BAB 13 - Feel inappropriate

1533 Kata
Leyna begitu gugup ketika mobil Jensen mengantri untuk tiba di lobby dan membawanya keluar menuju acara amal yang akan segera ia hadiri. Ketidakpercayaan diri membuat Leyna gugup setengah mati. Ia tak pernah merasa segugup ini, Jensen berada di dunia yang berbeda dengannya, Leyna tak percaya diri untuk bisa di terima di kalangan mereka. Jensen memiliki dunia dimana semua mata terfokus padanya, menatapnya dengan kekaguman yang luar biasa. Sebelah tangan kanan Jensen menggenggam tangannya, ketika Leyna mendongak untuk menatapnya Jensen tengan memandanginya dengan ekspresi lembut, seolah berkata semuanya akan baik-baik saja. "Kau cantik."pujinya yang membuat jantung Leyna semakin berdebar, kini ia tak bisa berpikir debaran ini untuk perkataan Jensen atau rasa cemas yang di timbulkan akibat acara ini. Semuanya membuat jantungnya berdebar. "Terima kasih."Leyna ingin mengatakan betapa tampannya Jensen. Jensen memiliki ketampan yang luar biasa memukau ketika pakaian tuxedo membungkus tubuhnya. Giliran mobil Jensen yang berhenti di lobby gedung, seseorang membukakan pintu untuk mereka, Jensen keluar lebih dulu lalu Leyna menyusul ia mencoba hati-hati untuk tidak tersandung dengan kakinya sendiri karena terlalu gugup. Leyna memeluk lengan Jensen, entah karena gaunnya atau keberadaannya di sisi Jensen yang membuat banyak pasang mata menatap ke arah mereka. Leyna memakai gaun hitam, bagian atas bajunya brokat sementara roknya hitam dan dilapisi kain tranparat yang berombak dengan model pendek bagian depan sementara bagian belakang roknya panjang hampir menyentuh lantai. Sepatu hitam bertali setinggi di atas mata kaki berhak 5 cm memperindah kakinya. Pakaiannya begitu bagus dan penampilannya tidak memalukan, namun Leyna tak merasa begitu percaya diri walau ia sudah dibuat secantik mungkin. Beberapa orang menyapa Jensen dan pandangan mereka akan jatuh pada Leyna ada yang mengabaikannya ada yang mencoba bersikap lebih lembut dengan menyapanya dan tersenyum singkat sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada Jensen. Jensen memiliki panggungnya, ketampanan dan kekuasaannya membuatnya begitu di hormati bahkan para pria juga memandangnya dengan iri, tidak perlu bertanya tentang bagaimana reaksi wanita-wanita di pesta ini. Leyna tak bisa menatapnya satu persatu karena ekspresi wajah mereka tak enak untuk di pandang dari sisi Leyna. Rasanya seperti membawa selingkuhan, atau membawa kekasih orang. Pandangan itu begitu negatif untuknya. "Jensen. Oh siapa dia?."Seorang pria berambut pirang menghampiri Jensen dan Leyna, sebuah gelas kecil berisi cairan berwarna kuning berada digenggaman tangan kirinya. Wajahnya tak kalah tampan dari Jensen, ekspresinya lebih banyak di bandingkan Jensen, kelihatan ramah namun matanya menyeleksi apa yang ia tatap. "Kekasihku."Seketika tubuh Leyna menegang, tatapannya beralih pada Jensen seketika itu juga ketika ia mengatakan tentang status di antara mereka. Jensen tak menatapnya, tatapannya hanya tertuju pada laki-laki itu. "Wohoo... aku tidak percaya kau benar-benar berpacaran dengannya,"Tatapan Leyna berpaling dari Jensen ke arah laki-laki itu. Apa dia sudah tahu tentang dirinya. Apa Jensen sering mengatakan tentang ia pada teman-temannya. "Jadi dia wanita itu. Kenalkan namaku Keenan." Kenan mengulurkan tangannya pada Leyna, yang ia sambut dengan baik. "Leyna." "Duduk dan nikmati acaranya, aku senang kau mau datang. Begitu juga denganmu Leyna, senang bertemu denganmu. Jangan lupa harus berpidato Jensen."Ucap Keanan memperingatkan Jensen. "Aku tahu."jawab Jensen lalu menarik Leyna pergi dari hadapan Keenan menuju kursi kedua dari panggung. Jensen menarikkan kursi untuk Leyna sebelum mendudukan dirinya tepat di sisi wanta itu. "jangan berkata yang tidak-tidak. Mereka semua bisa mendengarmu."Leyna berkata dengan suara berbisik seraya diam-diam memerhatikan sekelilingnya, banyak yang menatapnya hal itu membuat Leyna merasa tidak nyaman. Pernyataan Jensen tadi sepertinya di dengar oleh mereka semua hingga membuat pandangan itu menjadi lebih tajam ke arahnya. "Biarkan saja. Aku sudah bilang kan jika aku menyukaimu. Aku menginginkanmu Leyna." "perlahan-lahan."ucap Leyna berbisik, ia mengalihkan perhatiannya pada panggung yang kini menampilkan seseorang laki-laki yang tengah memainkan sebuah piano. Rahang Jensen mengeras, bibirnya mengetat terlihat marah. "Kau belum yakin pada perasaanku."Leyna tak menggubris Jensen, ia tetap fokus pada permainan piano laki-laki itu. Pandangannya tertuju pada laki-laki yang terlihat menghayati permainan pianonya namun pikirannya terus tertuju pada pernyataan Jensen dan ucapan laki-laki itu barusan mengenai perasaannya. Jujur Leyna menyukainya dan begitu bahagia dengan apa yang Jensen katakan namun ia terlalu takut untuk percaya. Semua ini akan sangat menyakitkan jika ternyata hanyalah semu. Tiba-tiba seorang pria berdiri di belakang Jensen dan membisikan sesuatu, Jensen mengangguk kan kepalanya lalu tatapannya beralih pada Leyna yang tengah memandangya. "Aku harus bersiap, sebentar lagi aku harus berpidato."Leyna mengiyakannya. Jensen mencium pipi Leyna sebelum bangkit berdiri dan berjalan pergi meninggalkannya ke arah sisi panggung untuk bersiap. Sepeninggalan Jensen seorang wanita menghampirinya, ia mendudukan dirinya di sisi kanan Leyna. Rambut nya panjang berwarna pirang sepinggang, gaunnya berwana merah menyala, bagian dadanya cukup rendah, ia seperti wanita yang berada di sampul majalah. Cantik namun keangkuhan dalam ekspresinya membuat setiap orang segan untuk menyapanya. Matanya menatap Leyna dengan angkuh, Leyna bisa merasakan ketidaksukaannya akan kehadirannya di sini dan bagaimana ia bisa berada di sini bersama dengan pria seksi sekelas Jensen Handerson. Leyna tersenyum menyapanya dengan ramah namun wanita itu tak membalas sapaannya. Kedua tangannya bersedekap, terlipat di depan d**a. Kedua matanya menatap Leyna dengan tajam. Leyna mengalihkan pandangannya ke arah panggung ketika Jensen naik ke atas dan membuat riuh karena semua orang bertepuk tangan ketika melihat visual nya yang memesona. Leyna tersenyum lebar ketika tatapan matanya bertemu dengan Jensen. Leyna tak emnyangka pria tampan itu adalah pria yang tadi malam tidur memeluk tubuhnya. "Bagaimana caranya kau menggoda Jensen?."ucap wanita itu tanpa basa-basi hingga membuat Leyna terkejut. Leyna menolehkan kepalanya ke arah wanita itu. Menatapnya seolah berkata apa maksudmu. Perkataannya menyinggung Leyna, apa ia terlihat begitu murahan. "Apa kau telanjang di hadapannya? Merabanya? Bagaimana caranya beritahu aku. Melihatmu membuatku muak. Jensen membuatku kesal, bagaimana bisa dia memilihmu, seleranya benar-benar aneh. Katakan padaku bagaimana!." Leyna terkejut dengan apa yang ia katakan. Bagaimana bisa wanita itu berkata seperti itu padanya, mereka baru saja bertemu. Leyna menatapnya tak kalah tajam. "Maaf. Ini tidak seperti yang kau bayangkan. Lagi pula itu terlalu privasi, kau seharusnya tidak bertanya begitu pada seseorang yang baru kau temui."ucapan Leyna membuat sudut bibirnya tertarik membentuk seringaian, senyumnya mengejek Leyna tatapannya mengarah pada pakaian Leyna lalu rambutnya sebelum kembali pada wajahnya. "Melihatnya saja sudah terlihat jelas. Kau tidak pantas memakai gaun itu. Kenapa selera Jensen buruk sekali."gerutunya. Leyna mengalihkan pandangannya, ia menghela nafas kesal. Leyna mencoba untuk bersabar, ia tak mau mempermalukan Jensen di sini jika ia membalas perkataan wanita itu. "Kau seharusnya berkaca pada penampilanmu sebelum pergi dengan pria sekelas Jensen nona. Perbedaan ini terlalu menggelikan. Jadi... katakan padaku bagaimana kau menggodanya. Kau tidak cocok dengannya."Leyna memalingkan wajahnya ke arah lain, anehnya beberapa wanita menatapnya dengan tatapan yang sama seperti apa yang wanita ini lakukan. Rasanya seperti mereka tahu apa yang ia katakan mengenai dirinya dan mereka semua setuju dengan itu. Leyna merasa ruangan ini begitu sempit hingga terasa menyesakkan. "Apa kau hamil anak Jensen!."Seketika itu juga Leyna kembali menatapnya dengan marah. "Apa aku terlihat sedang hamil." "Siapa yang tahu! Jensen bisa berada di sisimu karena seorang bayi. Kalau aku jadi kau aku tidak akan berani mendekatinya. Kau tidak pantas kenapa kau tidak bisa melihat hal itu pada dirimu sendiri. Mau ku bantu untuk bercermin." Leyna dapat mendengar suara tawa dari meja di samping dan belakangnya. Mereka semua mendengar apa yang wanita itu katakan. Leyna tak tahan lagi ketika ia melihat mereka untuk memastikan beberapa dari mereka terang-terangan memasang ekspresi mengejek dan mencibirnya. "Kupikir sikapmu akan sekelas dengan pakaian mahalmu namun ternyata tidak begitu,"Senyum mengejek di bibir wanita itu menghilang, keningnya mengerut, matanya menyipit tajam, bibirnya mengetat nampak marah. "Aku tidak ingin bertengkar denganmu, jika kau merasa iri karena keberadaanku di sisi Jensen seharusnya tidak perlu sampai menunjukkan betapa rendahnya tingkat kesopananmu. Jika kau merasa ini tidak adil kau di persilahkan bertanya langsung pada Jensen kenapa dia tidak melihat ke arahmu melainkan menatapku. Permisi." Leyna bangkit berdiri lalu pergi meninggalkan wanita itu menuju ke luar. Leyna dapat merasakan gemuruh dalam dadanya, bagaimana jantungnya berdebar ketika kemarahan hampir saja meluap dan membuatnya kehilangan kesabaran. Jika mendengarnya lebih jauh Leyna takut ia tak bisa menahan diri lagi. Leyna pergi meninggalkan pesta itu, ia tak peduli pada Jensen dan apa yang akan terjadi jika Jensen tak menemukannya di dalam sana. Leyna tahu ia memang tak pantas untuk berada di sana. Itu adalah pesta amal dengan orag-orang kaya yang minim keperibadian bagus. Leyna sudah bisa menduganya jika ia memang tak bisa berada di sana dan menemani Jensen. Leyna menyerah, ia akan pergi dari sana dan melupakan kejadian ini. Bagaimana wanita itu merendahkannya dengan kata-kata. Leyna sampai di lobby, namun bodohnya ia lupa dengan ponsel dan dompetnya yang berda di dalam mobil Jensen. Kenapa ia tak memegangnya saja dan berjaga-jaga jika hal ini mungkin saja terjadi. Bagaimana caranya untuk pergi dari sini. Leyna merasa luapan emosi dalam dirinya, matanya memanas. Leyna dapat merasakan air mata mulai terisi di pelupuk matanya. Leyna harus segera pergi dari sini atau Jensen mungkin akan mencarinya. Leyna ingin menjauh dari Jensen untuk saat ini, karena jika pria itu memintanya untuk kembali dan duduk di dalam ruangan itu, Leyna rasa ia tak sanggup lagi untuk melihat semua orang-orang yang tadi mengejeknya di sana. Leyna mempercepat langkah kakinya untuk pergi dari sana. "Mau saya carikan taksi nona?."sapa seorang pria berpakaian jas, Leyna rasa ia yang bertugas mejaga keamanan acara, Leyna menganggukan kepalanya setuju. Pria itu berdiri ke sisi jalanan dan menyetop taksi untuknya dan ketika ia mendapatkannya, Leyna segera masuk ke dalam dan taksi itu membawanya pergi dari sana seperti apa yang Leyna inginkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN