“Maen tinggal aja!” Bobby merangkul bahu Andra yang hanya tersenyum tipis menatap kedua sahabatnya secara bergantian.
“Lagi banyak oderan desain jadi aku harus cepet balik,” dusta Andra demi menutupi rasa sakit yang menyelinap di hatinya. Jangan sampai Bobby dan Dimas tahu apa yang sedang mengusik hatinya saat ini.
“Tumben? Kan biasanya kamu kerjain malem?” sahut Dimas menoleh, menatap wajah Andra yang tampak berbeda.
“Yuk kita ke Coffe Break aja! Lagian aku nggak jamin kamu bisa fokus ngerjain desain setelah menyaksikan adegan romansa antara Lala dan boyband korea tadi,” kekeh Bobby tanpa memedulikan ekspresi wajah Andra yang berubah dingin.
Perkataan Bobby tentu saja membuat Andra sedikit terkejut. Mungkinkah benar perkataan itu ditujukan kepadanya atau dirinya saja yang terlalu sensitif. Daripada membuat mereka berdua curiga terpaksa Andra menerima ajakan pergi ke Caffe Break, tempat nongkrong favorit mereka berempat. Tak jarang Andra juga mengerjakan orderan desain cover atau mengerjakan tugas kuliah di sana bersama ketiga sahabatnya. Selain karena harga makanan dan minuman di kafe ini murah meriah, rasanya juga tak perlu diragukan lagi. Buka 24 jam full akses internet gratis membuat kafe ini tidak pernah sepi pengunjung. Kafe bernuansa klasik dan didominasi warna cokelat kayu tersebut memiliki dua lantai sehingga mampu menampung banyak pengunjung.
“Motor kamu ke mana Dimas?” tanya Andra saat mengetahui Dimas nebeng motor Bobby.
“Si Blue lagi flue berat hehehe,” aku Dimas dengan terkekeh. Sejak kemarin motornya berada di bengkel karena mogok. Akibat sudah lama tidak diservis. Kebiasaan buruk Dimas sejak dulu yang sering mengabaikan barang-barang penting miliknya.
“Ya elah Dim Dimas. Ngurusin cewek aja kamu nggak pernah telat. Nggak ada Si Blue mana bisa kamu ngajakin cewek kencan!” sahut Andra sembari menggelengkan kepala.
“Ah suka bener aja kamu klo ngomong. Kan aku makin gimana gitu!” jawab Dimas seraya memukul bahu Bobby dengan gemulai, menirukan gaya perempuan seperti yang sering dilakukannya.
Di antara mereka berempat Dimas lah paling jago membuat lelucon. Dimas akan memperagakan gerakan serta logat berbicara siapapun yang manjadi bahan ceritanya. Termasuk para mantan pacarnya. Ingat, urusan pacaran Dimas dan Bobby sudah biasa mengumbarnya di hadapan Andra dan Nafla. Urusan seks pun mereka jujur dan apa adanya. Dari mereka berdualah Nafla yakin dengan keputusannya untuk tidak berpacaran. Sontak tawa mereka bertiga berderai hingga menarik perhatian para mahasiswa yang sama-sama berada di parkiran. Kemudian mereka pun meninggalkan kampus menuju Caffe Break, tempat mereka biasa berkumpul.
***
Rizky sengaja memesan private room di salah satu kafe ternama di Yogyakarta sesuai dengan rekomendasi dari Nathan. Kali ini Rizky ingin berbicara serius dengan Nafla tanpa ingin mendapatkan gangguan sedikirpun. Sebenarnya tadi saat mereka masih berada di parkiran kafe perdebatan sudah terjadi karena Nafla ingin segera pulang sedangkan Rizky masih ingin berlama-lama dengan gadis itu. Sekali saja Rizky ingin memiliki kesempatan berbicara dengan Nafla secaar intern. Rizky ingin menyakinkan Nafla tentang keseriusannya. Rizky tidak ingin Nafla terus-menerus menganggap dirinya hanya bercanda.
“Bang kenapa nggak di luar aja sih? Pakai berduaan segala. Entar klo ada setan gimana?” gerutu Nafla dengan cemberut karena sejak tadi Rizky mengabaikan protesnya dan justru hanya menatapnya dengan sorot yang tak mampu Nafla artikan.
“Please La, kali ini aja kamu dengerin Abang ngomong. Seriusan ini. Bukan dagelan!” jawaban Rizky bukannya membuat Nafla percaya. Nafla malah tertawa ngakak. Seumur-umur baru kali ini Nafla melihat Rizky memelas di hadapannya.
“Diem nggak? Atau mau Abang cium?” ancam Rizky merasa harga dirinya ternoda dengan tawa Nafla yang jelas terdengar mengejek dirinya. Sumpah demi Tuhan baru kali ini Rizky mendekati perempuan. Dan sialnya kenapa perempuan itu harus Nafla, musuh bebuyutannya. Mungkin inilah cara Tuhan untuk mendamaikan mereka berdua.
Dulu saja Rizky pernah bersumpah tidak akan pernah jatuh cinta dengan gadis abal-abal macam Nafla. Sekarang sumpah itu menjadi boomerang. Menyerang dirinya sendiri. Nahasnya Rizky tak berdaya, lumpuh dengan perasaan yang merorong ketenanganny. Seluruh pikirannya hanya dipenuhi oleh gadis tomboi yang pernah Rizky sangsi kan kepribadiannya.
Seketika kedua tangan Nafla membekap bibirnya. Meredam tawa yang dipaksanya untuk segera berhenti. Kepala Nafla menggeleng cepat seraya menatap Rizky tajam. Jangan sampai Rizky kembali mencuri ciumannya. Melihat reaksi Nafla membuat Rizky menyeringai. Kini Rizky telah menemukan kelemahan Nafla. Kelemahan yang tentunya akan menguntungkan dirinya. Rizky berpindah tempat. Yang tadinya di seberang meja - berhadapan dengan Nafla kini menjadi di samping gadis itu.
“Eh Abang napa deket-deket Lala?” protes Nafla seraya menggeser tubunya menjauh.
Seringai jahil menguasai wajah Rizky. Tanpa berniat menanggapi protes Nafla, Rizky ikut menggeser tubuhnya. Nafla terkunci di sudut ruangan tanpa mampu bergerak.
“Papi Mami tolongin Lala, Bang Eki nakal!” teriak Nafla yang langsung dibekap tangan Rizky.
“Jangan berisik klo nggak ingin kita digerebek di sini!” ancam Rizky sengaja menakut-natuki Nafla. Tapi bisa juga hal itu terjadi jika Nafla sampai berteriak meminta tolong dan menuduh dirinya mencoba melecehkan gadis itu. Bisa hancur harga dirinya hanya sekejap mata jika sampai keluarga mereka tahu dan percaya.
Saking gemasnya melihat ekspresi Nafla yang tampak gugup membuat Rizky ingin terus menggoda. Ternyata untuk menundukkan Nafla hanya membutuhkan cara sereceh itu. Urusan cium mencium atau yang lain kemampuan Rizky jelas tak diragunakan lagi. Tiba-tiba hati Rizky membuncah kala menyadari jika Nafla belum pernah berpacaran dan terjamah oleh laki-laki lain. Jadi dirinya lah yang akan menjadi laki-laki pertama untuk Nafla.
“Kamu bisa jinak juga ternyata,” ucap Rizky lalu tertawa. Saat bersamaan seorang pegawai kafe masuk mengantarkan pesanan mereka.
Nafla yang tadinya ingin melayangkan protes seketika urung saat melihat orange jus dingin yang diletakkan di atas meja, tepat di hadapannya. Sejak tadi kerongkongannya sudah terasa kering. Rizky segera menggeser tubuhnya untuk memberi ruang saat menyadari Nafla kesulitan bergerak karena terjepit dirinya.
Bukan Nafla namanya jika bersikap jaim dan malu-malu. Gadis itu segera melepaskan tas tas jaket yang dikenakannya lalu langsung saja melahap makanannya. Dan yang Rizky lakukan malah memperhatikan apapun yang tengah dilakukan oleh Nafla dengan detail. Tak ingin sedikitpun melewatkan ekspresi wajah Nafla yang kini begitu menarik baginya. Saat rambut Nafla menjuntai ke bawah dan menghalangi pandangannya Rizky segera meraup rambut Nafla yang tergerai dengan kedua tangan.
“Bawa tali rambut?” ucap Rizky kepada Nafla yang seketika mematung dengan tangan yang sedang memegang sendok-hendak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
“A ada Bang. Di dalam tas!” jawab Nafla dengan terbata. Nafla yang sebelumnya tidak pernah mendapatkan perlakuan manis dari laki-laki selain keluargnya pun seketika salah tingkah. Kerja jantungnya yang tadinya normal mendadak berdebar kencang seperti lari maraton.
Nafla menghembuskan napas kasar secara berulang saat merasakan jari-jemari Rizky menyusup ke dalam helai rambutnya. Demi menyembunyikan perasaan gugupnya Nafla segera memasukkan makanan ke dalam mulut dan mengunyahnya hingga Rizky menyelesaikan pekerjaannya.
“Udah,” ucap Rikzy dengan tersenyum lembut seraya memperhatikan wajah Nafla yang jelas terlihat memerah. “Cantik banget calon istri aku,” puji Rizky yang seketika membuat Nafla tersentak. Tak percaya jika laki-laki yang selalu mengejek dan menghinanya baru saja memuji dirinya.
“Nggak. Nggak usah ngaku-ngaku deh!” sahut Nafla tanpa berani membalas tatapan Rizky.
Rizky hanya menanggapinya dengan kekehan kecil lalu meraih piring berisi nasi goreng sea food yang tadi dipesannya. Selanjutnya hanya suara musik kafe yang mengalun merdu menemani makan siang mereka.
“La, Abang mau ngomong serius sebentar,” cegah Rizky saat Nafla beranjak dan mengajaknya pulang.
“Ih mau ngomong apa sih susah amat. Dari tadi juga udah ngomong,” jawab Nafla dengan ketus.
“Duduk dulu!” Rizky menarik tangan Nafla. Memerintahnya untuk kembali duduk.
Nafla nurut. Duduk menghadap Rizky dengan bibir cemberut. Nafla menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan demi mencairkan suasana aneh di antara mereka berdua. Rasanya Nafla ingin kabur sekarang juga. Tapi demi menjaga harga dirinya Nafla tetap bertahan. Jangan sampai Rizky menganggap dirinya GR dengan semua perlakuan manis laki-laki itu.
“Jangan gini lah Bang. Geli tahu!” Nafla mencoba menarik kembali tangannya yang saat ini digenggam oleh Rizky.
“Diem dulu bisa nggak sih La? Sekali ini aja kita serius!” pinta Rizky dengan serius. Seringai jahil yang biasa menguasai wajah tampannya mendadak sirna.
“Abang serius ingin kita baikan. Damai ya?” ucap Rizky setelah memastikan Nafla mau mendengarkannya.
“Tergantung!” sahut Nafla dengan santai.
“Maksunya?” Rizky tentu saja bingung dengan jawaban Nafla yang terdengar ambigu.
“Yah tergantung Abang. Kan selama ini yang bikin masalah Abang. Yang ngajak berantem Abang!” ungkap Nafla sesuai dengan apa yang dirasakannya selama ini. “Eh tapi ini Abang nggak niat nge-prank kan?” sambung Nafla yang masih juga merasa sangsi.
Mana mungkin laki-laki di hadapannya ini bisa berubah drastis seperti ini. “Kepala Abang nggak habis kepentok kan? Kali aja amnesia. Kek Letta dulu,” terang Nafla lalu diikuti dengan kekehan kecil karena mengingat kisah cinta antara adik kandung Rizky dan kakak sepupunya.
Terdengar hembusan napas kasar lolos dari bibir Rizky yang masih setia memaku wajah manis Nafla. Rizky tak menyangka jika jatuh cinta bisa serumit ini. Sebelumnya para perempuan lah yang mengejar-ngejar dirinya. kini Rizky mulai merasa bingung menghadapi gadis di hadapannya, yang sialnya berhasil membuatnya tak mampu berkutik.
“Please La, kita seriusan sebentar aja!” pinta Rizky sebelum apa yang telah dirangkai dalam benaknya menguap begitu saja sebelum tersampaikan.
“Ok, Lala akan serius!” Nafla bersidekap seraya menatap Rizky dengan menahan tawa. Ekspresi serius wajah Rizky benar-benar terlihat aneh. Lebih tepatnya lucu di mata Nafla. Laki-laki yang sejak dirinya masih balita telah mengibarkan bendera peperangan. Lantas tak ada ada angin, hujan, maupun petir tiba-tiba laki-laki itu datang menawarkan sebuah perdamaian. Perdamaian yang berupa ajakan pernikahan yang tentunya terdengar sangat konyol.
Bukannya melanjutkan ucapannya Rizky malah mengacak rambutnya dengan frustasi. Tak mudah memang menyatakan cinta kepada gadis yang jelas-jelas membencinya. Tapi mau bagaimana lagi. Andai Rizky bisa mencegah hatinya untuk tidak memilih Nafla tentu sudah ia lakukan sejak rasa itu mulai hadir.
“Katanya mau ngomong serius? Ini Lala sudah siap 100% menyimak apa yang akan Abang katakan,” desak Nafla yang sudah tak sabar ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh rivalnya tersebut. Merasa risih dengan rambut Rizky yang berantakan Nafla lantas mengulurkan tangan. “Ih Abang makin jelek tahu klo gini. Mana ada boyband korea berantakan,” imbuh Nafla dengan terkikik geli sedangkan Rizky hanya bergeming sembari menatap bibir berwarna pink milik Nafla. Ingin sekali Rizky membekap bibir gadis itu agar tak lagi berbicara.
“Dahlah lain kali aja.” Akhirnya Rizky menyerah. Menyatakan cinta ternyata tak semudah bayangannya. Tadinya Rizky menduga dengan bersikap manis Nafla akan mengerti maksudnya. Tapi faktanya gadis itu justru tertawa meremehkan dirinya.
“Ya udah kita pulang aja!” ajak Nafla setelah memastikan penampilan Rizky kembali rapi, lalu Nafla memakai tas rangselnya. Melihat Rizky yang masih bergeming menatapnya Nafla lalu kembali berbicara, “Abang nggak perlu memaksakan diri. Biarlah semua mengalir dengan sendirinya. Jadilah diri Abang sendiri tanpa perlu mengubah apapun.”
Seketika Rizky tertegun mendengar kata-kata bjiak Nafla. Benarkah itu Nafla yang mengucapkannya?.