*** Di dalam toilet, Willem menyandarkan punggungnya yang lebar pada pintu, merasakan dinginnya permukaan kayu di belakangnya. Ia menengadahkan wajah ke langit-langit yang terhampar di atas, menutup kedua matanya rapat-rapat. Dalam keheningan itu, kedua tangan besar dan kekar miliknya bergerak meraup wajahnya dengan kasar, seolah ingin menghapus semua beban yang menggelayuti pikirannya. Desahan kasar keluar dari mulutnya, mencerminkan frustasi yang mendalam. Setelah beberapa saat tertegun dalam keheningan, Willem membuka matanya, menegakkan tubuhnya. Ia berjalan menuju wastafel, menyalakan keran, dan membasuh wajahnya berulang kali dengan air dingin. Setiap percikan air yang menyentuh kulitnya seolah berusaha menyegarkan pikirannya yang kian kusut. Setelah merasa cukup, Willem mengeri