Pagi ini aku terbangun aku menggeliat dan melihat jam di atas nakas, what? Udah jam 9? Aku ga salah lihatkan. Refleks aku langsung terduduk dan aku terdiam aku tersadar selimut ini melorot dan astagah aku menariknya untuk menutupi payudaraku. Aku baru ingat bahwa tadi malam kami sudah melakukannya yaah berarti aku sudah menyerahkan semuanya kepada suamiku ini. Aku sudah sepenuhnya milik suamiku ini. Aku melihat ke arah samping, Mas Randy menatapku dan tersenyum padaku. Aku kaget dan aku tersenyum kikuk.
"Selamat pagi" Kata Mas Randy.
"Selamat pagi Mas" Jawabku.
"Kemarilah" Mas Randy menarikku untuk tidur kembali disampingnya dan aku menghadapnya. Mas Randy menyentuh pipiku.
"Aku merindukan saat-saat pagi hari aku menemukanmu di sampingku."
Aku tidak tau mau menjawab apa aku hanya tersenyum saja. Aku baru tersadar sudah jam 9 dan Mas Randy harus berangkat ke kantor.
"Mas udah telat ke kantor ayo Mas udah jam 9." Kataku dan ingin bangkit tapi kemudian di tahan oleh Mas Randy.
"Kamu lupa aku bosnya di sana jadi kalau satu hari aku tidak Masuk itu tidak akan menjadi Masalah."
Aku hanya tersenyum saja. Kemudian Mas Randy mencium keningku hidungku kemudian berakhir di leherku. Aku senang saat Mas Randy menyentuhku dan selembut ini padaku. Dan pada akhirnya kami mengulang hal itu lagi dan aku sangat menyukainya, entahlah aku sangat menyukai sentuhan dan bau oleh Mas Randy.
*****
Saat ini aku berada di kamar dan tertuduk di atas tempat tidur sambil bersandar di kepala ranjang, aku sedang mengecheck hp yang diberikan oleh Mas Randy.
Aku sedang menunggu Mas Randy membawakan makanan untukku. Saat ini sulit sekali aku berjalan, kata Mas Randy itu wajar karna ini yang pertama bagiku, dan karna itu kami tadi mandi bersama dan akhirnya kami melakukannya lagi di dalam dan sekarang aku tidak bisa melakukan apapun.
Mas Randy Masuk ke dalam kamar dan membawa nampan. Mas Randy duduk di sebelahku di pinggir ranjang dan meletakkan nampan di atas nakan dan memberikan makanan itu kepadaku.
"Maafkan Mas ya ca, gara-gara Mas kamu tidak bisa apa-apa." Aku tersenyum entah keberanian dari mana aku menyentuh tangan Mas Randy. Entah mengapa aku sangat suka berada di dekat Mas Randy, apakah aku mulai mencintainya? Apakah yang kurasakan ini cinta? Kalau iya aku juga ingin Mas Randy merasakan hal yang sama padaku. Setelah terjawab apakah benar ini cinta aku akan membuat Mas Randy jatuh cinta padaku.
"Gapapa Mas, Carissa ga Masalah kok. Ini kan memang seharusnya Mas. Ini haknya Mas Randy kok."
"Yaudah kamu makan sekarang ya, setelah itu kamu istirahat aku keruangan kerja dulu ya. Kalau ada apa-apa kamu panggil aku kalau butuh sesuatu kamu panggil aku." Kata Mas Randy padaku, aku tersenyum dan mengangguk. Mas Randy keluar kamar dan aku pun memakan makanan yang Mas Randy bawakan padaku.
Aku terbangun dalam tidurku karna aku sangat haus. Aku melihat jam di atas nakas ternyata sudah jam setengah 7 malam. Selama itukah aku tertidur? Aku memanggil Mas Randy tapi tidak ada sahutan. Maka dengan terpaksa aku harus turun dan itu sangat sakit tapi aku harus melakukannya karna aku sangat haus.
Aku berjalan tertatih aku memegang apa saja yang bisa ku pegang untuk menahan berat badanku. Aku sampai ke ujung tangga aku melihat Mas Randy bersama Mbak Mia. Mbak Mia berada di pangkuan Mas Randy mereka lagi bermadu kemesraan. Mereka mau berciuman aku tidak ingin melihatnya kemudian aku ingin naik ke atas lagi tapi aku tidak bisa berdiri dengan baik dan aku tidak sempat memegang pegangan aku pun terjatuh tanpa sadar aku merintih kesakitan.
"Awwwww" pekikku.
Kemudian Mas Randy sadar, Mas Randy meletakkan Mbak Mia di sofa dan bangkit berdiri menolongku.
"Maafkan carissa. Carissa tidak bermaksud mengganggu. Carissa hanya ingin minum Mas." Kataku penuh penyesalan.
Mas Randy mengangkatku dan mendudukanku juga di sofa.
"Gapapa ca, kenapa kamu ga panggil Mas saja?"
"Udah tapi Mas Randy tidak dengar, jadi Carissa berusaha carissa haus banget."
"Oke sebentar Mas ambilkan dulu minumnya."
Mas Randy pergi meninggalkan aku dan Mbak Mia. Mbak Mia menatapku.
"Mas Randy udah cerita kenapa kamu bisa gini, semoga cepat ya kalian dapat momongan. Kalian harus berusaha lebih keras lagi."
"Iya mbak Carissa usahakan ya."
Kemudian Mas Randy datang dengan segelas air dan memberikannya padaku. Kemudian aku meneguknya sampai kandas. Aku meletakkan gelasnya di meja.
"Kalau begitu Carissa balik ke kamar lagi ya." Aku berusaha bangkit dan Mas Randy membantuku.
"Biar Mas bantu aja, nanti kamu jatuh lagi. Bentar ya Mia aku antar Carissa dulu." Mbak Mia tersenyum kemudian Mas Randy membantuku ke kamar.
Setiba di kamar Mas Randy menarik selimut untuk menutupi badanku. Dia mencium keningku kemudian meninggalkanku. Aku langsung memegang jantungku berdegub dengan cepat.
Aku tidak suka ketika melihat Mas Randy dan Mbak Mia bersama, apakah aku cemburu? Apakah aku berhak untuk cemburu? Apakah aku benar mencintai Mas Randy? Apakah ini benar?
Tapi ini begitu menyakitkan bagiku. Aku akan membuat Mas Randy jatuh cinta padaku. Semoga kali inj berhasil. Apakah aku jahat? Apakah aku tidak boleh membuat suamiku jatuh cinta padaku? Kurasa tidak aku berhak bagaimana pun aku ini istrinya. Aku harus istirahat agar aku bisa melayani suamiku besok. Yup aku harus berusaha lebih keras lagi untuk hubunganku dan Mas Randy.
*****
Pagi sudah menjelang, dan aku baru saja selesai mandi dan aku sudah bersiap, kali ini aku berdandan sedikit untuk Mas Randy dan kali ini aku akan pergi ke rumah Mama. Yah aku sudah berjanji kepada Mama dan Ibu. Kami hari ini akan mencoba resep baru.
Mas Randy belum bangun, tumben sekali. Tadi malam Mas Randy tidur jam berapa ya. Akhirnya aku duduk dipinggir ranjang dekat Mas Randy dan membangunkannya.
"Mas, bangun yuk udah pagi loh. Mas harus berangkat kerja loh."
Mas Randy menggeliat kemudian mengarahku. Entah keberanian dari mana aku mencium pipi Mas Randy.
"Selamat pagi suamiku." Mas Randy kaget dia langsung membukakan matanya kemudian tersenyum.
"Selamat pagi, kenapa kamu tumben kayak gini sama aku. Manis sekali." Mas Randy tertawa dan aku pun tertawa
"Emang gaboleh ya Mas kalau aku bersikap seperti ini sama suamiku sendiri?"
"Kamu beneren Carissakan?" Aku tertawa.
"Mas Randy aneh deh ya iyalah aku Carissa jadi maksud Mas aku siapa?"
"Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Mas Randy khawatir dan aku tertawa lagi.
"Baik dong Mas. Mas kenapa sih nanya gitu ke aku?"
"Kamu manis sekali hari ini, udah gitu kamu juga dandan hari ini, dan kamu sadar ga kalau kamu panggil diri kamu sendiri dengan kata "aku" bukan "carissa"." Aku semakin tertawa.
"Ya ampun Mas kirain kenapa. Aku memang manis Mas, Mas Randy saja yang baru sadar. Aku dandan itu untuk Mas, aku mau cantik dong untuk suamiku ini, gaboleh emangnya?. Kalau Masalah kata itu, aku udah mikir lebih baik kayak gitu supaya hubungan kita makin dekat kalau terus kita batasin pasti nanti ga baik untuk pernikahan kita Mas." Aku tersenyum pada Mas Randy, begitu juga Mas Randy.
"Oke baiklah baiklah." Aku mencium sekilas bibir Mas Randy kemudian aku bangkit. Aku tau Mas Randy pasti terkejut.
"Segera mandi ya Mas, Aku nunggu di bawah pakaian Mas Randy sudah aku siapkan ya." Aku segera keluar dari kamar. Aku memegang jantungku. Dan aku deg-degan. Entah darimana keberanianku tapi aku berani melakukan itu untuk Mas Randy. Aku menghela nafas dan aku segera turun ke bawah.
Aku menyiapkan sarapan kali ini aku meMasak nasi goreng seafood di campur dengan nugget dan sosis juga. Tak berapa lama Mas Randy turun dan menghampiriku sedangkan aku sedang menaruh nasi gorengnya ke atas mangkuk.
Mas Randy duduk di kursinya aku menyiapkan nasi goreng ke atas piring dan meletakkan di hadapan Mas Randy. Aku bangkit berdiri dan menghampiri Mas Randy, aku mengancingkan yang berada ditangan Mas Randy dan memakaikan dasi Mas Randy. Sungguh aku sangat berani sekali melakukan ini. Mas Randy tersenyum atas perlakuanku. Setelah selesai aku duduk di kursi ku dan memberikan kopi Mas Randy.
"Kamu kemana hari ini Ca?"
"Oh iya Mas, hari ini aku tidak bisa mengantarkan makan siang ke kantor karna hari ini aku akan ke rumah Mama. Aku, Ibu dan Mama akan meMasak bersama biasa ada resep baru. Tapi kalau Mas Randy tidak sibuk, Mas Randy bisa datang kerumah Mama saja nanti kita makan siang bersama."
"Oke nanti kalau aku tidak sibuk akan kerumah Mama."
"Baiklah ayo Mas di makan, nanti Mas bisa terlambat."
Kami memakan sarapan kami sambil sesekali Mas Randy bertanya denganku, bagaimana Reno dan Ibu bagaimana kegiatanku disaat aku ditinggalkan oleh Mas Randy. Setelah selesai kami langsung ke depan. Supir Mas Randy sudah menunggu. Aku memberikan tas kantor Mas Randy, kemudian aku tersenyum dan menyalam dan mencium tangan Mas Randy. Mas Randy juga mencium keningku, aku pun tersenyum.
"Kabarin kalau ada apa-apa. Dan kabarin kalau kamu sudah sampai di rumah Mama ya." Kata Mas Randy padaku dan kemudian berjalan ke arah mobil.
"Hati-hati Mas." Mas Randy tersenyum dan melambaikan tangannya padaku. Kemudian mobil Mas Randy meninggalkan rumah, aku tersenyum entahlah aku senang sekali aku berharap pernikahan kami nanti akan baik-baik saja dan semoga ini awal yang baik untuk keutuhan pernikahan kami.
*****
Aku, ibu dan Mama baru saja selesai memasak kue buatan kami. Kami sedang menyajikan di atas meja sekalian juga untuk makan siang. Papa sudah pulang dari kantornya sedangkan Rania tidak mungkin dia Masih di kampusnya. Tak lama ternyata Mas Randy datang, dia menghampiriku aku menyalam dan mencium tangan Mas Randy dan Mas Randy mencium keningku, aku tersenyum. Kemudian Mas Randy mencium Mama dan ibu.
"Kamu lelah nak?" Tanya Mama pada Mas Randy.
"Lumayan ma. Ca, selesai makan siang kita pulang kerumah ya, kita harus bersiap. Malam ini kita diundang oleh kolegaku untuk makan bersama. Jadi sebelum pergi aku ingin beristirahat sebentar."
"Baik Mas."
Aku sedang bersiap di meja rias, aku sedang meriasi wajahku. Aku tidak perlu memakan makeup terlalu tebal karna aku tidak ingin terlihat tua. Aku pun tersenyum melihat karyaku. Aku melihat Mas Randy sedang mengancingkan kemejanya. Aku bangkit berdiri dan menghampiri Mas Randy membantunya mengancingkan kemejanya dan meMasangkan dasinya, aku tersenyum begitu juga Mas Randy.
"Makasih istriku. Malam ini kamu sangat cantik." Aku tertawa ketika Mas Randy mengatakannya padaku.
"Mas juga sangat tampan malam ini." Aku juga tersenyum melihat Mas Randy sangat tampan malam ini.
"Ayo kita berangkat, ini kolegaku yang sangat penting ini proyek besar."
"Baiklah Mas."
Kami turun ke lantai bawah san kami pergi dari ke sebuah restoran mewah kami di bawa ke ruangan private dan disana sudah ada 4orang, dua laki-laki dan dua perempuan. Sepertinya dua perempuan itu adalah istri dari laki-laku tersebut. Mereka bangkit berdiri menyambut kami dan menyalam kami. Jujur aku gugup. Karna ini pertama kalinya aku mendampingi Mas Randy.
"Selamat malam pak Erlangga." Mereka memanggil Mas Randy dengan sebutan nama belakangnya.
"Selamat malam pak Hidayat." Jawab Mas Randy.
"Apa kabar ibu Erlangga?" Aku tersenyum. Ya aku sudah menyandang status itu karna aku adalah istri seorang Erlangga.
"Baik pak."
"Mari silahkan duduk." Itu suara istrinya.
"Anda beruntung sekali mempunyai istri cantik seperti ini, pantas saja Pak Erlangga selalu kelihatan bahagia dan dalam menjalankan pekerjaan selalu menang ternyata karna ada sosok yang hebat di belakangnya." Itu suara dari bapak satu lagi yang bernama Pak Santoso.
"Aaahh bapak bisa saja. Saya sangat beruntung memiliki istri seperti dia yang selalu ada buat saya pak. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan akan itu." Mas Randy menggenggam tanganku dan tersenyum sangat manis dan tulus padaku. Dan bagaimana reaksiku? Aku sangat bahagia sekali semoga ini benar dan aku akan selalu berharap seperti itu.
"Kenapa baru kali ini bu ikut bertemu, kalau kita ada makan malam Pak Erlangga akan datang sendiri begitu juga kalau ada acara pasti dia datang sendiri tanpa di dampingi oleh istrinya." Aku tersenyum penuh arti, aku gatau apa-apa soal ini. Aku baru menikah dengan Mas Randy, kenapa Mas Randy tidak mengajak Mbak Mia? Apakah selama ini Mbak Mia tidak pernah mendampingi Mas Randy? Mas Randy pun tersenyum dan menjawab.
"Iya bu, Istri saya baru kali ini bisa. Karna dia membagi waktunya bukan untuk saya saja, tapi untuk Mama saya dan ibunya. Istri saya kalau sudah menyangkut dengan keluarga harus terlibat bu."
"Wahh baik sekali Masih mengutamakan orangtua juga. Beruntung sekali Pak Erlangga mempunyai istri seperti ini."
"Ahhh ibu bisa saja. Saya juga beruntung mempunyai suami yang bisa mengerti saya." Aku tersenyum dan melihat Mas Randy, Mas Randy pun tersenyum padaku.
"Kalian sangat romantis sekali saling memuji satu sama lain." Dan kami semua pun tertawa. Kami akhirnya makan malam setelah makan malam para pria membahas pekerjaan mereka dan itu membuatku pusing karna aku tidak mengerti apa-apa.
Setelah empat jam disana akhirnya kami pulang, ini sudah jam sepuluh malam dan saat ini kami sedang dalam perjalanan pulang.
"Aku sangat senang sekali akhirnya Pak Hidayat dan Pak Santoso selalu menunda kerja sama kami, tapi sekarang mereka menyetujuinya. Ini pasti berkat kamu juga. Terimakasih ya Ca." Aku tertawa dan menghadap Mas Randy.
"Aku tidak melakukan apa-apa Mas, aku hanya menemani Mas saja itu tidak membantu."
"Itu membantu ca, buktinya mereka senang. Intinya terimakasih ya ca."
"Aku istri Mas Randy jadi sudah seharusnya aku mendampingi dan selalu mendukung apapun yang akan Mas Randy kerjakan."
"Tapi Ca, aku bakalan sibuk nantinya aku bakalan pulang malam. Karna ini proyek besar aku tidak ingin memberikan hal ini kepada karyawanku sembarangan. Aku ingin turun langsung dalam proyek ini. Kamu ngertiin aku ya Ca."
"Iya Mas, aku selalu ngertiin kok Mas. Aku hanya bisa ingatin tetap jaga kesehatan Mas, kalau udah capek istirahat kalau Mas Randy jatuh sakit Mas tidak akan bisa mengerjakan apa-apa maka apa yang Mas Randy udah lakukan itu sia-sia."
"Iyaa pasti akan Mas usahakan ya." Aku tersenyum.
"Oh iya Mas boleh aku bertanya sesuatu?" Tiba-tiba aku ingin sekali menyayakan tentang Mbak Mia.
"Boleh, silahkan."
"Tidak ingin bermaksud lancang Mas, tapi aku ingin tau. Apakah selama ini Mbak Mia tidak pernah mendampingi Mas seperti tadi?" Mas Randy terdiam dan menghela nafas.
"Iya, Mia selalu saja menolak dengan alasan sibuk, ga penting, aku tidak punya waktu. Selalu seperti itu, terkadang aku tidak tau apa sebenernya yang dia kerjakan disana. Apakah aku tidak begitu penting untuknya atau apa entahlah, kalau dia kerumah Mama pasti selalu ribut sama adikku dan Mama. Aku bingung harus bagaimana lagi."
"Kamu gatau Mas pekerjan Mbak Mia apa?" Jujur ini membuatku sangat penasaran.
"Dia punya agency model kalau dia mau terkadang dia juga menjadi modelnya, kira-kira seperti itulah. Dia lebih memprioritaskan itu daripada aku suaminya." Aku hanya bisa terdiam saja, aku tidak tau mau menjawab apa aku tidak ingin memperkeruh suasana. Tapi kenapa Mbak Mia tega sekali melakukan itu. Jikalau sudah menikah seharusnya Mbak Mia bisa berkomitmen bukan seperti ini pada suaminya. Semoga aku bisa menjadi istri yang baik untuk Mas Randy.