***** “Will...” suara serak Marina memecah kesunyian malam yang damai di dalam kamar yang sejuk namun berantakan. Bantal-bantal berserakan di lantai, berbaur dengan potongan-potongan pakaian yang tidak teratur. Celana panjang Willem tergeletak di salah satu sudut, sementara kaos dan boxer-nya terdampar di tempat lain. Sedangkan dress Marina, bersama dengan celana dalam dan bra-nya, berserakan di mana-mana, menambah kesan berantakan malam itu. Jemari lentik Marina dengan lembut menarik ujung selimut, berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terekspos, sebelum mengubah posisi tubuhnya untuk menghadap Willem yang tengah berbaring terlentang di sampingnya. Willem memiringkan kepala, menatap Marina dengan penuh perhatian. “Hem, kenapa sayang?” tanyanya, suaranya lembut dan penuh kehangatan. P