Rindu Elsa

2240 Kata
Kadang kala musibah datang tanpa kita duga-duga. Saat kita merasa semua sudah baik-baik saja , kadang kala musibah datang mengintip seperti sebuah pencuri yang menunggu kita lengah. Prang,,, Gelas di tangan Luci tiba-tiba jatuh tanpa sebab , meskipun dia yakin sudah memegangnya dengan sangat baik. "What happen Mommy!" Seru Daniel saat melihat ibunya tiba-tiba menjatuhkan gelas. "Tidak apa-apa. Mommy hanya pusing!" Jawab Luci karena pandangannya memang sedikit memudar, dan detik yang sama seorang asisten rumah tangga menghampiri Luci yang terlihat berpengangan di tiang meja pantry. "Nyonya kenapa?" Tanya asisten rumah tangga tadi, tapi Luci buru-buru menggeleng karena ini bukanlah masalah yang serius. "Gak Bik. Aku hanya ceroboh hingga menjatuhkan gelas saat minum." Jawab Luci sembari menghela napas dan asisten rumah tangga itu langsung membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai sebelum pecahan itu melukai salah satu penghuni rumah itu. "Nyonya duduklah, jika butuh sesuatu, Nyonya tinggal minta sama Bibik. Nyonya kan lagi kurang enak badan, bagaimana kalo tuan muda tau jika,,," "Aku gak apa-apa Bik. Lagian itu hanya kesalahan kecil, dan kuyakin semua orang bisa melakukan kesalahan tadi. Dia gak akan marah sama Bibik, yang ada dia yang harus kena marah. Aku lagi kurang enak badan dan pagi tadi aku dah minta dia gak ngantor dulu, tapi dia malah ngotot pergi dengan alasan ada pertemuan penting." Balas Luci saat ingat jika pagi tadi dia memang minta David untuk tidak ke kantor. "Ada pertemuan penting yang gak bisa aku lewatkan, sayang." Timpal David yang tiba-tiba menyaut di belakang punggungnya sembari memeluk punggung istrinya yang sedang mengeluh, lalu mencium sebelah pipinya dengan ciuman dalam dan sangat lama sambil menjepit pipi sebelahnya agar wanita itu tidak memberontak karena mungkin dia sedang ngambek. "Jadi maaf jika aku harus menentang keinginan mu pagi tadi, tapi balasannya kita kembali dapat job besar dari Nyonya Kiray Agustin!" Sambung David setelah menarik ciuamannya di pipi sang istri. "Jangan bilang jobnya di luar negeri lagi?" Balas Luci tanpa menoleh ke arah David dan fokus ke gelas air minum yang baru saja bibik berikan padanya. "Dengan sangat berat hati aku harus menjawab, iya. Karena proyek besar itu memang berada di Beijing!" Jawab David kembali mendaratkan satu ciuman di pipi hangat istrinya. "Terus?" Tanya Luci. "Ya, terus mau bagaimana lagi, kita akan bolak balik ke Beijing untuk proyek besar kita!" Jawab David apa adanya. "Apa itu harus?" Tanya Luci lagi dan kembali David mendaratkan satu kecupan di pipi wanita itu karena belakangan ini Luci berubah menjadi sedikit manja nyaris seperti ketika Luci ngidam anak kedua dan ketiganya. "Ya begitulah." Jawab David menarik pinggang istrinya untuk turun di kursi meja pantry, lalu membawa wanita itu untuk naik dan masuk ke kamarnya. "Daddy!!!" Seru Daniel sambil bersidekap d**a saat melihat ayahnya pulang dan sudah kembali merebut ibunya dari ketiga anaknya. Sekuat hati David berpura-pura tidak melihat ketiga anaknya karena sungguh dia ingin memiliki istrinya tanpa diganggu ketiga anaknya dulu. David diam sejenak saat panggilan itu menyapanya. Daniel sudah berusia sembilan tahun tapi bocah tampan itu masih saja protes setiap kali David mengambil alih istrinya dari ketiga anaknya. "Ya Daniel sayang." Ucap David setelah sebelumnya dia menarik napas dalam-dalam , lalu berbalik dan menyapa putra pertamanya. "Datang-datang maen gandeng aja." Protes bocah tampan itu. "Mana pesanan Daniel? Jangan bilang Daddy lupa lagi!" Sambung Daniel karena siang tadi dia memesan ayam goreng tepung dan harus berlogo laki-laki tua bertopi dengan kumis tebalnya, dan ya, David benar-benar lupa dengan pesanan putranya. "Aduh. Mampus aku." Batin David namun sebisa mungkin dia menampilkan ekspresi biasa agar bocah tampan itu tidak menyadari jika dia benar-benar lupa dengan pesanan itu. "Daddy udah pesan online lho, masa belum di antar sampai sekarang?" David berdusta tapi bocah tampan itu bukan anak yang bisa di bohongi dengan kata-kata seperti tadi. Dia terlalu pintar untuk menjadi anak seorang David Fabian, hingga saat ayahnya, David berbohong saja dia akan tau. Tatapan matanya langsung mengintimidasi David yang masih memeluk pinggang istrinya dan detik berikutnya bocah tampan itu berjalan mendekati ayah dan ibunya, lalu melepas pegangan tangan David di pinggang Luci, menarik Luci dari sisi suaminya. "Pesan online, pesan online. Daddy berdusta kan? Bilang aja Daddy lupa sama pesanan Daniel, kan!" Tolak Daniel setelahnya, menjauh kan ibunya dari jangkauan ayahnya. "Pokoknya Daniel gak mau tau, Daddy harus balik dan beli pesanan Daniel atau kalo tidak , Daddy gak boleh deket-deket sama Mommy titik gak pake koma!" Tegas bocah itu benar-benar kejam pada ayah dan ibunya. "Daniel sayang, sungguh, Daddy sudah pesan ayam goreng tepung sesuai pesanan Daniel, tapi Daddy gak tau kalo ternyata itu belum diantar atau belum nyampe rumah kita!" Bela David untuk dirinya sendiri berharap putranya akan percaya tapi lagi-lagi bocah berambut panjang itu langsung menggeleng tidak percaya. "No. Jangan pikir Daniel akan percaya sama Daddy. Ini adalah kali sekian Daddy lupa dengan pesanan Daniel. Jadi kali ini, maaf, jika Daniel harus menyandera Mommy sampai Daddy benar-benar membawa ayam pesanan Daniel." Tegas Daniel benar-benar tidak mau bernegosiasi dengan ayahnya dan langsung melengos menarik lengan ibunya untuk menjauh. Luci menoleh ke arah David kemudian mengedikkan bahu, tidak begitu peduli dengan pertikaian ayah dan anaknya, dan pilih ikut putranya karena kalau sampai dia membela David kali ini bisa dipastikan bocah tampan itu juga akan ngambek atau marah padanya. "Daniel jangan begitulah sayang. Sungguh Daddy sudah memesan pesanan Daniel!" Seru David lagi tapi Daniel hanya menggeleng tidak peduli. "Oh Danial putra Daddy yang paling tampan sejagad raya, kasihanilah Daddy. Tolong lah, sekali saja jangan menguasai istri Daddy dua puluh empat jam. Daddy juga butuh perhatian dan kasih sayang. Bukan hanya kalian yang butuh perhatian dari Mommy tapi,,," "Stop Daddy. Stop bersikap lebay. Bawa pesanan Daniel atau Mommy akan tetap Daniel tahan sampai nanti malam!" Potong Daniel sebelum ayahnya semakin mengeluarkan kata memelasnya karena kali ini dia sedang tidak mau bernegosiasi. Dia sudah bela-belain tidak makan dari tadi siang agar dia bisa menikmati ayam goreng tepungnya dalam jumlah yang banyak, tapi lihatlah, David malah lupa membeli pesanannya padahal tadi siang Daniel sampai harus meneleponnya dua kali untuk mengingatkan ayahnya agar tidak lupa dengan ayam goreng pesanan dia. Bibik cekikikan sambil mengepel sisa tumpahan air dari gelas Luci sebelumnya. Setiap hari ayah dan anak itu memang kerap kali berdebat memperebutkan perhatian Luci. David dengan keras kepalanya ingin menguasai Luci karena Luci adalah istrinya, tapi Daniel juga lebih keras kepala karena dia adalah turunan dari David ayahnya. Jika David pemaksanya luar biasa, jangan tanya Daniel yang merupakan turunan pertama laki-laki itu dan percayalah Daniel yang selalu menang setiap kali berdebat dengan ayahnya jika itu menyangkut Luci. "Dave,,," lirih Luci sembari mengudarakan kecupan di udara untuk menggoda laki-laki itu. "Danial sayang!" Seru David. "Lebih cepat Daddy membawa pesanan Daniel, lebih cepat Daddy mendapatkan Mommy!" Tegas Daniel dan mau tidak mau David hanya bisa menghela nafas dan benar-benar harus mengabulkan permintaan sang anak atau resikonya Daniel benar-benar tidak akan membagi Luci, ibunya. "Iya. Ini Daddy mau berangkat ambilin pesanan Daniel, tapi setelah itu Daniel benar-benar harus mengembalikan Mommy pada Daddy!" Kutip David menegaskan pernyataan putranya tadi dan Daniel langsung menggangguk tanpa menoleh ke arah ayahnya. Oh dia benar-benar duplikat David bukan, jadi jangan salahkan Daniel jika dia juga punya sifat buruk David dalam dirinya, secara buah memang tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Di tempat lain. Teo tersenyum saat sekedar mengingat jika hari ini dia bukanlah duda, tapi kini dia seorang suami dan yang membuat Teo merasa luar biasa adalah dia tidak pernah bermimpi bisa mendapatkan istri yang begitu muda dan cantik. 'Galuh' lirih Teo sembari tersenyum manis membayangkan ekspresi manis istrinya saat dia goda dengan godaan receh. Dengan langkah pasti dan semangat Teo masuk ke dalam mobilnya, bergegas pulang , lalu menemui istri mudanya yang benar-benar sangat muda, namun baru saja Teo akan berbelok keluar dari gerbang utama bengkelnya, tiba-tiba satu mobil bok yang terlihat kehilangan kendali justru berbelok ke arahnya dan boom, mobil itu langsung menghantam mobil Teo dan menjadikan mobil Teo sebagai rem, menyeret mobil Teo sampai terjepit di antara pohon dan tembok. Seketika dunia Teo langsung gelap, bayangan Elsa seolah menari di pelupuk matanya, senyum teduhnya, rambut coklatnya yang dia biarkan tergerai indah , dan lekuk dagunya semakin indah saat kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. Hanya bayangan Elsa yang Teo lihat. "Mas!" Seru wanita cantik yang telah memberinya seorang putri itu, menatap Teo yang tengah berbaring di taman bunga warna warni. "Mas datang. Oh aku benar-benar merindukanmu, Mas!" Ucap Elsa saat ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Teo sambil memeluk perut Teo tapi Teo hanya tersenyum membalas setiap sapaan wanita itu. "Aku lihat putri kita sudah mendapatkan kebahagiaannya, dan jujur aku sangat lega di sini!" Ucapnya lagi tapi Teo tetap hanya tersenyum. "Jadi katakan, apa Mas sengaja datang menemui ku karena merindukan ku?" Tanya Elsa lagi dan detik yang sama Teo merasa kegelapan yang benar-benar mencekam. "Om,,, Om,,, Om." Panik. Semua penghuni di kantor juga bengkel itu seketika panik dan heboh saat melihat mobil bos mereka tiba-tiba di hantam truk bok hingga terseret dan terhimpit di pohon besar yang berada di sebelah gerbang utama tempat itu. Dede dan beberapa karyawan lain langsung bergerak, menahan sopir truk bok tersebut untuk dia amankan sementara Zhidan dan beberapa orang lainnya juga langsung mengepakuasi kedua mobil itu, kemudian menyelamatkan Teo yang masih terjepit di antara dasboard dan kursi kemudinya, juga pintu mobil yang sudah penyok hingga menyulitkan Zhidan dan kawan-kawan untuk mengeluarkan Teo dari dalam mobil tersebut. "Bawa alat pemadam api besar!" Teriak Zhidan saat melihat ada asap yang merembes di bagian mesin mobil itu namun dia masih kesulitan untuk mengeluarkan Teo yang terjepit di dalam sana, dan dia harus meredam kemungkinan terciptanya percikan api yang bisa saja mengakibatkan ledakan. Setelah mengamankan sopir truk tadi , Dede juga membawa tali tambang untuk dia ikat di bagian belakang mobil Teo, kemudian Dede menarik mobil yang terjepit itu menggunakan mobil lain agar mempermudah Zhidan mengeluarkan Teo dari dalam mobil tersebut. Darah sudah mengalir deras di kepala Teo, bahu dan lengan nya juga berdarah tapi saat ini dia tidak bisa berpikir apapun kecuali dia harus segera sampai di rumah sakit, berharap insiden ini tidak sampai merenggut laki-laki ini, Teo Mervino. Dede bergegas membuka pintu belakang mobil , sementara Zhidan dan kawan-kawan buru-buru mengangkat tubuh besar laki-laki itu untuk masuk ke dalam mobil, setelahnya Dede melesat untuk segera sampai di rumah sakit terdekat. Saat mereka sampai di rumah sakit itu, beberapa perawatan langsung menangani Teo yang sudah tak bergerak dengan tubuh yang bersimbah darah, sementara Zhidan dan Dede hanya bisa menunggu di luar pintu kaca bertuliskan UGD. "Hubungi Luci!" Pinta Dede sambil menatap ke arah dalam kaca , meskipun dia tidak bisa melihat keberadaan Teo yang masih di tangani, dan Zhidan langsung mengeluarkan ponselnya, mencari nomor ponsel Luci dan menekan tombol panggilan, namun belum sempat panggilan itu tersambung Zhidan kembali mematikan panggilan telpon itu karena merasa ini bukanlah pilihan tepat jika dia harus menghubungi Luci , terlebih lagi jika dia akan mengabarkan tentang kecelakaan ayahnya. Tidak. Yang ada dia akan panik dan histeris , dan yang ada dia akan kelimpungan menenangkan ibu tiga anak itu nantinya. "Kenapa?" Tanya Dede saat melihat Zhidan memutuskan sambungan telepon ke Luci. "Tidak. Kita tidak bisa menghubungi Luci. Kau tau sendiri dia kek gimana." Jelas Zhidan dan Dede diam sejenak untuk memahami ucapan Zhidan, dan ya, itu akan memperkeruh ketegangan mereka saat ini. "Kalo gitu hubungi David atau Antonio saja!" Saran Dede lagi dan kali ini Zhidan langsung menggangguk, mencari nomor kontak David lalu menghubunginya. Tersambung. Panggilan telepon itu langsung tersambung ke ponsel David, namun hingga dering terakhir, panggilannya tidak dijawab. Kembali Zhidan mencoba menghubungi David dan kali ini David menerima panggilan itu tepat di dering ke-7. "Ya, hallo!" Sapa David di seberang telpon. "Dave, kau ada di mana?" Tanya Zhidan lebih dulu. "Aku lagi di jalan, Daniel minta di beliin ayam goreng tepung dan menjadikan Mommy nya tahanan!" Jawab David yang langsung dapat balasan helaan napas oleh Zhidan di seberang telpon. "Cepat datang ke rumah sakit J. Ini darut!" Ucap Zhidan to the poin dan David langsung menurunkan laju kecepatan lalu menepi , untuk mendengar dan menyimak apa yang ingin Zhidan ucapkan "Ke rumah sakit?" Kutip David tidak mengerti. "Siapa yang sakit?" Tanya David setelahnya. "Om. Om Teo kecelakaan di depan bengkel dan sekarang kami sudah membawa dia ke rumah sakit. Jadi cepatlah datang." Jawab Zhidan menjelaskan dengan cara yang sederhana. "What? Bagaimana itu bisa terjadi!" Syok David. "Aku gak bisa cerita karena kejadiannya sangat cepat." Jawab Zhidan dan David langsung mengangguk, paham. "Oke. Aku ke sana sekarang juga, tapi tolong jangan hubungi Luci dulu. Dia sedang kurang enak badan dan jika dia menerima kabar ini aku takut dia akan drop lagi." Balas David setelah itu dan Zhidan langsung menggangguk seolah lawan bicaranya ada di depan dia saat ini. David mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit yang tadi Zhidan katakan, dan saat David sampai di rumah sakit itu dia melihat Dede dan Zhidan sedang berdiri di depan pintu UGD. "Apa yang terjadi? Dan bagaimana kondisinya?" Panik David saat sampai di depan Zhidan dan Dede. "Aku belum tau. Perawat dan dokter sedang menangani dia, dan sungguh aku berharap dia akan baik-baik saja." Jawab Zhidan meskipun sebenarnya Zhidan tidak yakin jika Teo akan baik-baik saja. Jika dilihat dari kondisinya tadi, kecil kemungkinan Teo akan selamat. "Oh My God." Lirih Jupiter dan detik berikutnya seorang dokter dengan masker yang menutup wajahnya keluar dari dalam ruang UGD, dan Zhidan sudah langsung menuntut penjelasan tentang bagaimana kondisi laki-laki itu, Teo Mervino. Wajahnya terlihat tidak b*******h dan lemah saat membuka masker yang menutup wajahnya sembari menghela napas dalam diam kemudian menghembuskannya. "Maaf,,,," ucap nya dengan sangat lemah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN