Sepulangnya Axel dari rumah Vianka, Vianka memutuskan untuk menelpon Zacky.
“Halo Vik, ada apa?”
“Lo di mana Zack?”
“Gue lagi di apart nih, lagi beresin barang – barang.”
“Loh lo pindah sekarang?”
“Iya Vik, soalnya nyokap sama bokap mau ke Surabaya besok. Jadi gue pindah kesini.”
“Eh tungguin dong, gue mau kesana bantuin lo beres – beres.” Putus Vianka.
Vianka beranjak dari kasurnya, “Untung gue udah mandi.” Saat membuka pintu, ada Sam berdiri di sana hendak mengetuk pintu kamar Vianka.
“Dek mau ikut ke apartemen Zacky ga?” Tanya Sam.
“Eh baru aja Vianka mau ajakin abang.”
“Pantesan lo udah rapih,ya udah yuk ah.” Ajk Sam seraya berbalik.
Di mobil.
“Dek, abang mau nyewa apart juga. “
“Wah bagus dong bang, jadi bisa deketan sama gue.” Seru Vianka.
“Bukan buat gue.” Ucap Sam.
“Lah terus?”
“Buat Fiona.”
Vianka kaget, “What? Abang serius?”
Sam mengangguk, “pasti lo belum tau ya dek, gue di jodohin sama tu nenek lampir.”
“OMG bang, itukan cewek yang suka buli gue di sekolah.” Protes Vianka, “Lo juga ngapain mau – mau aja sih di jodohin sama Fiona. Dia itu cewwk gak bener bang, pokoknya gue gak mau punya kakak ipar kayak dia.” Lanjut Vianka.
“Gue juga gak mau kali.”
“Terus kalo gak mau kenapa gak tolak aja Bang?”
“Papa itu terpaksa jodohin abang, soalnya kan bapa si Fiona itu bawahan papa, terus di perusahaan ada yang aneh sama keuangannya Ini juga gue lagi ngumpulin beberapa bukti buat bantuin papa.”
“Oh gitu, bagus deh kalo papa udah tau.” Ucap Vianka, “Lo jangan mau kena rayuan si Fiona ya bang, gue gak suka sama dia soalnya.”
“Iya dek.” Ucap Sam.
–
Sesampainya di apartemen milik Zacky, Vianka melihat lelaki itu malah sedang tertidur pulas di atas kursi.
“ZACKYYYYYYY!” Teriak Vianka membuat Zacky langsung terbangun gara – gara teriakannya.
“Dek udah malem.” Ujar Sam.
“Ck dasar, ganggu banget sih.” Protes Zacky seraya berjalan menuju kamar mandi.
“Lo kesempatan banget ya Zack, tau gue mau kesini lo malah enak – enakan tidur.” Gerutu Vianka seraya mengangkat dus yang berisi sepatu milik Zacky, kemudian menaruhnya berpasangan di rak sepatu.
“Hm.” Gumam Zacky setelah keluar dari kamar mandi.
“Lo sengaja tidur kan?” Gerutu Vianka dengan bibir yang sedikit dimajukan.
“Emang, Wle.” Ledek Zacky.
“Lo berdua berantem mulu sih.” Cibir Samuel.
“Biarin!” Protes Vianka dan Zacky barengan.
“Bete gue liatnya.” Gerutu Samuel.
“Itu sih DL!” Ledek Vianka dan Zacky barengan.
“Lo –“ Tunjuk Vianka seraya menatap Zacky sengit.
Zacky menatap Vianka tak kalah sengit nya, “Apa?”
“Sini lo kalo berani.” Teriak Vianka seraya memegang sapu.
“Tangan kosong kalo berani!” Ledek Zacky.
“Wah, nantangin gue lo?” Tanya Vianka seraya menjatuhkan sapu kemudian menyingsingkan lengan sweaternya ke atas.
Zacky menatap Vianka dengan pandangan remeh, jari telunjuknya berada di depan wajahnya.
“Sini lo.” Tantang Zacky seraya berjalan mundur.
“Kok lo mundur sih? Cemen.” Ejek Vianka seraya terus melangkahkan kakinya menghampiri Zacky, “sini jangan banyak gaya elah.”
Zacky semakin mempercepat langkah mundurnya, dia berniat untuk mendekati Samuel dan berlindung di belakangnya.
Sementara, Samuel tengah menatap Vianka dan Zacky dengan pandangan kesal.
“HEH” Bentak Sam kesal seraya menatap Vianka dan Zacky bergantian, “bisa diem gak sih.” Ketus Samuel sedikit menurunkan nadanya.
Bentakan Samuel membuat Vianka dan Zacky langsung terdiam, mereka sama – sama menunduk.
“Kenapa pada diem?” Sentak Sam.
“Tadikatanyasuruhdiem.” Jawab Vianka dengan cepat kemudian langsung mengatupkan bibirnya kala Zacky menyenggolnya.
“Bilang apa?” Tanya Samuel pada Vianka.
Vianka menggelengkan kepalanya, “gak ada.”
Dalam hati, ingin sekali Samuel menertawakan tingkah Vianka dan Zacky yang tengah berdiri kaku di depannya. Namun dia harus memberi pelajaran dulu kepada mereka berdua yang selalu saja berantem gara – gara hal yang sepele.
“Loh kenapa nunduk?” Tanya Samuel.
Vianka dan Zacky menunduk seraya beradu tatap, saling menyalahkan.
“Zacky yang salah bang, dia mulai duluan bukan Vika.” Cicit Vianka enggan menatap mata milik Sam, menurut Vianka abangnya itu kalo sedang marah seperti harimau yang siap menerkam mangsanya.
“Lo lah yang salah, lo mulai duluan.” Bantah Zacky.
“Lo ih!”
“Lo Vianka, LO!” Tunjuk Zacky.
“LO”
“LO”
‘BRAKK’
Samuel menggebrak meja yang berada di dekatnya, hal itu membuat Vianka dan Zacky terkejut.
“Ulangi, siapa yang salah?” Tanya Sam semakin emosi.
“Vi – anka bang.” Ucap Vianka menyalahkan dirinya.
Zacky menggeleng tak terima, “Bukan bang, itu salah gue.” Lirih Zacky.
“Enggak kok, itu salah Vika.” Cicit Vianka.
“Salah gue kok Bang.”
“Gue ulangi sekali lagi, siapa yang salah?” Sentak Sam.
“Kita berdua!” Jawab Vianka dan Zacky kompak.
Samuel tersenyum sinis, “bagus, sini kalian.” Titah Samuel pada Zacky dan Vianka.
“Duduk!” Titah Samuel.
Vianka dan Zacky mendekat ke arah Samuel,kemudian duduk di samping Samuel mereka berdua mendapatkan cubitan di bibir mereka masing – masing.
“Awsh.” Ringis Vianka.
“Lain kali kalian berantem lagi ya, biar dapet cubitan lagi dari abang. Udah sana beresin lagi barang – barangnya, abang keluar dulu cari makanan.” Titah Sam.
“Iya bang.” Angguk Vianka.
“Sana baikan dulu.” Ujar Sam seraya beranjak pergi menuju pintu keluar.
Zacky mengangguk, kemudian memeluk tubuh Vianka dengan erat.
“Yang tadi kurang heboh ya, berantemnya.” Ucap Vianka di dalam pelukan Zacky.
Zacky mengangguk pelan seraya terkekeh, “iya kurang seru, besok – besok kita bikin bang Sam naik darah ya.” Kekeh Zacky diiringi tawa Vianka.
“Gue juga keluar bentar ya Vik.” Pamit Zacky meninggalkan Vianka sendiri.
“Jangan lama!” Ucap Vianka.
Kini di ruangan sebesar ini Vianka hanya sendiri, dia dengan giatnya membereskan satu persatu barang.
“Ya ampun, si Zacky barangnya banyak banget sih.”
Vianka membuka salah satu kardus, dia berniat mengeluarkan barang yang ada di dalam kardus itu. Saat kardus itu terbuka Vianka mencoba mengambil barang yang ternyata itu adalah sebuah buku diary milik Zacky.
‘HAPP’
Tiba – tiba seekor cicak dari dalam kardus melompat ke tangan Vianka, lalu merayap sampai siku, hal itu membuat Vianka mengibaskan lengannya kemudian melompat kabur ke arah pintu luar.
Vianka menjerit kaget akan hal itu, siapa yang tidak takut ketika melihat cicak merayap ke tangannya.
“AAAAAAAAAAAAA! Zacky ! ABANGGGGGG!” Teriak Vianka ketakutan seraya berlari masuk kembali ke dalam dan bersembunyi di belakang sofa.
Satu hal yang Vianka takuti, dia sangat takut pada hewan yang seperti cicak. Pernah saat dia kecil, dia tak sengaja masuk ke gudang belakang rumahnya. Matanya menangkap sebuah sepeda kecil, niatnya untuk mengambil sepeda itu. Tapi saat dia menyentuh jok sepedanya, tiba – tiba ada cicak jatuh menimpa tangan mungil Vianka. Sejak kejadian itu, dia semakin membenci saat melihat seekor cicak dan sejenisnya.
‘HIKSS’ Vianka menangis saat mengingat kejadian itu, di tambah lagi cicaknya kembali masuk ke dalam.
“AAAAAAAA! ABANG SAMMMM” Teriak Vianka.
“Vianka sayang, kamu kenapa?” Tanya Sam di ambang pintu.
“Abang, ada cicak!” Rengek Vianka seraya berlari menuju Sam untuk memeluknya.
“Aduh, mana cicak nya? Udah pergi tadi, emangnya cicaknya bisa ke bawah ya?” Tanya Sam.
“Hiks, abang gak tau aja. Cicaknya tadi lompat kayak kodok.” Rengek Vianka masih dengan mata yang menangis.
“Mana ada cicak lompat, ngaco kamu .” Sanggah Sam.
“Ada ih, cicaknya tadi lompat dari dalam kardus. Terus cicaknya lompat ke tangan Vianka sampe siku, terus lompat kabur ke luar. Abis itu cicaknya balik lagi masuk ke dalam, gak tahu mau ngapain.” Jelas Vianka.
“Hahaha, iya iya abang ngerti. Udah dong jangan nangis, cicaknya juga udah pergi. “ Kekeh Sam menahan tawanya.
Bukannya berhenti, Vianka semakin menangis. Tiba – tiba saja, ‘BUGHH’.
Sam tersungkur saat Axel menariknya lalu memberikan dia sebuah bogeman.
Melihat kejadian itu, Vianka kaget melihat Axel memukul kakaknya, dia tak bisa berkata apapa saking syok nya.
“Axel bego lo.” Umpat Zacky menghentikan Axel yang tengah di selimuti kemarahan.
Axel marah saat perempuannya di peluk lelaki lain, cukup Zacky saja tidak untuk yang lain.
Axel yang belum melihat siapa lelaki yang sedang dia duduki, langsung menengok pada Zacky meminta penjelasan.
Zacky melotot tajam, matanya melirik laki – laki yang sedang Axel tindih.
“Bang sam?” “Lo?” Tunjuk Axel dan Sam barengan.
Axel berdiri, dia menatap Samuel dengan cengiran khasnya.
“Sini gue bantu bangun bang.” Ucap Axel seraya mengulurkan tangannya.
Samuel menepis tangan Axel, “Dek bangunin abang.” Pinta Axel pada Vianka.
“Dek?” Heran Axel.
“Lo, habis.” Ucap Zacky tanpa suara.
Axel tersadar, dia sudah salah menghajar orang yang salah. Dia berniat untuk kabur, tapi sebuah suara menghentikan langkahnya. “Selangkah aja, lo gak bisa balik.”
Axel menatap Vianka dan Zacky bergantian. Dia meminta bantuan dari tatapannya. Vianka menatap Axel kasihan, disaat seperti ini dia tidak mau ikut campur urusan abangnya.
‘mau ngelangkah sama enggak juga, pasti kena bogem’ batin Axel meringis.
‘BUGH’
‘Tuh kan.’ Batin Axel membenarkan.
‘BUGH’
“b******k lo Xel.”
‘BUGHH’
Tubuhnya di hujani pukulan dari Sam, sekarang posisinya sama seperti Samuel tadi. Axel di tindih badannya di duduki Sam, lelaki di atasnya hendak meludahi wajah Axel namun Vianka langsung mencegahnya.
“Stop! Abang keterlaluan ish, minggir.” Usir Vianka mendorong tubuh Samuel.
“Cih.” Samuel mendecih seraya berdiri lalu masuk ke dalam apartemen milik Zacky.
Vianka menatap Axel yang sedang tersenyum padanya, “Aku kira kamu disakiti bang Sam. Hehe.” Kekeh Axel.
Vianka tak membalas ucapan Axel, dia membantu Axel berdiri. “Zack, lo ada kotak kesehatan ga?”
“Ada.”
“Bantuin gue bopong Axel dong.” Pinta Vianka.
“Ck, lo kalo mukul orang liat – liat dulu makanya. Lo lupa ya, bang Sam itu jagonya bertarung.” Ledek Zacky pada Axel.
“Gue gak tau kalo itu bang Sam Zack, kalo tau juga gak akan gue hajar kali.” Sahut Axel dengan ringisan.
“Ngapain lo bawa bocah itu kemari?” Tanya Sam sinis.
Axel meringis menatap kesinisan sam, “Bang Sam, maafin gue. Gue gak tau kalo cowoknya itu elo bang, tadi gue liat Vianka nangis sesenggukan sambil mukul – mukul tangannya bang, gue kira lo nyakitin dia.”
“Hm.” Sahut Sam.
“Udah beres belum dek?”
“Apaan bang?”
“Ngobatin si Axelnya? Kalo udah suruh pulang sana.” Usir Sam.