Hari itu, setelah berbicara dengan ketiga putrinya dan mendapatkan kesepakatan dari salah satu putrinya, dua hari setelah hari itu Evan menghubungi Teo dan meminta Teo untuk menemuinya.
Evan menjelaskan apa yang sebelumnya dia bahas dengan putrinya, hanya pembicaraannya dengan Galuh pastinya dan Evan dengan sangat hati-hati membuat satu permintaan pada Teo Mervino.
"Maukah kau menikahi salah satu putriku. Jujur aku akan sangat merugi jika sampai salah satu putriku tidak mendapatkan kesempatan untuk menjadi istri dari laki-laki seperti mu?" Ucap Evan tiba-tiba sambil menggenggam kedua tangan Teo, memohon agar Teo tidak menolak permintaannya itu.
"Apa maksudmu? Apa kau sedang becanda, Evan?" Syok Teo saat tiba-tiba Evan memintanya untuk menikahi salah satu putrinya.
"Tidak Teo. Aku sedang tidak bercanda. Aku serius. Aku ingin kau menikah dengan salah satu putriku. Bukankah kemarin kau mengatakan ingin menikah dan memiliki istri lagi, maka biarkan kesempatan itu di miliki oleh putriku. Aku mohon!" Evan benar-benar memohon pada Teo agar Teo mau menikahi putrinya.
"Tidak, Van. Aku tidak bisa!" Tolak Teo Mervino dengan ide gila Evan saat ini, tapi Evan malah bangkit dari duduknya lalu duduk berjongkok di lantai hadapan Teo dengan bertumpu menggunakan lututnya.
"Aku mohon Teo. Aku memohon sebagai seorang ayah. Aku mohon bantu aku sekali lagi untuk menjaga Galuh putriku. Aku mohon . Aku mohon." Pinta Evan bersungguh.
"Oke. Oke. Aku bisa saja membantumu untuk menjaga putrimu, tapi tidak mesti aku harus menikahinya bukan?" Tolak Teo tapi Evan kembali menggeleng dengan penolakan Teo itu.
"Aku tau. Tapi aku ingin kau menjaganya sebagai seorang istri. Bukan sebagai beban. Bukankah kemarin kau mengatakan punya impian untuk menikah dan punya istri lagi. Bukankah kemarin kau juga mengatakan ingin punya anak lagi agar ada yang menemani hari tuamu? Maka biarkan aku mengabulkan impianmu itu seperti cara engkau membantuku tanpa mengharap apapun dariku. Aku mohon Teo, jangan menolak putriku. Dia sangat baik, dan aku tidak bisa mempercayakan siapapun untuk menjaganya kecuali kau. Aku mohon, jangan menolak putriku. Dia bersedia untuk menikah denganmu, jadi jangan menolaknya!" Evan benar-benar memohon sebagai seorang ayah untuk kebahagiaan dan keselamatan putrinya.
"Tapi Evan,,,"
"Aku tau. Aku tau apa yang membuatmu ragu. Perbedaan usia! Aku tau itu. Perbedaan usia kalian memang sangat jauh, tapi dia mengatakan tidak mempermasalahkan itu. Dan aku harap kau juga tidak mempermasalahkan ini!" Potong Evan buru-buru seolah tidak ingin Teo kembali menolak permintaannya.
"Evan. Jika kau berpikir ini untuk membalas apa yang telah aku lakukan untukmu, sungguh itu tidak perlu, Evan. Aku ikhlas membantumu, aku tidak pernah berharap kau akan,,,"
"Tidak Teo. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk putriku. Memberikan jodoh terbaik untuk putriku dan itu adalah kau, jadi aku mohon untuk yang kesekian kalinya, jangan menolak putriku. Ini adalah permintaan dari seorang ayah untuk putrinya." Ucap Evan kembali memotong ucapan Teo dan kali ini Teo benar-benar tidak punya kata untuk menolak permintaan Evan karena semakin dia menolak, Evan semakin bersimpuh dengan permohonannya yang bahkan sangat tidak masuk akal.
Setelah berbicara banyak , hari itu Evan juga meminta Galuh putrinya untuk datang ke rumah tahanan, memperkenalkan Teo pada putrinya dan ternyata Teo masih mengingat gadis itu. Dia adalah gadis yang sama dengan gadis yang nyaris di lecehkan di apartemen yang waktu itu sempat di kunjungi karena Teo saat itu baru membeli beberapa unit di tempat tersebut, dan Galuh juga langsung mengenali laki-laki itu, laki-laki yang bahkan belum sempat di tau namanya , dan jasnya masih Galuh simpan di lemarinya karena Galuh tidak tau bagaimana cara mengembalikan jas itu pada laki-laki yang baru Galuh tau bernama Teo Mervino, laki-laki yang sama dengan laki-laki yang juga telah menolong ayahnya.
Selain Galuh, Teo juga meminta Antonio dan David menantunya untuk datang menemuinya di rumah tahanan itu, guna membantu untuk mengendalikan situasi yang menurutnya sangat rumit, dan Antonio juga David ikut mendengar pengakuan Evan yang menyatakan ingin menyerahkan putrinya untuk di nikahi oleh Teo dan percayalah Antonio dan David sama syoknya dengan Teo Mervino saat menyadari jika gadis itu masih sangat muda jika harus menikah dengan Teo Mervino yang bahkan sudah memiliki tiga orang cucu dari satu-satunya putrinya, buah pernikahannya dengan David Fabian.
Di hari yang sama, Teo juga langsung mengurus segala keperluan untuk menikahi gadis itu, sementara Galuh hanya menyerah kartu keluarga dan kartu tanda penduduk miliknya karena pernikahan itu akan di lakukan hari itu juga.
Hanya pernikahan sederhana, dan hari itu, dengan bantuan Antonio, Evan mendapat ijin dari pihak lapas untuk keluar sebentar dari lapas dan menjadi saksi pernikahan putrinya.
"Oh. Kebaikan apa yang pernah kau lakukan di masa lalu Teo, hingga kau bisa mendapatkan jodoh semuda dan secantik dia tanpa perlu bersusah payah mencari dan memperjuangkannya!" Imbuh Antonio saat Teo baru selesai mengucap janji suci pernikahan dan menandatangani beberapa berkas penting pernikahannya.
"Papa pasti dulu pernah menyelamatkan satu kerajaan dari sebuah peperangan hingga laki-laki itu dengan sukarela menyerahkan putrinya untuk Papa nikahi!" Timpal David ikut memeluk Teo, ayah mertuanya saat bangkit dari duduknya di ikuti Galuh yang juga langsung memeluk Evan ayahnya sambil menangis haru.
"Tidak. Papa pikir, Papamu ini pasti dulu pernah menjadi raja dan sangat di segani rakyatnya, dan meninggal karena membela rakyatnya, lalu pemain surinya ikuti bunuh diri, hingga rakyatnya menangis lalu berdoa agar Papamu bereinkarnasi dan di ikuti pula oleh pemain surinya." Ucap Antonio lagi dan David langsung mengagguk setuju dengan ucapan ayahnya, Antonio.
"Kalian ngomong apa sih? Mana ada kek gitu. Mungkin ini emang udah rejeki ku, jangan mikir aneh-aneh kalian!" Tolak Teo dengan segala kekonyolan ayah dan anak itu.
"Ya ya ya. Tapi bagaimanapun, selamat ya , Pa. Selamat atas pernikahan kedua Papa. Tapi jujur David masih bingung. Bagaimana David akan mengatakan ini pada Luci? Apa,,,"
"Jangan mengatakan apapun dulu pada dia. Nanti Papa sendiri yang akan mengatakan ini. Jadi tolong rahasia kan dulu semua ini dari Luci!" Ucap Teo , meminta pada David dan Antonio untuk tidak mengatakan apapun pada Luci putrinya atau ibu dari Daniel itu akan heboh sendiri.
"Percayalah. Dia laki-laki baik. Dia akan menjaga dan memperlakukan mu dengan sangat baik!" Ucap Evan menenangkan air mata putrinya sembari mencium kedua pipi putrinya, dan Galuh hanya mengagguk dalam diam, lalu memeluk bibik, asisten rumah tangganya sebelum dia benar-benar meninggalkan bibik dan ikut bersama Teo, laki-laki yang baru saja resmi menjadi suaminya.
"Bibik pasti akan sangat merindukan Non, nanti. Jadilah istri yang baik dengan menghormati suami Non. Jika Non merasa bingung atau butuh bantuan apapun terkait sikap seorang istri, jangan sungkan untuk menghubungi bibik. Sebisa mungkin bibik akan membantu Non Galuh." Nasehat kecil bibik saat hendak melepas Galuh ikut bersama suaminya.
Evan juga langsung menyerahkan putrinya secara penuh pada Teo , karena dia harus kembali ke lapas sekarang, dan setelahnya Teo benar-benar membawa Galuh pulang ke rumahnya setelah sebelumnya David dan Antonio juga mengatakan akan kembali ke kantor dan berjanji akan merahasiakan pernikahan ini dari Luci, sampai Teo sendiri yang mengatakan dan menjelaskan kejadian hari ini.
Saat mereka, Teo dan Galuh sampai di rumah, bibik , sang asisten rumah tangga Teo terkejut saat tiba-tiba majikannya pulang dengan membawa seorang gadis cantik dan Teo mengatakan jika gadis itu adalah Nyonya baru di rumahnya. Teo langsung mengatakan jika dia sudah menikahi gadis itu dan mulai hari ini gadis cantik itu sudah resmi menjadi istrinya, secara hukum.
"Oh selamat ya Tuan. Selamat juga untuk Nona. Semoga pernikahan kalian langgeng dan diberi kebahagiaan!" Seru bibik dengan sangat tulus. Meskipun sempat syok tapi bibik juga sangat bahagia dengan pernikahan majikannya.
"Amin." Teo yang mengucap amin sementara Galuh hanya diam dengan perasaan gugup bercampur takut.
"Bik, bantu dia ke kamar!" Pinta Teo menunjuk ke arah lantai atas .
"Ke kamar yang mana Tuan?" Tanya bibik bingung karena Teo malah menunjuk kamar atas padahal kamar Teo sendiri ada di lantai bawah.
"Ke kamarku yang lama. Karena mulai hari ini, kami akan menempati kamar yang itu." Jawab Teo dan bibik langsung mengerti apa yang Teo maksud. Kamar itu sudah lama tidak di tempati. Itu adalah kamar Teo dengan mendiang istrinya dulu, ibunya Luci dan kamar itu juga terawat dan rutin di bersihkan meskipun tidak ada yang menempatinya, tapi hari ini Teo malah ingin kembali menempati kamar itu dengan istri mudanya dan sungguh bibik semakin merasa ingin hidup lebih lama lagi untuk menemani Teo juga istri muda Teo di rumah ini.
"Oh. Baik Tuan. Bibik juga akan menganti seprai dan korden kamar itu sekarang." Ucap bibik bersemangat. "Oh ya tuan, apa bibik juga perlu membuat kamar pengantin untuk tuan dan istri muda tuan? Bibik bisa minta bantuan,,,"
"Tidak perlu , Bik. Ganti saja seprainya dengan yang baru, selebihnya nanti aku pikirkan!" Teo memotong ucapan bibik yang hendak menawarkan sesuatu yang menggelikan untuk Teo.
"Oh. Baiklah. Siap pengantin baru!" Seru bibik sambil membuat gerakan hormat pada Teo. Rasanya bibik juga ikut kembali muda sekarang, hanya karena melihat senyum teduh Teo Mervino, majikannya, dan tanpa menunggu aba-aba lagi, bibik membantu Galuh naik ke kamar yang di tunjuk oleh majikannya, dan membantu Galuh merapikan pakaiannya di lemari khusus yang sudah lama kosong di sisi sebelah selatan kamar itu. Sementara Galuh hanya duduk di pinggir ranjang saat bibik selesai mengganti korden kamar itu.
"Oke sudah selesai. Apa yang bisa Bibik bantu lagi, Non maksud bibik Nyonya." Ucap bibik berusaha mengakrabkan diri dengan gadis cantik itu tapi Galuh hanya tersenyum sambil menggeleng.
"Terima kasih, Bik!" Ucapnya lembut.
"Jangan sungkan Nyonya. Ini adalah rumahmu sekarang," ucap bibik setelahnya dan Galuh hanya kembali mengagguk. Bibik akhirnya meminta Galuh untuk mandi dan membersihkan diri lebih dulu karena hari sudah beranjak sore dan dari tadi Galuh seolah ikut membantu apa yang seharusnya tidak perlu Galuh kerjakan.
Hari sudah malam, dan bibik sudah menyiapkan makan malam.
Teo juga Galuh juga sudah selesai dengan makan malam mereka yang di lewati hanya dalam diam, dan setelahnya Galuh kembali ke kamarnya, sementara Teo memilih duduk di sofa dengan menghadap layar televisi. Bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang dan bibik yang baru selesai membereskan sisa makan malam mereka melihat jika majikannya masih terlihat sibuk dengan layar televisi padahal ini adalah malam pengantinnya.
"Tuan. Apa yang Tuan lakukan di sini?" Tegur bibik bersiap mematikan lampu tapi tidak jadi karena melihat majikannya masih duduk di ruang tengah rumah itu.
"Aku sedang menonton, apa lagi?" Jawab Teo tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.
"Oh, astaga Tuan! Apa Tuan akan membiarkan pengantin Tuan sendirian di kamarnya?" Sarkas bibik karena bibik pikir Teo lupa jika sekarang kakek Daniel Fabiano itu sudah memiliki istri yang akan menemani tidurnya.
"Kenapa?" Teo malah bertanya dengan sangat bodohnya.
"Oh. Jangan bilang Tuan akan di sini sampai pagi dan membiarkan pengantin Tuan tidur sendiri di kamarnya!" Tegur bibik. " Oh saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Cepat. Tuan harus segera masuk kamar. Mana ada pengantin baru tapi tidur sendiri. Oh tidak bisa." Bibik malah mematikan televisi dengan sangat tidak sopan lalu menarik lengan Teo untuk segera naik ke lantai atas rumah itu, di mana kamar pengantinnya, dan Teo benar-benar tidak melakukan perlawanan saat bibik melakukan itu padanya.
Teo seolah tidak punya kata untuk mendebat wanita tua yang bahkan punggungnya sudah sedikit menunduk karena faktor usia, dan Teo akhirnya masuk ke kamarnya dan melihat Galuh yang hanya duduk di pinggir ranjang besar itu.
"Apa Om ingin melakukannya sekarang? Katakan apa yang harus Galuh lakukan sebelumnya?" Tanya Galuh saat Teo berjalan mendekati ranjang yang sedang dia duduki.
"Apa kau sudah siap jika aku ingin melakukannya sekarang?" Tanya balik Teo dan Galuh langsung mengangguk meskipun sebenarnya Galuh masih ragu, apakah dia akan bisa melakukan tugas pertamanya sebagai seorang istri.
"Ya." Jawab Galuh, gugup.
"Kalo begitu, kau bisa mengawalinya dengan mandi dan membersihkan diri lebih dulu!" Jawab Teo sambil mengulurkan tangannya ke arah Galuh untuk menuntun Galuh ke kamar mandi. Galuh menerima telapak tangan besar Teo, dan Teo benar-benar menuntun Galuh ke kamar mandi. "Mandilah. Aku akan membawakan mu handuk, dan jangan mengunci pintu dari dalam." Sambung Teo dan Galuh hanya mengagguk patuh.
Teo sengaja meminta Galuh mandi lebih dulu , karena dia tidak ingin Galuh merasa gugup dan syok jika tiba-tiba dia melakukan. Teo akan memulainya dengan mandi, untuk mengikis rasa canggung keduanya.
Cukup lama Galuh di kamar mandi , dan saat Teo mendengar suara gemericik air shower, Teo yakin jika gadis itu sudah melai mandi, lalu Teo juga melepas semua pakaiannya, dan hanya menggunakan handuk yang melingkar di pinggangnya, ikut masuk ke kamar mandi, dan,,,