Sudah sebulan ini Mas Randy selalu pulang malam bahkan sampai ke dini hari dan jikalau pagi, pagi-pagi sekali Mas Randy sudah berangkat kerja dan melewatkan sarapan, di saat siang aku ke kantornya Mas Randy jarang sekali ada di kantor, kalau tidak di lapangan pasti sedang ada meeting. Aku selalu mengingatkannya untuk makan dan beristirahat melalui sms, terkadang di balas terkadang juga tidak di balas.
Tetapi aku selalu berusaha untuk melakukan tugasku sebagai istri, terkadang Mas Randy meminta haknya padaku, seminggu sekali minimal kami melakukannya. Hubunganku dan Mas Randy jauh lebih baik kalau ada waktu kami selalu pergi menghabiskan waktu bersama dan Mas Randy selalu memanjakanku. Dan setiap malam kami selalu menceritakan aktivitas kami agar kami tahu apa saja yang telah dilakukan.
Jam sudah menunjukkan pukul 00.30 Wib tetapi Mas Randy juga belum pulang. Tadi Mas Randy sudah berjanji akan pulang dan aku sudah memasakkan makan malam, sejam sekali aku memanaskan makanan agar kalau Mas Randy pulang makanannya masih hangat, tapi sudah jam seperti ini belum pulang di telvon hp nya mati.
Aku khawatir Mas Randy tidak ada kabar seperti ini. Aku mondar-mandir di ruang tamu karna aku tidak tenang. Aku mendengarkan suara deru mobil aku melangkah ke depan dan membukakan mobil. Aku mengambil tas kerja Mas Randy dan jasnya. Aku menyalam Mas Randy.
"Kamu belum tidur?" Tanya Ma Randy padaku. Aku tersenyum dan aku lega melihat Mas Randy baik-baik saja tapi kelihatan sekali bahwa Mas Randy sangat kelelahan aku tidak tega, suamiku sangat capek sekali pasti.
"Aku nunggu kamu Mas. Mas Randy bilang akan pulang untuk makan." Kami berjalan menuju ruang tamu.
"Maafkan aku, aku lupa ngabarin kamu dan hpku juga mati tadi aku tidak sempat untuk mencharger tadi ada hal yang mendadak masalah proyek jadi aku tadi langsung kesana. Maafkan aku."
"Tidak apa-apa Mas, Mas Randy sudah makan? Kalau belum aku akan memanaskan lagi makanannya mas."
"Tidak usah Ca, Mas ingin langsung istirahat saja."
"Ayo Mas, aku siapkan air hangat untuk Mas Randy bisa membersihkan diri." Kami naik ke atas dan masuk ke dalam kamar.
Setelah selesai Mas Randy masuk ke dalam kamar mandi aku menyiapkan pakaian Mas Randy dan meletakkannya di atas ranjang dan aku turun ke bawah menyimpan masakan yang ku masak ke dalam kulkas setelah selesai aku mematikan semua lampu dan membawakan segelas air dan masuk ke dalam kamar.
Aku melihat Mas Randy baru saja selesai memakai bajunya, aku menghampiri Mas Randy dan memberikan gelas tadi kepada Mas Randy, dan Mas Randy menghabiskan airnya. Aku meletakkan gelas itu ke atas nakas.
Mas Randy naik ke atas ranjang dan aku membersihkan diri dan mengganti baju di kamar mandi setelah selesai aku menuju meja rias dan memakai pelembab mukaku dan lotionku. Mas Randy memperhatikanku, apakah Mas Randy memperhatikanku dari tadi? Aku tersenyum dan menghampiri Mas Randy aku naik ke atas ranjang dan duduk disampingnya.
"Ada apa mas? Kenapa Mas Randy ngelihatin aku sebegitunya?" Mas Randy menarikku ke dalam pelukannya, aku tersenyum ini membuatku sangat nyaman aku mencium bau Mas Randy dan aku sangat suka ini, aku selalu mengingat bau ini.
"Tidak apa, hanya saja Mas merasa bersalah padamu. Maafkan Mas ya sudah membuatmu menunggu."
"Tidak apa-apa Mas, sudah menjadi kewajiban seorang istri menunggu suaminya pulang."
"Aku bahagia sekali bisa memilikimu di dalam hidupku. Bolehkah Mas menanyakan sesuatu?" Aku mengangguk di dalam pelukan Mas Randy.
"Apakah kamu bahagia hidup bersama dengan Mas?"
"Sangat Mas, aku sangat bahagia bisa bersama dengan Mas. Aku bahagia dan bersyukur bisa mempunyai suami seperti Mas Randy. Jangan tanya alasannya apa Mas, aku tidak bisa memberikan alasannya ini terjadi begitu saja. Kalau aku boleh jujur aku menyayangimu Mas, mungkin aku juga sudah mencintaimu Mas. Mungkin Mas pikir ini terlalu cepat tapi bagiku tidak, aku sudah memutuskan pada saat aku menerima Mas di dalam hidupku, Mas akan menjadi satu-satunya pria di dalam hidupku. Aku akan memberikan seluruh hidupku untuk Mas, karna Mas Randy suamiku dan akhirnya aku tidak ragu-ragu untuk itu mas. Dan aku sadar bahwa ternyata aku mencintai Mas Randy."
Aku tidak bisa melihat ekspresi Mas Randy bagaimana karna aku di dalam pelukannya dan aku menunduk. Kemudian Mas Randy melepaskan pelukanku dan rasanya hatiku sakit sekali. Tetapi kemudian mas Randy menangkup wajahku.
"Mas minta maaf padamu, mas tidak tau apakah Mas mencintaimu apa tidak. Tapi mas bisa jamin bahwa mas menyayangimu, sangat menyayangimu. Dan mas sangat beruntung sekali mempunyai istri seperti kamu. Ga ada alasan untuk mas tidak bersyukur memiliki istri sepertimu. Tapi jikalau suatu saat nanti mas sudah tau apakah mas mencintaimu, mas janji akan memberitahumu. Jangan bersedih dan jangan lelah ya Ca untuk menunggu. Dan jangan lelah juga berjuang untuk hubungan kita. Mas tidak akan pernah melepaskanmu dan mas tidak akan pernah berhenti berjuang untuk pernikahan kita, mas janji padamu."
Aku tidak tau aku harus bagaimana sekarang, tapi yang pasti aku sangat senang, walaupun Mas Randy belum mencintaiku tapi aku yakin suatu saat nanti Mas Randy akan mencintaiku. Aku bersyukur Mas Randy mau membukakan hatinya untukku, Mas Randy menyayangiku dan aku yakin ini awal yang baik untuk pernikahan kami. Izinkan kali ini aku bahagia dan berharap atas pernikahanku, jangan biarkan kebahagiaan ini sirna, aku sangat bersyukur sekali pada saat ini.
Aku tersenyum pada Mas Randy dan aku memeluknya, karna aku sangat bahagia.
"Makasih ya mas sudah mau membukakan hati Mas Randy untukku. Aku akan menunggu saat-saat itu mas pasti."
"Terimakasih istriku. Ayo kita tidur mas capek sekali, dan mas ingin tidur kali ini memelukmu hingga esok pagi." Aku tertawa.
"Manja sekali suamiku, badanku pasti akan remuk karna di peluk sepanjang malam oleh suamiku." Mas Randy tertawa dan membawaku dalam pelukannya, dia mencium keningku dan mematikan lampu.
"Selamat malam istriku." Aku pun mengangguk dan tersenyum.
*****
Aku bangun di dalam tidurku aku melihat jam sudah jam enam pagi, aku masih berada di dalam pelukan Mas Randy, ternyata Mas Randy membenarkan perkataannya dia ingin memelukku sampai pagi, aku tersenyum kemudian aku memegang pipi Mas Randy dan aku terdiam kenapa badan Mas Randy panas sekali ya, aku memegang pipiku sangat beda sekali dan reflek aku bangkit dan duduk dan aku memegang kening, pipi, leher, dan tangan Mas Randy dan semuanya panas, astagah suamiku sakit. Aku kemudian membangunkan Mas Randy.
"Mas, bangun. Mas sadarkan? Kamu sakit Mas."
"Nghhhhhh mmmmm" Mas Randy bergerak dan dia mengigau.
Aku panik aku langsung kebawah megambil air di baskom sedikit dan es batu, kemudian aku mengambil kain kecil dan ambil obat menurunkan panas dan segelas air. Setelah semua kurasa cukup aku naik keatas dan masuk ke dalam kamar duduk disamping Mas Randy. Aku membangunkan Mas Randy dan memberikannya obat untung saja Mas Randy masih mau bangun untuk minum obat, setelah minum obat Mas Randy tidur lagi, aku mengompres Mas Randy. Lima menit sekali aku mengganti kain yang ada di kening Mas Randy. Sudah hampir dua jam panas Mas Randy masih saja belum turun, aku mulai panik harus bagaimana dan akhirnya aku menelvon mama.
"Hallo ma, Carissa takut bagaimana ini." Jujur aku panik.
"Kamu kenapa, tenangin diri dulu baru bicara lagi, tarik nafas pelan-pelan lalu buang." Aku melakukan sesuai dengan apa yang mama bilang.
"Ma, Mas Randy sakit, Mas Randy tinggi sekali demamnya, sudah dua jam tetapi demamnya juga tidak turun. Aku harus bagaimana ma, aku khawatir."
"Tenang sayang, percaya Randy akan baik-baik saja. Mama akan menelvon dokter untuk datang kerumah kalian jadi tenanglah, oke. Mama tutup dulu telvonnya."
Aku terus menggantikan kain yang ada dikening Mas Randy dan terus menggenggam tangannya, aku khawatir dengan keadaan Mas Randy. Setelah 20 menit dokter yang dibilang mama datang dan memeriksa Mas Randy. Dokter itu seorang cewe dan masih muda.
"Kamu tenang saja, Randy baik-baik saja jangan khawatir. Dia hanya butuh istirahat dengan baik dirumah selama tiga hari saja sudah cukup jikalau dia memang benar-benar istirahat. Ion di dalam tubuhnya sangat rendah dan dia kecapekan sekali jam tidur dan jam makannya pasti tidak teratur itu mengakibatkan dirinya seperti ini. Saya akan buat resep untuk di tebus, jikalau dalam tiga hari demamnya tidak juga turun kamu bisa membawanya kerumah sakit dan terlebih dulu telvon aku. Aku dokter pribadi keluarga Erlangga, jadi tidak perlu sungkan. Ini resep dan kartu namaku kamu bisa menghubungi jikalau terjadi apa-apa." Dia memberikan kertas untuk resep obat dan kartu namanya, aku melihat namanya Melisa Damayanti.
"Terimakasih dok, saya akan menghubungi dokter nanti jikalau terjadi apa-apa." Dia tersenyum padaku dan memegang lenganku.
"Sama-sama, dan jangan memanggilku dokter panggil saja Melisa sama seperti Randy memanggilku Melisa."
"Baik Melisa terimakasih, mari akan kuantarkan." Aku mengantar Melisa sampai ke depan rumah. Setelah itu aku ke dapur.
Aku ingin membuatkan Mas Randy bubur, semoga dengan ini Mas Randy bisa lebih membaik. Setelah selesai aku menaruh bubur ke dalam mangkuk, dan menyiapkan air putih dan obat yang sudah dibeli oleh supir Mas Randy. Bi Inem datang dengan Kania sahabat Mas Randy, tadi memang ada suara bel dan Bi Inem membukakannya dan ternyata itu Kania.
Ya aku dan Kania sudah berteman dekat, dia sering datang kerumah kami, hanya saja aku belum main kerumahnya, tapi kami sering bertemu diluar jalan-jalan bersama, belanja bersama untuknya dan bayinya, dia banyak sekali cerita tentang persahabatan mereka dan Mas Randy dengan itu aku bisa sedikit demi sedikit tau tentang Mas Randy. Kania menghampiriku dan memelukku.
"Kamu buat apa?" Tanyanya padaku.
"Aku membuatkan bubur untuk Mas Randy, dia sedang sakit. Ayo ikut ke atas." Kami naik ke atas dan aku duduk disamping Mas Randy dan membangunkannya.
"Mas, bangun sarapan dulu. Mas harus sarapan biar bisa minum obat dan nanti akan istirahat lagi."
Mas Randy membuka matanya dan dia berusaha untuk duduk aku membantunya, aku membuatkan bantal di belakang bahunya agar dia enak untuk bersandar dan kemudian menyerahkan minum pada Mas Randy, Mas Randy minum sedikit dan meletakkannya di atas nakas.
"Bisa sakit juga lo? Gue kira gabisa." Kania berbicara pada Mas Randy. Aku menyuapkan bubur kepada Mas Randy dan Mas Randy tersenyum dan menerimanya.
"Gue masih manusia kali Kan, lo pikir gue alien apa" Mas Randy masih bisa sewot ternyata lagi sakit seperti ini aku tersenyum.
"Emang lo alien kan gila kerja banget sampe ga peduli sama kesehatan lo. Beruntung lo punya istri kayak Carissa yanag selalu ada buat lo dan ngurusin lo begini banget ga kayak istri lo yang satu lagi ga pernah ngurusin suaminya sedikit pun. Miris banget sih hidup lo Ran, kasihan gue lihat lo." Aku melihat Kania tertawa sinis pada Mas Randy. Aku melihat wajah Mas Randy dan kelihatan jutek.
"Resek banget sih lo, ngapain lo pagi-pagi udah kerumah orang aja, ganggu banget."
"Oh iya, gue mau ngajak istri lo buat nemeni gue." Mas Randy melihatku dan aku lupa kalau aku sudah ada janji dengan Kania.
"Maafkan aku Kania, aku lupa. Lagian aku tidak bisa hari ini, kamu tau Mas Randy sakit aku tidak bisa meninggalkannya." Kania tersenyum sinis melihat Mas Randy, ada apa sebenernya? Apa yang terjadi, kenapa dari tadi Kania seperti itu kepada Mas Randy.
"Pergilah Ca, aku tidak apa-apa. Jangan khawatir." Aku tersenyum dan menggenggam tangan Mas Randy.
"Tidak Mas, kamu suamiku dan kamu sedang sakit sedangkan aku bersenang-senang diluar sana? Itu tidak akan mungkin mas, jangan paksa aku karna aku tidak akan pergi mas." Mas Randy tersenyum padaku.
"Dengar sendiri aku tidak melarangnya pergi bersamamu." Mas Randy ketus kepada Kania.
"Setelah Mas Randy sembuh kita bisa pergi Kania aku akan menghubungimu kita akan pergi juga bersama dengan Rania, Rania juga ingin berbelanja. Tidak apakan?"
"Tidak apa Ca, kabarin saja aku. Dan buat lo segeralah sembuh biar lo ga nyusahin istri lo aja kerjanya. Lebay banget lo baru sakit gini aja, untung istri lo mau ngurus lo dan berkorban sedangkan lo apa? Awas aja lo nyakitin Carissa habis lo sama gue. Aku pulang dulu ya Ca." Kania beranjak pergi aku pun ikut bangkit dan meletakkan mangkuk bubur ke atas nakas.
"Sebentar ya Mas, aku antar Kania ke depan dulu." Mas Randy tersenyum dan mengangguk. Aku mengantarkan Kania ke depan dan kami berpelukan setelah itu aku kembali ke kamar, dan Mas Randy sudah memeriksa Hpnya pasti soal kerjaan. Aku melihat bubur dan obatnya sudah habis di makan oleh Mas Randy. Aku mengambil Hp Mas Randy dan mematikannya dan Mas Randy mau protes aku langsung menjelaskan.
"Kamu harus benar-benar istirahat selama tiga hari, itu benar-benar istirahat Mas, kalau tidak waktu istirahatnya bertambah. Jadi selama tiga hari jangan mengerjakan pekerjaan kantor, kamu masih punya karyawan lain yang bisa kamu suruh. Jangan semua jadi beban kamu, kalau kayak gini mending kamu kerjain aku aja lagi biar kamu ada yang bantuin." Mas Randy tertawa.
"Ternyata istriku yang satu ini sangat bawel. Aku tidak akan mengerjakanmu kembali, cukup kamu mengerjakan tugasmu menjadi istriku bukan sekretarisku lagi. Baiklah-baiklah aku akan istirahat, aku mempunyai ibu dokter yang super-duper cerewet dirumah, jadi aku harus nurut, iyakan?" Aku tertawa melihat Mas Randy seperti ini.
"Oke kalau gitu Mas Randy istirahat lagi, berbaringlah Mas, aku akan mandi. Jangan hidupkan Hp lagi untuk check email." Mas Randy tersenyum dan akhirnya aku ke kamar mandi.