Leyna merasa nyaman melihat Jensen begitu nyaman di rumahnya. Leyna mengambil plastik bekas makan mereka lalu membuang nya ke tempat sampah di dapur. Jensen pergi menuju dapur dengan dua gelas bening yang langsung Leyna ambil dari kedua tangannya.
"Biar aku saja."
Leyna mencuci kedua gelasnya sementara Jensen berada di sebelahnya memerhatikan dengan bibir berkedut yang membuat Leyna gugup. Setelahnya Leyna melewati Jensen seraya melirik pria itu dengan kedua alis terangkat. "Jangan melihatku seperti itu."
Jensen menarik sebelah tangan Leyna hingga menghadap ke arahnya. "Kau kekasihku sekarang."
"Hmm, tapi.. Kenapa aku! Padahal banyak wanita di luar sana Jensen. Aku tidak mengerti."Jensen hanya menatap Leyna begitu intens, sementara Leyna hanya terdiam membalas tatapan itu dengan ekspresi yang seolah terhipnotis dengan kedua mata Jensen yang mengunci tatapannya hingga membuat Leyna enggan untuk memalingkan wajahnya seperti yang biasa ia lakukan.
"Karena aku hanya menginginkanmu. Aku tidak peduli pada mereka. Yang ku pedulikan hanya kau."
Jensen meraih sisi wajah Leyna lalu menarik nya mendekat dan menempelkan bibirnya di bibir ranum wanita itu. Leyna memejamkan matanya hatinya bergetar ketika Jensen mengatakan hal itu, Leyna sudah bertekad untuk mencoba membuka hatinya. Jensen mengulum bibir Leyna, atas dan bawah secara bergantian, Leyna memejamkan merasakan sentuhan lembut itu pada bibirnya. Leyna merasakan jantungnya berdebar, ia mengikuti apa yang Jensen lakukan pada bibirnya. Wajahnya memerah ketika Jensen memperdalam ciumannya.
Leyna merasa tersengat ketika lengan kulit Jensen merengkuh pinggangnya, menariknya agar lebih dekat. Leyna memegang lengan Jensen, mencengkram lengannya sebagai pertahanan diri. Leyna merasa kepalanya berputar seolah dunia bergerak mengelilinginya. Kemudian ia merasakan tubuhnya jatuh di sesuatu. Lidah Jensen menyeruak masuk menggoda lidahnya. Leyna mencengkram bagian belakang kepala Jensen, rambut Jensen terasa halus di jari-jemarinya. Ciuman Jensen semakin menuntut, Leyna terengah nafasnya memburu dalam gulungan hasrat yang membakar diri. Jensen menarik diri, matanya berkabut akan gairahnya yang sudah terbakar.
Leyna merasakan deru nafasnya yang tak beraturan, jantung nya berdegup dengan kencang, sebelah tangannya berada di bahu Jensen, sedikit meremas. Leyna baru merasakan ciuman seperti ini dengan Jensen. Butuh beberapa detik bagi Leyna menyadari tentang posisinya saat ini. Jensen berada tepat di atasnya, sepanas ini.
Ini terlalu luar biasa, bahkan terasa berlebihan karena Leyna terlalu menyukainya. Berbeda ketika Jensen mencium bibirnya di halaman gedung perusahaannya. Terlalu lambat hingga membuat Leyna menahan diri membalas ciuman itu. Jensen kembali mencium bibirnya, sapuan bibir Jensen di permukaan bibirnya membuat Leyna mengerang. Jensen mencium sisi wajahnya lalu menghirup tengkuknya yang membuat Leyna bergidik ketika Jensen menyentuhnya.
Leyna memejamkan mata ketika Jensen kembali mencium bibirnya, ketika sentuhan tangan Jensen menyentuh kulit tubuhnya, Leyna menahan nafas. Jensen tak mengatakan apapun, ketika tatapan mereka bertemu Leyna tahu apa yang Jensen inginkan. Ia berkata tanpa bicara hanya dengan tatapan. Leyna menginginkan hal yang sama. Semuanya sudah berantakan, Leyna tak bisa berhenti sekarang.
"Leyna."panggil Jensen lirih, suaranya terdengar berat, gairahnya sudah meledak-ledak. Leyna mengerang dalam ciuman Jensen yang terlalu menggairahkan.
*
Leyna tidak pernah merasakan tidur selelap ini selama hidupnya. Bahkan Edward dan Viona berkata jika Leyna suka mengigau dan gelisah dalam tidurnya. Ia kerap berkata tentang pekerjaannya walaupun dalam keadaan tertidur. Ketika Leyna membuka mata ia di hadapkan dengan tubuh polos seseorang. Mendadak tubuhnya membeku, Leyna mendongak dan mendepati wajah tampan Jensen di atas kepalanya. Ketika Jensen menggeliat Leyna buru-buru memejamkan mata. Apakah tidak apa jika ini ketahuan. Leyna belum pernah tidur dengan siapapun, Jensen adalah orang pertama yang melakukan hal ini dengannya.
Leyna merasakan sentuhan lembut di keningnya, Jensen meninggalkan ciuman lembut di sana Leyna tak bisa membuka matanya walau ia ingin. Momen ini apakah tidak akan menjadi aneh. Jensen sangat menyadari itu, jika hal ini adalah hal pertama baginya. Pria itu begitu terkejut ketika mengetahuinya namun Leyna terlalu malu untuk mengatakannya.
"Aku tahu kau sudah bangun."Leyna terkejut mendengar apa yang Jensen katakan. Bagaimana bisa ia mengetahuinya. Perlahan-lahan Leyna membuka matanya dan Jensen langsung menyerangnya dengan ciuman singkat tepat di bibirnya. Hal itu membuat Leyna mengerjapkan matanya karena ciuman itu terlalu tiba-tiba. Diam-diam Leyna melirik ke arah tubuhnya dan seketika itu juga kedua matanya melebar, ini terlalu mengejutkan karena kini tubuhnya hanya berbalut selimut tidurnya. Leyna tak tahu dengan Jensen tapi sepertinya ia tak begitu.
“Maaf aku tidak tahu jika kau..”
“Bisa kita jangan membahasnya!.”Leyna memutar kedua bola matanya malas, Jensen menatapnya dengan bingung, ia tak mengerti untuk sesaat sebelum akhirnya bibirnya berkedut menahan tawa.
“Apa saja yang kau lakukan selama ini! Aku tak menyangka kau.. maaf tapi ini tidak buruk, anehnya aku menyukainya.”Jensen menyingkirkan helaian rambut Leyna di wajahnya lalu mengusap sisi wajah Leyna. Rasanya nyaman sekali, Leyna memejamkan mata menikmati sentuhan tangan Jensen.
“Aku hanya... ya, tidak tahu. Belum bertemu dengan pria yang tepat.”Jensen tersenyum dengan lebarnya, ini memalukkan ia merutuki pikirannya melihat bagaimana ekspresi Jensen saat ini.
“Aku semakin senang mendengarnya. Kemungkinan aku adalah pria yang paling tepat untukmu.”
Leyna tak mau mengambil pusing tentang pemikiran itu, ia bangkit terduduk namun kedua tangannya bergerak cepat menutup tubuh bagian depannya, Leyna hampir saja lupa jika saat ini tubuhnya polos.
"Mau ku ambilkan pakaianmu?."ucapan Jensen membuat Leyna melemparkan tatapan sengit dengan kedua mata menyipit ke arahnya. Bisa-bisanya laki-laki itu bersikap baik yang membuatnya malu seperti ini.
"Tidak perlu. Mandilah duluan."
"Kau saja duluan. Aku bisa menunggu."Jensen benar-benar membuat Leyna kesal bukan main. Leyna tak tahu dimana pakaiannya mungkin tepat di sisi tempat tidur, yang pasti terlalu jauh dari jangkauannya. Jensen mempermainkannya, bisa dilihat dari ekspresi yang ia tunjukan saat ini.
"Jensen."gerutu Leyna yang membuatnya tertawa. Ketika Jensen keluar dari dalam selimut, Leyna langsung memalingkan arah pandanganya. Jensen berajalan menuju ambang pintu kamar, begitu cepat sampai di sana membuat Leyna bertanya-tanya ternyata laki-laki itu memakan clana panjang ketika mereka tidur. Entah kenapa Leyna merasa senang dengan hal itu.
"Seharusnya kau tidak perlu bersikeras menutup semuanya, kau tahu aku mengingat semua itu. Aku sudah melihat semuanya.
"Jensen."ucap Leyna memperingatkannya untuk tidak menggodanya lagi. Ketika pintu tertutup Leyna menutup wajahnya menggunakan bantal, ia berteriak frustasi merasa begitu malu. Wajahnya memerah, kedua kakinya menghentak-hentak di balik selimut.
"Memalukkan."gerutu Leyna frustasi.
Leyna memungut pakaiannya yang terjatuh di atas lantai, dan kini ia di landa perasaan malu untuk keluar dari kamar ini dan berpapasan dengan Jensen. Ketika Leyna membuka pintu kamarnya Jensen sudah siap dengan setelan kerjanya. Jensen berada di dekat dapur, Leyna belari menuju toilet mengabaikan Jensen yang memanggil namanya.
***
"Jangan mengabaikanku."Leyna dapat merasakan perasaan hangat ketika Jensen menggenggam sebelah tangannya. Ibu jarinya mengelus lembut punggung tangan Leyna. Mata wanita itu mengedar ke segala arah memastikan jika tidak ada karyawan satu kantornya yang berada di sana. Leyna sudah minta Jensen untuk tidak mengantarnya atau menurunkannya di halte dekat kantor namun Jensen menolak nya mentah-mentah.
"Ahh sudah. Terima kasih."Leyna ingin mendorong pintu mobil Jensen namun ia langsung menahan pergelangan tangan Leyna yang masih berada di dalam genggaman tangannya. Leyna menoleh pada Jensen. Ia tak mengatakan apapun tapi tatapannya seolah berkata sesuatu.
Leyna mendekati Jensen untuk mencium bibirnya yang membuat Jensen meraih pinggang Leyna. Membalas ciuman itu tak kalah b*******h. Ini menyenangkan, karena Leyna mulai bersikap seperti apa yang Jensen inginkan, Jensen ingin Leyna bermanja-manja dengannya seperti pasangan lainnya. Mungkin ini hal pertama bagi Leyna tak menetapkan batasan berlebih kepada Jensen. Leyna sendiri sudah memikirkan tentang hal ini. Membuka hatinya untuk Jensen.
"Sampai jumpa nanti."ucap Jensen yang di balas Leyna dengan anggukan kepalanya.
"Ya. semoga harimu menyenangkan."