♡︎ Living Flawless 8

1258 Kata
Suara bising jalanan perlahan terhalang oleh semilir angin malam, membuat pemuda yang memakai hoodie hitam itu semakin mengeratkan kupluk sweater miliknya, sudah hampir empat jam dia berdiri di salah satu atap gedung tinggi di tengah kota, pemuda itu adalah Axel. Axel menutup matanya merasakan hembusan angin yang mengelus wajahnya, merenungkan semua yang sudah terjadi beberapa hari lalu. Ingatannya kembali pada saat pertemuan pertamanya dengan Vianka. Flashback! “Axel sayang, nanti bibi sama mama yang nganterin kamu sampe kelas ya, biarin papa yang nunggu di mobil ini.” Axel kecil hanya mengangguk, tubuhnya bergetar gugup, tangannya basah, dan matanya bergerak tak nyaman. Hal itu membuat Lina mengusap – ngusap punggung Axel untuk menenangkannya. “Kamu kenapa sayang? Ada yang mau kamu omongin?" Tanya Lina. “Nanti bakal ada yang mau temenan sama Axel gak ya ma?” Tanya Axel cemas. Lina tersenyum, “Ya ada dong sayang, kamu kan anak mama yang paling ganteng. Masa gak ada yang mau temenan sama kamu si.” “Mama yakin? Axel kan gendut ma.” Rengek Axel kecil, “Axel gak mau sekolah ah ma, sekolah nya di rumah aja boleh?” Kali ini sang papa yang sedang menyetir mendadak tertawa, “aduh Axel sayang kamu lucu banget ya, kamu anak siapa sih? “ “Axel anaknya papa Lior dong” “Nah, berhubung kamu anak papa Lior yang pemberani kamu juga harus ikutin papa. Dengerin papa ya, mau kamu gendut atau jelek pun kamu bakal tetep punya teman, karena apa? Karena pertemanan itu enggak dilihat dari gimana bentuk fisik seseorang sayang.” Jelas Lior sedikit menggantung. “Tapi?” Tanya Axel. “Tapi... Nanti papa lanjut... akan ada saatnya kamu mengetahuinya hal itu sayang.” “Ih papa kok setengah-setengah.” “Hahaha, udah sini cium dulu. Udah sampe.” Axel menghampiri papanya saat turun dari mobil, papa nya ikut berjongkok menyetarakan tubuhnya untuk mencium jagoannya. “Axel berangkat dulu pa.” Pamit Axel kecil seraya berjalan beriringan dengan mama dan bibi menuju sekolah barunya , tepat hari ini dia berulang tahun yang ke tujuh, dan bersamaan juga dia masuk SD. Mereka sampai di kelas, semua bangku sudah terisi penuh membuat Axel menunduk hendak nangis. Apa dia tidak akan jadi bersekolah karena tidak mendapat bangkunya. Batin Axel. Tiba - tiba, Axel dikejutkan dengan kedatangan seseorang di belakangnya. “Hallo!” Sapa gadis kecil seraya melambaikan tangannya tepat di depan wajah Axel. Gadis itu yang menghampiri Axel dan Lina sangat imut, dia sangat berani menyapa Axel dan Lina, padahal baru pertama kali bertemu. “Halo sayang, imut banget sih namanya siapa?” Tanya Lina seraya berjongkok menyetarakan tingginya dengan gadis kecil itu. “Makasih tante, nama aku Piangka Poulil. Maafin Piangka ya, kalo tante kaget. Aku tuh enggak ada temen duduk tante, terus aku liat dia lagi nyari bangku. Kayaknya dia belum punya bangku ya tante? Gimana kalo dia duduknya bareng Piangka aja? Mau gak heh” Tanya gadis kecil bernama Vianka seraya menyenggol badan gemuk Axel. Bukannya Axel yang jatuh, tapi tubuh Vianka lah yang terpental membuatnya hampir tersungkur jika saja Axel tidak langsung menahannya. "Ops, Piangka dipeluk cowok." Gumam Vianka tersipu malu. Lina tertawa melihat reaksi gadis kecil itu saat tubuhnya di tangkap oleh Axel. Wajahnya terlihat memerah, “Ya ampun, kalian masih kecil sayang jangan gitu, sini sama mama Piangka nya. Panggilnya mama aja ok?” “Eh” Ucap Axel menahan tangan Lina yang hendak menarik gadis kecil yang di tangkap, “mama pulang aja sama bibi, Axel bisa sendiri kok.” “Kamu yakin sayang?” Tanya Lina pada Axel. “Piangka yakin tan, eh mama kan ada Piangka di samping Exel. Hehe” Sahut Vianka dengan kedua tangannya mia kepalkan di depan d**a. “Axel bukan Exel!” Protes Axel membuat Vianka tertawa melihat Axel yang terlihat kesal. “Iya A. X. E. L. Bukan E. X. E. L. “ Ledek Vianka yang semakin membuat Axel menatapnya kesal, “Piangka pamit dulu ya mama, Exel nya mau Piangka bawa ya. Mau Piangka bungkus terus bawa kabur ke rumah Piangka.” Pinta Vianka diiringi kekehan darinya. “A bukan E!” Koreksi Axel dengan aksen inggrisnya membuat Vianka mencebikkan bibirnya, “Emangnya Axel nasi apa, main bungkus aja.” Protes Axel. “Iyap betul, kamu gendut kayak nasi timbel yang suka di bawa mama kalo lagi piknik.” Kekeh Vianka semakin menjahili Axel. “Mending Axel kayak nasi timbel, dari pada kamu kayak Pou yang suka di hp Axel. Wlee.” Sahut Axel tak mau kalah. “Masa Piangka disamain sama game sih ma?” Rengek Vianka berniat mengadu pada mamanya Axel. “Sudah ah, kalian jangan berantem lagi. Sudah sana masuk, mama mau pulang.” Pamit Lina setelah mengecup dahi Axel diikuti dengan Vianka. Setelah kepergian Lina, Vianka dan Axel bergegas menuju bangku milik Vianka. “Axel duduk di sini ya, Vianka yang di sebelah sana deket tembok. Tapi kalo Vianka mau keluar Axel geser dulu ya.” Oceh Vianka. “Hmm.” Sahut Axel dengan nada dingin. Tiba – tiba ada yang menggebrak meja mereka, “Eh gendut awas kamu, dia harusnya duduk sama aku.” Protes anak laki – laki yang baru muncul. “Iyo kok gitu, Piangka kaget tau. Jangan marah – marah, kenalan dulu ini Axel teman baru Piangka. Axel ini Rio teman Piangka, sama tetangga Piangka juga.” Rio menatap Vianka dan Axel bergantian , “Iyo kan mau duduk sama Piangka.” Ucap Rio marah. “Iyo kan udah sering maen sama Piangka, sekarang giliran Axel yang duduk sama Piangka. Kasian Axel gak punya temen, nanti kita ajakin main bareng ok?” Senyum Vianka kecil. “Iyo gak mau temenan sama si gendut.” Ledek Rio pada Axel yang tengah menunduk. “Iyo kok jahat sih, kalo Iyo ledekin temen baru Piangka, Iyo gak boleh deket lagi sama Piangka.” Rio kecil berpikir sebentar, pandangannya menatap tajam Axel. “Iya udah, Iyo mau main sama Piangka dan Axel.” Putus Rio memeluk Axel. "Kita temenan ya." Kekeh Vianka seraya memeluk Axel dan Rio. Flashback OFF Mata elangnya yang menutup tiba – tiba terbuka saat deringan telpon mengganggu dirinya yang sedang mengenang masa lalu. “Apa?” Tanya Axel saat mengangkat panggilan. “Axel iiihh, kamu kemana aja kok gak angkat telpon aku sih?” “Hmm.” Sahut Axel. “Kamu dimana?” “Gue disini, gak kemana-mana.” “Iya kamu dimana?” “Ck, gue bilang di sini.” Putus Axel mengakhiri sambungan telponnya. Saat telponnya terputus, ponselnya berdering kembali tapi dengan nomor berbeda. “Ganggu banget sih.” Oceh Axel. Wajahnya sangat frustasi melihat penelpon yang dia beri nama ”My 8”  “Hm?” “Kamu dimana? Kok berisik banget sih?” “Bukan urusan lo.” “Kok gitu sih? Kamu kan pacar aku, pacarnya Lyidra.” “Pacar gue bukan cuma lo aja.” Putus Axel. “Astaga, banyak pacar ribet juga ya.” Gerutu Axel. Ponselnya kembali berdering, tanpa melihat siapa yang menelponnya Axel asal mengangkat. “Siapa nih?” “Eits, sensi banget sih sayang. Ini aku Zacky, lo lagi dimana bro?” “Di rumah.” “Lo ga pandai bohong Axelior Dino, tengok arah jam 9.” Axel menoleh dan mendapati keberadaan Zacky yang tak jauh dari dirinya, bedanya Zacky tengah berdiri di gedung lain samping gedung tempat Axel berdiri tepatnya itu gedung apartemen yang akan Zacky tinggali. “Lo ngapain sih jam segini di atap?” “Lo ngapain disana?” Tanya Axel. “Malah nanya balik, gue disini mau cari angin.” “Nah itu” Kekeh Axel, membuat Zacky menatapnya kesal. “Lo gak akan kesini Xel? Ada Vianka lagi pindahan.” Axel memandang Zacky sebentar lalu berbalik menuju pintu, tak lupa mematikan sambungan telponnya,  “gue kesana.” ~ Sesampainya di depan pintu apartemen milik Zacky matanya tak sengaja melihat Vianka yang tengah menangis sesenggukan dan meronta – ronta di dalam pelukan seorang laki-laki yang Axel tidak ketahui. Tanpa pikir panjang, Axel menghampiri Vianka dan lelaki yang membelakanginya itu, dia menarik kasar tubuh lelaki itu lalu tanpa melihat siapa orangnya Axel langsung memberikan sebuah tinjuan. Melihat kejadian itu, Vianka kaget melihat Axel memukul kakaknya, dia tak bisa berkata apapa saking syok nya.  “Axel bego lo.” Umpat Zacky menghentikan Axel yang tengah di selimuti kemarahan. Axel marah saat perempuannya di peluk lelaki lain, cukup Zacky saja tidak untuk yang lain. “Lo?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN