bc

ISTRI KEDUA

book_age16+
9.3K
IKUTI
112.2K
BACA
contract marriage
family
love after marriage
pregnant
arranged marriage
manipulative
sensitive
CEO
bxg
secrets
like
intro-logo
Uraian

SERIES 1 (Randy-Carissa)

Aku seorang istri kedua, apakah aku dapat berharap atas pernikahanku dengan status yang hanya istri kedua? Apakah aku berhak untuk mendapatkan rasa sayang dan cinta dari suamiku? Semenjak aku memutuskan untuk menikah dengannya aku akan memberikan seluruh hidupku padanya, apakah aku bisa melalui semua itu dengan baik-baik saja? Bolehkah aku meminta kepada Tuhan untuk bisa berharap dan mendapatkan kebahagian?

Tapi apakah akhirnya aku salah jikalau aku menicntai suamiku?

Lalu bagaimana dengan rahasia yang selama ini kusimpan? Mampukah aku mengungkapkannya atau aku akan terus memendamnya? Apakah aku akan kehilangan semuanya? Bagaimana dengan akhir jalan yang sudah ku ambil ini apakah aku bisa melewatinya dengan tujuan yang berbalas?

chap-preview
Pratinjau gratis
PART I
        Aku gak tau apakah ini jalan yang benar atau tidak, tapi yang pasti hal ini udah menjadi keputusanku dan semoga ini menjadi jalan yang baik bagi kehidupanku untuk kedepannya.         Baru saja aku selesai menggelar pesta pernikahanku, tadi pagi akad nikahnya dan malam tadi resepsinya. Dan sekarang aku berada di kamar hotel tempat kami melangsungkan pernikahan.         Apabila melangsungkan pernikahan itu adalah hari yang paling membahagiakan di dalam hidup. Tetapi berbeda denganku, karena pernikahanku kali ini aku tidak tau apakah suatu kebahagian atau kesedihan bagiku.         Bahagia karna akhirnya aku menikah dan orangtuaku senang aku menikah dan mendapatkan menantu yang sangat baik, sedih karna aku tidak mencintainya. Dan aku akan menghabiskan waktuku seumur hidup dengan pria ini dan kami sudah berjanji tidak akan ada perceraian dalam keadaan apapun.         Bukan karna alasan aku tidak mencintainya saja kali ini tapi karna dia mempunyai istri selain aku. Ya aku adalah istri keduanya. Ada alasan mengapa akhirnya aku mau menikah dengannya. *flasback on     "Apakah saya boleh meminta sesuatu padamu?" Tanya Mbak Mia padaku istri pertamanya.     "Apa itu mbak?" Tanyaku pada mbak Mia.     "Sudah 5 tahun saya menikah dengan suami saya, dan sampai sekarang saya tidak mempunyai anak. Saya ingin sekali memberi anak buat suami saya dan keluarganya juga sudah mendesak ingin mempunyai seorang cucu ditengah keluarga. Saya tidak tau harus bagaimana lagi, mau kah kamu menikah dengan suami saya sebagai istri kedua?"     "Apa mbak?" Aku benar-benar terkejut atas apa yang telah diminta oleh mbak Mia, tidak pernah sedikit pun ada keinginan untuk menikah dengan suami orang lain apalagi itu bosku sendiri.     "Iya saya minta tolong kamu mau, hitung-hitung dengan ini kamu membalas apa yang telah saya perbuat untuk membantu keluarga kamu. Kamu tidak lupakan dengan apa yang telah saya perbuat untuk membantu keluarga kamu?"          Yah mbak Mia memang selalu membantu keluargaku banyak hal yang telah dia perbuat untuk menolong keluargaku dan aku tidak pernah membalasnya sedikit pun bahkan dia juga memperkerjakanku untuk menjadi sekretaris suaminya dan dengan gaji yang lumayan pula.     "Tapi mbak ga dengan harus kayak gini, mbak bisa kan ikut program atau mbak bisa angkat anak mbak" kataku untuk mencari solusi di tengah-tengah masalah ini.     "Tidak saya tidak mau, saya dan keluarga suami saya mau anak itu darah daging suami saya. Tolong saya kali ini, soal suami saya itu tidak masalah saya bisa tanggung jawab nanti yang penting  kamu mau dulu. Setelah kamu menikah nanti kamu masih boleh kok ketemu keluarga kamu, kamu tapi tidak perlu bekerja lagi kamu akan dirumah saja mengurus semua kebutuhan suami saya. Kamu akan tinggal sama suami saya, kita bakalan hidup terpisah. Kamu tau kan saya sangat sibuk sekali jadi saya terkadang tidak sempat untuk mengurus keperluan suami saya tapi dengan adanya kamu semuanya bisa. Kamukan udah banyak tau apa maunya suami saya selama jadi sekretarisnya jadi lumayan bisa untuk kedepannya."     "Tapi mbak, saya ..."     "Tolong, saya minta tolong sama kamu dengan ini kamu balas semua yang saya kasih sama kamu" jujur aku bingung harus bagaimana ini bukanlah suatu hal yang main-main.     "Baiklah mbak, saya mau tapi ada syaratnya." Mata mbak Mia bersinar-sinar dan kemudian antusias.     "Apa syaratnya? Bilang saja saya akan penuhi semuanya." Jawab mbak Mia padaku.     "Anak yang akan saya lahirkan nanti tidak sepenuhnya milik mbakkan? Bagaimana pun juga itu juga anak saya, jadi saya juga berhak atasnya. Dan setelah anak itu lahir atau apapun saya tidak ingin bercerai mbak. Bukannya apa-apa mbak pernikahan itu sakral dan suci dan saya mau yang pertama dan terakhir dan saya tidak ingin ada perceraian mbak dalam kehidupan saya."          Aku agak sedikit takut dengan syarat yang ku ajukan semoga dengan ini mbak Mia berubah pikiran tapi semua yang kuajukan ini adalah benar-benar keinginanku.     "Apakah hanya itu saja?" Tanya mbak Mia padaku.     "Iya mbak" kenapa mbak Mia bertanya seperti itu padaku.     "Oke saya juga tidak akan mengambil anak kamu kok kita akan berbagi anak kamu yah anak saya juga, soal perceraian juga saya tidak akan menyuruh kamu bercerai itu hak kamu kalau kamu maunya gitu ya silahkan tidak begitu masalah bagi saya. Oke kalau begitu saya ada jadwal lagi sekarang, bersiaplah satu bulan dari sekarang kamu akan menikah dan saya yang akan mempersiapkan semuanya kamu jangan khawatir kamu tinggal bersih saja. Terimakasih sudah mau membantu saya ya. Saya pergi dulu."         Apa? Ini benaran? Ini seriusan? Ga bohong? Segampang itukah mbak Mia menyanggupi permintaanku? Terkadang aku berpikir apakah benar mbak Mia mencintai suaminya? Apakah pernikahan juga semudah itu baginya? Atau apa ini? *flashback off     "Ca, kamu ga mau mandi?" Aku terkejut dan melihat kebelakang ternyata ada dia yang sedang melihat kearahku.     "Hah? Apa?" Aku bingung mau jawab apa aku gatau sekarang harus gimana.     "Kamu melamun apa? Kamu ga dengar dari tadi saya ngetok pintu dan panggil nama kamu."     "Aaahh maafkan saya pak tadi saya ga dengar maafkan saya pak."     "Tidak masalah. Kamu ga mau mandi ca?"          Apa? Dia memanggilku dengan kata "ca"? Oh iya aku lupa mulai sekarang dia suamiku dan aku istrinya dan aku harus mulai menyebutnya suamiku, bukan lagi bosku atau dia. Dan aku lupa memperkenalkan nama. Namaku Reisyana Carissa, panggilanku Carissa dan suamiku ini namanya Randy Anggara Erlangga. Umurku masih 22 tahun sedangkan suamiku 29 tahun, rasanya memanggilnya dengan ucapan suami agak gimana gitu.     "Kamu melamun lagi?" Dia mendekat kepadaku, aku agak sedikit takutkah?     "Aaaahhh enggak kok, bapak tadi tanya apa ke saya?" Kataku agak gugup.     "Kamu ga mandi?" Dia bertanya lagi padaku.     "Ohh mandi kok pak, ini mau mandi"          Kataku gugup dan langsung membelakanginya karna jujur aku gugup, dulu kami hanya sebatas rekan kerja tetapi kali ini berbeda. Aku membuka riasan yang ada di kepalaku kemudian aku melihat baju yang ku kenakan. Astagah aku tidak bisa membuka reseleting belakangnya sendirian dan ada kancing-kancing lainnya bagaimana ini. "Kamu bisa buka gaunmu?"          Dia menatapku, apakah dari tadi dia melihatku? Apakah dia tau isi hatiku? Aku tersenyum malu padanya karna membenarkan apa yang dibilangnya.     "Sini aku bantu" Katanya aku gugup dia langsung mendekat kearahku.     "Tidak usah pak, saya bisa minta tolong yang lainnya nanti."          Kataku karna aku sangat gugup. Bukannya apa-apa ini pertama kalinya kami bersentuhan seiintim ini sampai seperti ini aaahh aku malu wajahku merah pasti. Dia menyentuh bahuku untuk memulai membukanya.     "Tidak apa-apa mulai sekarang kamu harus mulai terbiasa dengan aku. Sekarang kita udah sah suami istrikan kita tinggal berdua dan apa-apa kamu harus minta tolong sama aku, jadi jangan sungkan ya, aku ini suamimu bukan boss mu lagi. Jadi jangan panggil aku bapak lagi, kamu boleh memanggilku dengan kata Mas mungkin? Atau mau panggil sayangku atau suamiku hahahaha terserah kamu boleh panggil apa yang penting jangan pak. Dan janggan pake kata 'saya anda' lagi. Apa kamu tidak mendengar aku panggil kamu pake apa ? Jadi mulai sekarang kamu harus pake 'Aku kamu' oke?"          Dengan selesai suamiku berbicara selesai pula reseleting bajuku terbuka. Aaahh dengan memanggilnya suamiku ada perasaan aneh dan aku pun tersipu dengan ketawanya karna dia tidak pernah tertawa seperti itu dikantor ini untuk pertama kalinya ternyata dia bisa bercanda. Dan sekarang aku malu karna apa? Karna bahu belakangku sudah kelihatan olehnya dan aku memegang erat-erat baju depanku agar tidak kelihatan payudaraku, karna aku tidak memakai bh. Aku semakin gugup kali ini.     "Oke makasih ya pak. Eh Mas." Kataku gugup.     "Oke Mas panggilan yang baik terimakasih ca.     "Sayaaa, ehh aku mandi dulu ya Mas."      Aku langsung lari ke kamar mandi ku dengar dia tertawa melihatku. Apakah ini lucu?         Selesai mandi aku gugup mau keluar apa tidak aku sudah memakai bajuku tapi biasanya kalau sudah malam dan ingin tidur aku tidak memakai bhku tapi kali ini aku memakai bhku, biasanya juga aku hanya memakai tanktop saja tapi kali ini aku memakai kaos oblong. Hanya satu yang tidak kuganti aku tetap memakai celana pendek diatas lutut, karna aku hanya punya itu. Aku tidak biasa memakai pakaian ini di depan pria tapi aku harus bagaimana sekarang?          Aku memutuskan untuk keluar dari kamar mandi. Aku melihatnya sedang memainkan Ipad ditangannya dia memakai kacamata bacanya pasti dia sedang melihat email aku bingung harus bagaimana aku duduk di meja rias untuk memakai lotion tangan dan kakiku kemudian melepaskan handuk yang ada dikepalaku kemudian mulai mencoba mengeringkannya dengan handuk kemudian kuletakkan handuk ke tempatnya.          Aku kembali ke meja rias untuk memakai pelembab kewajahku. Aku tidak menyisir rambutku karna masih basah katanya kalau rambut lagi basah jangan di sisir dan aku tidak mau mengeringkannya pakai hairdryer kalau lagi tidak genting karna terlalu sering pakai itu akan membuat rambut rusak aku memakaikan vitamin rambutku kemudian aku terdiam tidak tau harus berbuat apa lagi.     "Kemarilah" aku tertegun,          Mas Randy menepuk ranjang di sebalahnya dan menyuruhku kesana aku gugup. Apakah dia langsung ingin meminta haknya kepadaku? Secepat itukah? Tapi dia berhak untuk itu. Apakah aku sudah siap? Aku berjalan keranjang dia melepaskan kacamatanya dan meletakkannya berserta Ipadnya keatas nakas di sebelahnya aku naik dan duduk di pinggir ranjang kemudian dia menarikku untuk duduk lebih dekat padanya kemudian aku menyandarkan bahuku ke kepala ranjang. Dia menatapku dan memegang tanganku tetapi aku hanya menunduk melihat tanganku yang gugup.      "Ga usah takut, aku ga akan minta hakku sekarang kok. Aku tau kamu pasti masih takutkan, kamu juga belum siap kan?" Tanyanya padaku.     "Tapi kalau Mas memang mau gapapa kok Mas, kan itu udah haknya Mas jadi aku siap." Kataku gugup sebenarnya. Mas Randy menggenggam tanganku lebih erat dan mengelusnya.     "Jangan terlalu dipaksakan, kalau nanti kamu sudah siap kasih tau aku ya." Jawab Mas Randy, sungguh mas Randy baik sekali padaku.     "Iya Mas nanti kalau aku udah siap aku kasih tau. Oh iya Mas boleh tidak, aku untuk saat ini tidak memakai kata 'aku'? Masih ga nyaman Mas masih agak gimana gitu, pake nama aku aja sendiri aja ya Mas?" Tanyaku pada Mas Randy, hal kecil pun aku harus bertanya padanya.     "Terserah kamu aja, mana nyaman di kamu. Ada lagi yang mau kamu tanya?" Mas Randy menepuk tanganku.     "Carissa boleh kan Mas seminggu sekali kerumah ibu? Carissa masih belum terbiasa untuk pisah sama ibu." Jujur pada saat ini saja aku sudah merindukan ibuku karna biasnya sebelum aku tidur, aku memeluk dan menciumnya.     "Boleh, kamu bebas mau kerumah ibu kamu kapan saja, setiap hari juga boleh. Kamu mau bawa Ibu kamu kerumah kita nanti juga boleh kok." Jawab Mas Randy padaku dia mengangkat daguku dan aku melihat senyumnya padaku dan aku pun tersenyum.     "Makasih ya Mas" Jawabku tersenyum pada Mas Randy.     "Ca, aku tau kamu pasti ga akan bahagia kan kita menikah aku tau ini semua permintaan Mia, maaf kalau Mia memaksamu dan aku pun tidak bisa menolak karna orangtuaku pun menginkannya tapi yang pasti aku akan bertanggung jawab. Sama halnya dengan syarat yang kamu ajukan mau bagaimanapun aku tidak akan menceraikanmu pernikahan ini skaral tidak main-main. Dan aku akan berusaha untuk bisa adil untuk kamu dan Mia, aku berusaha untuk jadi yang terbaik untuk kamu. Dan kamu tidak perlu bekerja lagi jadi sekretarisku dikantor cukup kamu akan menjadi istri bagiku, aku akan mencari penggantimu dikantor."     "Tapi Mas carissa bakalan kesepian dan ga ada kesibukan apa-apa." Entah kenapa kali ini aku agak sedikit merajuk?     "Kamu boleh pergi kerumah orangtuamu, orangtuaku, teman-temanmu, belanja dan lainnya. Jangan ngebantah ca, nurut ya sama aku? Aku ini suami kamu loh.     "Yaudah deh Mas." Dengan terpaksa aku mengiyakan.     "Good wife. Tidurlah banyak hal besok yang akan kita lakukan." Mas Randy menarik selimut dan membaringkan tubuhnya. Aku pun juga menarik selimut dan membaringkan tubuhku.     "Good night my wife" Mas randy mematikan lampu di nakas, aku tersenyum dan ada perasaan aneh disaat mas Randy menyebutku 'my wife' aahh pasti wajahku saat ini merah yasudahlah aku sangat lelah sekali karna kelamaan berdiri. Selamat malam.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERSESAT RINDU

read
335.3K
bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

Broken

read
7.2K
bc

Noda Masa Lalu

read
196.7K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Long Road

read
129.6K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
261.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook