan yang wajib dijawabnya dengan jujur. “Eh Mi, Lala ke kamar dulu ya? Belum sholat dzuhur. Kata Papi dan Mami kan nggak boleh menunda-nunda waktu sholat?" sambung Nafla sebelum Mami sempat membuka bibirnya untuk berbicara. Mami yang tak mampu berkutik pun langsung membiarkan Nafla pergi, padahal Mami ingin sekali menginterogasi tentang kencan pertama Nafla dan Rizky tadi. Meski mereka berdua selama ini bermusuhan tapi Mami tetap berharap mereka bisa berdamai dan bisa saling jatuh cinta. Karena Mami tidak perlu lagi menyeleksi calon menantunya jika laki-laki itu adalah Rizky. Mengenal Rizky sejak laki-laki itu berusia sekitar 6 tahun sudah cukup bagi Mami menilai Rizky luar dan dalam. Ya meskipun Mami juga tahu Rizky laki-laki playboy. Tapi Mami yakin Rizky adalah laki-laki yang tepat untuk menjaga Nafla. Karena hanya Mami dan Rizky yang selama ini mampu mengalahkan sifat keras kepala Nafla. *** Esok paginya Nafla berangkat lebih awal karena khawatir Rizky akan datang ke rumahnya dan merusak harinya lagi. Jadi Nafka sengaja ke luar dari rumah lebih pagi. Untuk sarapannya Nafla hanya meneguk segelas s**u lalu membawa dua helai roti tawar yang sudah diolesi selai cokelat untuk di makan di jalan. Karena tidak ada lagi pilihan lain terpaksa Nafla menggunakan mobil miliknya yang selama ini lebih banyak berada di garasi daripada di luar. Memang dengan menggunakan mobil Nafla tidak perlu lagi merasa kepanasan ataupun kehujanan, tapi Nafla bukanlah gadis pada umumnya. Ia lebih nyaman mengendarai motor daripada mobil mewahnya. Bagi Nafla motor adalah alat transportasi paling praktis, cepat, dan efisien. Terutama saat sedang terjebak macet di jalan raya. Tapi demi bisa berkumpul bersama ketiga sahabatnya Nafla rela sedikit menurunkan egonya kali ini. Sebelum kedua orang tuanya banyak bertanya Nafla segera berpamitan berangkat ke kampus dengan alasan menyelesaikan tugas akhir semester yang harus dikumpulkan besok. Setelah mobil melewati gerbang rumahnya barulah Nafla bisa bernapas dengan lega. Gegas Nafla mengarahkan laju kendaraannya menuju tempat kos Dimas. Semalam Nafla sempat video call bersama Dimas. Kebetulan Andra dan Bobby pun sedang berada di sana. Di pertengahan jalan Nafla berhenti di kedai bubur ayam langganannya. Kemudian Nafla memesan 4 porsi bubur ayam beserta 4 gelas kopi untuk dibawa ke kosan Dimas. Karena halaman tempat kos Dimas sempit terpaksa Nafla memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Untungnya hanya jalan gang, bukan jalan raya utama. Jadi Nafla masih bisa menggunakan pinggir jalan sebagai tempat parkir. "Kang, Dimasnya ada kan?" Ujar Nafla kepada salah satu penghuni kos kamar sebelah yang kebetulan berada di luar. Kehadiran Nafla di tempat kos Dimas sudah menjadi hal biasa. Tak jarang Nafla juga berkumpul di sana. Meski perempuan sendiri tapi Nafla merasa nyaman-nyaman saja. "Ada Neng di dalam. Kayaknya masih pada molor," balas mahasiswa yang Nafla ketahui anak dari fakultas ekonomi. "Ok, makasih Kang!" Balas Nafla lalu Segera melepaskan sepatu dan naik ke teras kamar kos Dimas. Nafla mengetuk pintu secara beruntun sembari memanggil nama sang pemilik kos. Karena tak juga ada yang menyahut Nafla langsung saja membuka pintu kos yang dalam keadaan tidak terkunci. "Astagfirullah!" Pekik Nafla saat melihat posisi tidur ketiga sahabatnya. "Dimas! Bobby kalian ini jijai deh!" Nafla memukul Dimas yang sedang memeluk Bobby. Dua sahabat itu tidur dalam kondisi hanya memakai bokser dan berpelukan. "Andra bangun wey!" Ganti Nafla menepuk pipi Andra yang tidur di lantai hanya beralaskan karpet agar segera terbangun. Tubuh Andra bergerak saat mendengar suara Nafla. Menganggap dirinya sedang bermimpi. "Duh aku mimpi indah banget ya bisa ketemu cewek galak idola aku!" gumam Andra seraya meregangkan tubuhnya yang berasa kebas. "Eh barusan kamu bilang apa Ndra? Cewek galak?" Sahut Nafla bernada tinggi. Cewek yang disebut Andra galak pastilah dirinya. Kedua mata Andra seketika terbuka lebar. Melihat wajah cantik Nafla menyapa paginya Andra kembali bergumam, "Mimpiku kenapa berasa nyata banget ya?" Buk... Pukulan mendarat di bahu Andra dengan keras. "Kamu nggak lagi mimpi dodol!" Kesal Nafla lalu kembali memukul Andra untuk membangunkannya. Kali ini Andra baru tersadar jika dirinya sedang tidak bermimpi. Nafla benar-benar ada di hadapannya. Gegas Andra bangun. Tak peduli dengan penampilannya yang jelas berantakan. Andra meraup wajahnya dengan kedua tangan lalu merapikan rambut sebahunya yang tergerai. "Aku ke kamar mandi dulu!" Pamit Andra segera beranjak menuju kamar mandi. Setelah Andra pergi Nafla kembali membangunkan kedua sahabatnya yang masih terlelap. "Bangun wow udah siang ini!" Pekik Nafla di telinga Dimas yang langsung terduduk karena saking terkejutnya. "Duh kenapa Mama tiriku bisa ada di sini ya?" Gumam Dimas masih dengan mata terpejam. "Sarap lu ya. Ini aku Lala. Bukan Mamam tiri kamu!" Nafla memukul kepala Dimas dengan bantal. "Klo kamu mah ngalahin Mama tiriku galaknya!" Gerutu Dimas yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Nafla. "Napa pagi-pagi datang?" Ujar Dimas acuh. Tak peduli dengan tatapan tajam Nafla yang masih tertuju padanya. "Hari ini kan hari bebas kita trus ngapain kamu di sini?" "Oh jadi sekarang aku nggak boleh datang ke sini?" Sahut Nafla lantas kembali melempar bantal ke arah Dimas. "Percuma kamu datang klo nggak bawa sarapan kita!" Jawab Dimas dengan santai. "Udah tuh di dalam mobil!" Tukas Nafla lalu menoleh ke arah Andra yang baru saja ke luar dari kamar mandi dengan wajah segar. "Asyik! Pas banget cacing diperut ku udah demo minta jatah," kekeh Dimas lantas segera beranjak ke kamar mandi sebelum dianiaya oleh Nafla. Kini tinggal Bobby yang masih tidur. Langsung saja Nafla menarik bulu kaki Bobby yang langsung berteriak. "Anjirrr! Setan!" Pekik Bobby yang seketika terbangun karena merasakan sakit yang teramat di bagian kakinya. Mendapati Nafla yang menatapnya garang Bobby langsung terduduk. "Ih napa pagi-pagi ini anak udah nongol di sini aja!" Imbuh Bobby menatap Nafla dengan kesal. "Pasti dia sedang maen kabur-kaburan dari Si Boyband Korea itu!" ledek Dimas yang baru saja ke luar dari kamar mandi. Baru saja Nafla hendak menyahut saat ponselnya tiba-tiba berdering. "f**k!" Umpat Nafla saat melihat nama Devil tertera di layar pipih itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN