***
Leyna tiba di ruang kerjanya dan melihat beberapa para pegawai tengah berkrumun di suatu meja. Rasanya ingin mengabaikannya namun Leyna semakin penasaran untuk mengetahuinya, ia menghampiri mereka dan menemukan sebucket bunga di atas meja Erina. Wanita itu tersenyum dengan senang mendapatkan bunga itu, Leyna rasa itu dari kekasihnya. Wanita menyukai hadiah bunga dari para pria. Leyna hanya mengintip dari balik kerumunan sebelum memutuskan kembali ke balik mejanya, baru saja beberapa langkah ia sudah menghentikkan langkahnya.
"Benarkah? Jangan bercanda, bagaimana bisa bunga ini dari tuan Harden."
Leyna membalikan tubuhnya kembali memerhatikan ke arah krumunan, ekspresi Eriana nampak angkuh dan sombong. Kening Leyna mengerut, memandang curiga. Leyna tak bisa berkata jika itu mungkin saja diberikan untuknya, karena Jensen adalah kekasihnya. Seharusnya lebih mudah bqginya berkata demikian karena hal itu memang benar, namun Leyna mengurungkan niat itu dalam satu langkah maju mendekati meja Eriana.
Mungkin saja jika Eriana dan Jensen berkencan, Jensen bisa saja memiliki kekasih sebanyak apapun yang dia inginkan karena banyak wanita yang menyukainya. Leyna membalikan tubuhnya untuk pergi dari sana. Perasaanya berubah, moodnya memburuk, baru saja menjadi kekasih Jensen dan menghabiskan waktu menyenangkan semalam, Leyna bahkan sudah memutuskan untuk membuka hati namun kejadian pagi ini membuat perasaannya meragu.
Leyna pergi menuju meja kerjanya, memencet tombol power di cpu. Leyna mengenyahkan pemikiran itu, namun rasa penasaran itu terlaku besar menggerogoti akal sehatnya. Leyna ingin bertemu dengan Jensen dan bertanya langsung padanya mengenai hal ini, Leyna ingin mendengar jawaban itu dari bibirnya seraya menatap tepat di matanya. Leyna akan mengajaknya makan siang, Leyna ingin mengirim pesan pada Jensen namun ia masih ragu. Jika ini tidak benar maka akan sangat memalukan terlihat begitu posesif. Leyna mengeluarkan ponsel dari tasnya. Ingin mengetik sesuatu untuk Jensen namun dia urungkan ketika Eriana pergi menghampiri mejanya.
"Hai Leyna."
"Oh hai."Leyna mendongak untuk menatap Eriana yang datang menghampirinya dengan wajah sumringah. Ia kelihatan senang dengan hadiah bunga itu, melihatnya sebahagia itu membuat Leyna merasa kesal namun ia menahan diri untuk tidak menunjukkamnya di hadapan Eriana yang tak tahu apapun tentang hubungannya dengan Jensen.
"Aku senang sekali dengan bunga itu dan berpikir untuk membeli kan hadiah untuk Jensen. Ku dengar kau punya sahabat laki-laki dan beberapa kali aku melihatnya. Kalian terlihat akrab dan aku jadi bertanya-tanya kau pasti punya rekomendasi yang bagus untuk hadiah."
Tanpa Leyna sadari tangannya terkepal dengan erat di bawah meja. Leyna menarik sudut bibirnya senyuman yang ia paksakan walau terlihat enggan. Leyna tak bisa memikirkan apapun, saran yang bisa ia berikan kepada Eriana. Kekesalan terlalu menekannya hingga membuatnya muak. Leyna berusaha untuk menahan diri.
"Apa ya! Seharusnya kau tahu apa yang ia inginkan."Leyna semakin dibuat jengkel, semua orang di sini memiliki teman pria tapi kenapa Eriana harus bertanya padanya. Hal ini membuat Leyna bingung. Hanya perasaan Leyna atau Eriana memang terlihat berbeda. Ekspresinya terlihat kesal hingga membuat Leyna bertanya-tanya kenapa. "Owh. Kau benar. Aku akan mengingat-ingat apa yang dia inginkan."
Kenapa tidak ia lakukan itu saja di bandingkan dirinya. Eriana jelas ingin mempertegas hal itu di hadapannya. Mungkin karena Leyna tak ikut berkrumun di mejanya untuk melihat bunga pemberian Jensen. Eriana membalikan tubuhnya memunggungi Leyna baru satu langkah ia ambil untuk pergi dari hadapan Leyna ia menghentikkan langkahnya. Leyna memanggil namanya, ketika Eriana membalikan tubuhnya menghadapnya Leyna tengah menatapnya dengan perasaan yang membuat Eriana penasaran.
"Sejak kapan kau berkencan dengan Jens.. maksudku. tuan Harden."Leyna bertanya dengan serbuan kekecewaan, Erian tersenyum dengan matanya yang melirik ke arah kiri nampak memikirkan sesuatu.
"Cukup lama."ucapnya ketika kembali menatap Leyna dengan bibir tersenyum lebar yang membuat perasaa Leyna kecewa. Menyakitkan mendengar hal itu, Leyna terus mengamati Eriana bahkan ketika wanita itu pergi menjauh dari meja kerjanya. Leyna memutuskan untuk menghubungi Jensen. Ia tak bisa menunggu lebih lama, Leyna terlalu penasaran untuk mengetahui nya.
'Bunga yang bagus atas namamu untuk rekan kerja ku. Ku dengar hubungan kalian cukup lama. Jika ini lelucon katakan padaku agar aku tidak merasa seperti wanita yang tersakiti. Jika hal ini benar, ini akan menjadi alasan bagus bagimu untuk menghindariku sekarang juga karena aku tak suka di cap sebagai perebut kekasih orang.'-Leyna
'Apa maksudmu? Bunga itu untukmu apa kau berpikir aku memberikannya untuk orang lain!.'-Jensen.
'Kelihatannya begitu, aku tahu kau mampu tapi aku tidak bisa melakukannya, seharusnya kau tidak berkencan denganku jika sedang berkencan dengan rekan kerjaku.'-Leyna.
'Kita bahas ini nanti aku sedang di tengah-tengah rapat.'-Jensen.
Leyna tak membalasnya, ia memilih untuk mengabaikannya dan mengerjakan pekerjaannya. Leyna memasang earphone pada telinganya, tenggelam dalam musik hip hop untuk melupakan apa yang tengah ia rasakan. Leyna merasakan sengatan di jari-jemarinya, ketika ia mendongak, Banner berdiri di hadapannya seraya menyodorkan kopi dingin untuknya.
"Wow. Terima kasih Banner."Leyna menerima kopi yang Banner sodorkan padanya, ia langsung menyeruput kopi itu, kopi adalah yang terbaik untuk memperbaiki mood. Kening Banner mengerut ketika melihat ekspresi Leyna. Tidak biasanya wanita itu menunjukkan ekspresi seperti itu ketika di jam kerja. Leyna selalu bersemangat untuk memulai pekerjaannya. Jika beberapa dari orang tak menyukai pekerjaan mereka dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan pasangan mereka, percayalah Leyna itu berbeda.
"Kau terlihat buruk. Sesuatu menganggumu?."Leyna menghela nafas lalu tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.Mood nya sangat buruk pagi ini karena wanita itu padahal malam ini ia menghabiskan waktu yang sangat-sangat mendebarkan bersama dengan Jensen.
"Baik-baik saja. Hanya ada beberapa yang sedang ku pikirkan. Kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu? Ou.. jam berapa kau pulang kemarin malam?."Leyna mengingat lagi kejadian di malam itu, ia melihat Banner berada di lobby ketika ia dan Jensen masih berada di dalam mobil. Pertanyaan ini membuat Leyna kembali mengingatnya. Namun sepertinya Banner tak melihatnya karena reaksi yang ia tunjukkan saat ini bukan seperti Banner tabloid ketika ia tengah mencari sebuah informasi.
"Tidak begitu lama. Jam 8.50 menit. Terlalu banyak. Ada beberapa yang ingin ku tanyakan. Ini tentang pekerjaanku yang di luar. Kau tahu kan!."
Leyna tahu, Banner mengerjakan project di luar kantor. Seharusnya ini tidak boleh dilakukan namun ia tetap melakukannya, Leyna pernah memergokinya tengah mengerjakan hal lain namun Leyna tak mau ambil pusing dengan itu. Selama ia masih bertanggung jawab penuh pada tim mereka, Leyna akan mengabaikannya.Banner bertanggung jawab dalam setiap pekerjaannya, kadang-kadang apa yang Banner lakukan membuat Leyna terkesan. Leyna selalu terkesan melihat seorang pekerja keras. Mereka adalah yang terbaik.
"Apa itu?."Banner bergegas mengambil kursi kerjanya dan kertas kerja miliknya. Ia menaruh kursi kerjanya di sebelah Leyna dan duduk di sana sebelum menunjukkan kertas itu di hadapannya agar ia dapat membacanya.
"Ini. Kau bisa jelaskan kemungkinan tingkat keberhasilannya jika profitnya dan secara kasar ia memiliki neraca dan laba rugi seperti ini. Karena belum semua. Tidak banyak hanya saja aku ingin memastikan jika langkah yang ku ambil tidak akan merugikan perusahaan."
Leyna mulai membacanya sementara Banner menatapnya lalu kertas kerjanya dengan cemas, Leyna memahami itu lalu menjelaskan semuanya, secara detail ia tak pelit untuk informasi semacam itu. Banner adalah teman dekatnya di tim. Leyna tertawa ketika Banner mengatakan hal lelucon tentang kencan nya di akhir pekan lalu. Mereka melakukan hubungan semalam dalam pertemuan pertama mereka. Lalu wanita itu berkata untuk tidak menghubunginya lagi karena Banner bukan tipe kesukaannya.
"Dia mencampakanmu setelah mengajakmu bercinta. Keterlaluan."gerutu Leyna ikut merasa kesal atas apa yang Banner katakan. Banner tertawa melihat respon yang Leyna berikan, wanita itu memang memiliki jiwa simpatik yang cukup tinggi.
"Ya. Tapi aku bisa mencari wanita lainnya. Dia ingin membayar hotelnya dan aku membiarkannya dengan senang hati."Leyna memutar kedua bola matanya malas. Dasar pria. Ini tidak terdengar bagus, karena menurutnya Banner sama saja.
"Permisi maaf jika aku menganggu."Leyna dan Banner mendongak betapa terkejutnya Leyna ketika melihat Jensen berada tepat di hadapannya. Pria itu membawa sebucket bunga yang membuat kehebohan di kantor. Bagaimana tidak, seorang Jensen Harden datang membawa bunga untuk seorang wanita. Leyna tak menyangka jika ia akan menjadi wanita beruntung itu.
Ada hal aneh ketika Leyna menatap Jensen ekspresinya terlihat kesal, Leyna mengikuti arah pandang Jensen yang ternyata mengarah pada Banner. Tidak mungkin Jensen mengira Banner mendekatinya karena memiliki hubungan kan. Jensen kembali menatap Leyna yang membuat nya berdiri untuk menerima bucket bunga yang Jensen berikan padanya.
"Tuan Harden."sapa Banner seraya mengulurkan tangannya pada Jensen yang pria itu sambut dengan enggan. Lalu tatapan Jensen kembali pada Leyna yang tengah memerhatikan bunga itu dengan tatapan kagum. Leyna menyukainya.
"Aku ingin mengajakmu makan siang."Spontan Leyna menatap Jensen sebelum beralih memandang jam dinding di ruang kerjanya, kurang 5 menit waktunya makan siang. Leyna menganggukan kepalanya merasa malu karena menjadi bahan tontonan beberapa karyawan.
"Tuan Harden."sapa David yang baru saja keluar dari dalam ruang kerjanya. Ia menghampiri Jensen dan menjabat tangannya.
"Saya ingin mengajak Leyna makan siang bersama."David nampak bingung, ia menolehkan wajahnya ke arah Leyna bertanya-tanya. Leyna di serang rasa gugup. Namun perasaannya berubah ketika David mengizinkan nya.
"Tentu saja."
Leyna menaruh bunga itu di mejanya, ia mengambil dompet dan ponselnya. Ketika tatapan nya bertemu dengan Banner, pria itu menatapnya seolah berkata. Kau bercanda, ini gila. Kau berkencan dengannya. Tapi Leyna mengabaikannya dan hanya melempar senyum tipis. Jika Selly ada di sini sudah pasti akan menjadi heboh. Leyna berkata tidak tertarik namun kini ia malah mengencaninya. Sikap Jensen membuat Leyna tertegun, kekesalannya lenyap begitu saja. Jensen menggenggam tangan Leyna dan menbawanya keluar dari ruang kerjanya. Ketika melewati meja kerja Eriana wanita itu ada di sana duduk di balik layar komputernya. Bunga itu sudah tidak ada, tadinya ia memajangnya di samping komputer. Leyna ingin berkata pada Jensen namun melihat ekspresi yang Eriana tunjukan saat ini membuat Leyna mengurungkan niat itu.
"Dia akan meminta maaf padamu. Segera."ucapan Jensen membuat Leyna terkejut. Jensen mengetahui apa yang Leyna pikirkan. Leyna menyentuh lengan Jensen posesif, tidak seburuk itu mengenalkan pada dunia tentang kekasihmu yang luar biasa. Perkataanya tadi membuat Leyna tersentuh, ia tak tahu jika Jensen akan bersikap seperti ini.
"Kau mengetahuinya?."gumam Leyna menatap sisi wajah Jensen.
"Ada sesuatu yang mengusik kekasihku. Tentu saja aku harus mengetahuinya."
Ini terasa norak dan berlebihan, namun menyenangkan untuk di dengar, Leyna merasa tersentuh dengan sikap Jensen. Pria itu menunjukkan padanya jika ia jngin mempertahankan hubungan ini dengan meluruskan permasalahan di antara mereka berdua. Tadinya Leyna terlalu takut untuk memamerkan hubungan ini namun kini perasaan itu berbanding terbalik dengan apa yang ia takuti, Leyna menyukainya. Memamerkan hubungannya dengan Jensen di hadapan semua orang. Genggaman tangan Jensen tak membuatnya takut, keberadaannya membuat Leyna merasa nyaman. Ketika semua orang menatap mereka dengan tatapan bertanya-tanya Leyna tidak peduli dengan semua ekspresi itu, yang kini ia inginkan adalah bersama dengannya.
"kau menghampirinya tadi?."diam-diam Leyna merasa penasaran bukankah akan menyenangkan bagi Eriana mendapat perhatian lebih dari Jensen walau dengan cara yang salah.Ahh kenapa dia jadi posesif begini, tapi hal itu sungguh mengganggunya. Semua orang bisa melakukan apapun untuk menarik perhatian.
"tidak. Kurir bunga yang menariknya kembali. Aku lebih suka berurusan langsung denganmu untuk menyelesaikan kesalahpahaman ini."Leyna terkekeh, ia menekan tombol lift untuk turun, mobil audi berwarna hitam sudah terparkir di lobby gedung. Leyna mengikuti Jensen untuk masuk ke dalam sana. Lalu mobil itu meluncur pergi ke suatu tempat yang Leyna tak tahu itu dimana. Ketika Leyna bertanya tentang tujuan mereka Jensen bilang tempat nya tak jauh dari sini, ia bilang makanannya terkenal sangat enak. Sebenarnya Leyna tak terlalu rewel dengan makanan.Ia akan menuruti apa yang Jensen lakukan.